Analisis Data Hasil Observasi Analisis Data a. Analisis Data Hasil Belajar

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan jumlah 2040. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 68,00 dengan varians 233,793 dan standar deviasa sebesar 15,290. Selanjutnya, nilai tengah di kelas eksperimen adalah 70,00 dengan nilai modus sebesar 75, dan range sebesar 60. Sedangkan, pemerolehan nilai pretest tertinggi di kelas eksperimen adalah 95, dan nilai terendahnya adalah 35. Adapun, data statistik nilai pretest kelas eksperimen dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 35 1 3.3 3.3 3.3 40 1 3.3 3.3 6.7 45 1 3.3 3.3 10.0 50 3 10.0 10.0 20.0 55 1 3.3 3.3 23.3 60 3 10.0 10.0 33.3 65 4 13.3 13.3 46.7 70 2 6.7 6.7 53.3 75 6 20.0 20.0 73.3 80 3 10.0 10.0 83.3 85 2 6.7 6.7 90.0 90 2 6.7 6.7 96.7 95 1 3.3 3.3 100.0 Total 30 100.0 100.0 Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan persentase frekuensi tertinggi sebesar 20, dan jumlah frekuensi data terbanyak adalah 6 dengan nilai 75. Adapun, persentase ketuntasan hasil pretest siswa di kelas eksperimen mencapai 53,3 atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar yakni 80, karena 53,3 80. Distribusi frekuensi nilai pretest kelas eksperimen juga dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini: Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen Selanjutnya, deskripsi data statistik nilai pretest yang diperoleh siswa di kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.4 Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Kontrol N Valid 28 Missing 30 Mean 68.21 Median 72.50 Mode 85 Std. Deviation 18.768 Variance 352.249 Range 80 Minimum 10 Maximum 90 Sum 1910 Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan jumlah 1910. Nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 68,21 dengan varians 352,249 dan standar deviasa sebesar 18,768. Selanjutnya, nilai tengah di kelas kontrol adalah 72,50 dengan nilai modus sebesar 85, dan range sebesar 80. Sedangkan, pemerolehan nilai pretest tertinggi di kelas kontrol adalah 90, dan nilai terendahnya adalah 10. Adapun, data statistik nilai pretest kelas kontrol dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 10 1 1.7 3.6 3.6 30 1 1.7 3.6 7.1 35 1 1.7 3.6 10.7 55 2 3.4 7.1 17.9 60 3 5.2 10.7 28.6 65 4 6.9 14.3 42.9 70 2 3.4 7.1 50.0 75 4 6.9 14.3 64.3 80 3 5.2 10.7 75.0 85 5 8.6 17.9 92.9 90 2 3.4 7.1 100.0 Total 28 48.3 100.0 Missing System 30 51.7 Total 58 100.0 Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan persentase frekuensi tertinggi sebesar 17,9, dan jumlah frekuensi data terbanyak adalah 5 dengan nilai 85. Adapun, persentase ketuntasan hasil pretest siswa di kelas kontrol mencapai 57,1 atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar yakni 80, karena 57,1 80. Distribusi frekuensi nilai pretest kelas kontrol juga dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini: Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol

b. Deskripsi Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Setelah diberikan perlakuan, penulis memberikan tes akhir posttest pada siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan soal yang sama. Adapun, deskripsi data statistik nilai posttest yang diperoleh siswa di kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6 Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Eksperimen N Valid 30 Missing 28 Mean 80.50 Median 80.00 Mode 75 Std. Deviation 10.201 Variance 104.052 Range 40 Minimum 60 Maximum 100 Sum 2415 Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan jumlah 2415. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 80,50 dengan varians 104.052 dan standar deviasa sebesar 10,201. Selanjutnya, nilai tengah di kelas eksperimen adalah 80,00 dengan nilai modus sebesar 75, dan range sebesar 40. Sedangkan, pemerolehan nilai posttest tertinggi di kelas eksperimen adalah 100, dan nilai terendahnya adalah 60. Adapun, data statistik nilai posttest kelas eksperimen dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 60 1 1.7 3.3 3.3 65 1 1.7 3.3 6.7 70 5 8.6 16.7 23.3 75 6 10.3 20.0 43.3 80 5 8.6 16.7 60.0 85 4 6.9 13.3 73.3 90 4 6.9 13.3 86.7 95 2 3.4 6.7 93.3 100 2 3.4 6.7 100.0 Total 30 51.7 100.0 Missingg System 28 48.3 Total 58 100.0 Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan persentase frekuensi tertinggi sebesar 20, dan jumlah frekuensi data terbanyak adalah 6 dengan nilai 75. Adapun, persentase ketuntasan hasil posttest siswa di kelas eksperimen mencapai 93,3 atau sudah melebihi kriteria ketuntasan hasil belajar yakni 80, karena 93,3 80. Distribusi frekuensi nilai posttest kelas eksperimen juga dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini: Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen Selanjutnya, deskripsi data statistik nilai posttest yang diperoleh siswa di kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Kontrol N Valid 28 Missing 30 Mean 73.75 Median 70.00 Mode 70 Std. Deviation 13.919 Variance 193.750 Range 50 Minimum 50 Maximum 100 Sum 2065 Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan jumlah 2065. Nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 73,75 dengan varians 193,750 dan standar deviasa sebesar 13,919. Selanjutnya, nilai tengah di kelas kontrol adalah 70 dengan nilai modus sebesar 70, dan range sebesar 50. Sedangkan, pemerolehan nilai posttest tertinggi di kelas kontrol adalah 100, dan nilai terendahnya adalah 50. Adapun, data statistik nilai posttest kelas kontrol dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 50 1 1.7 3.6 3.6 55 2 3.4 7.1 10.7 60 4 6.9 14.3 25.0 65 3 5.2 10.7 35.7 70 5 8.6 17.9 53.6 75 3 5.2 10.7 64.3 80 2 3.4 7.1 71.4 85 2 3.4 7.1 78.6 90 2 3.4 7.1 85.7 95 3 5.2 10.7 96.4 100 1 1.7 3.6 100.0 Total 28 48.3 100.0 Missing System 30 51.7 Total 58 100.0 Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan persentase frekuensi tertinggi sebesar 17,9, dan jumlah frekuensi data terbanyak adalah 5 dengan nilai 70. Adapun, persentase ketuntasan hasil posttest siswa di kelas kontrol mencapai 64,3 atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar yakni 80, karena 64,3 80. Distribusi frekuensi nilai posttest kelas kontrol juga dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini: Gambar 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol

2. Analisis Data a. Analisis Data Hasil Belajar

Proses analisis hasil belajar siswa didahului dengan melakukan uji prasyarat yang terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas, seperti berikut ini: 1 Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan program perhitungan statistik SPSS 22. Jika signifikansi atau Asymp. Sig. 2-tailed 0,05, maka sampel berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil uji normalitas nilai pretest kelas eksperimen, yakni: Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai N 30 Normal Parameters a,b Mean 68.00 Std. Deviation 15.290 Most Extreme Differences Absolute .143 Positive .080 Negative -.143 Test Statistic .143 Asymp. Sig. 2-tailed .119 c Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.10 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai pretest siswa di kelas eksperimen memiliki signifikansi atau Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,119. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai pretest kelas eksperimen berdistribusi normal karena ρ α atau 0,119 0,05. Adapun, hasil uji normalitas nilai pretest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai N 28 Normal Parameters a,b Mean 68.21 Std. Deviation 18.768 Most Extreme Differences Absolute .152 Positive .123 Negative -.152 Test Statistic .152 Asymp. Sig. 2-tailed .095 c Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.11 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai pretest siswa di kelas kontrol memiliki signifikansi atau Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,095. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai pretest kelas kontrol berdistribusi normal, karena ρ α atau 0,095 0,05. 2 Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji normalitas untuk nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol juga menggunakan uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan program perhitungan statistik SPSS 22. Jika signifikansi atau Asymp. Sig. 2-tailed 0,05, maka sampel berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil uji normalitas nilai posttest kelas eksperimen, yakni: Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai N 30 Normal Parameters a,b Mean 80.50 Std. Deviation 10.201 Most Extreme Differences Absolute .138 Positive .138 Negative -.091 Test Statistic .138 Asymp. Sig. 2-tailed .147 c Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.12 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai posttest siswa di kelas eksperimen memiliki signifikansi atau Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,147. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest kelas eksperimen berdistribusi normal, karena ρ α atau 0,147 0,05. Adapun, hasil uji normalitas nilai posttest kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai N 28 Normal Parameters a,b Mean 73.75 Std. Deviation 13.919 Most Extreme Differences Absolute .142 Positive .142 Negative -.093 Test Statistic .142 Asymp. Sig. 2-tailed .156 c Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.13 di atas, diperoleh hasil bahwa nilai posttest siswa di kelas kontrol memiliki signifikansi atau Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,156. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest kelas kontrol berdistribusi normal, karena ρ α atau 0,156 0,05. 3 Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dalam penelitian ini, nilai homogenitas diperoleh dengan menggunakan program perhitungan statistik SPSS 22 melalui uji homogenitas One-Way ANOVA. Jika signifikansi atau Sig. 0,05, maka sampel yang diteliti homogen. Berikut ini adalah hasil uji homogenitas nilai pretest kelas eksperimen, yakni: Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. .239 1 56 .627 Berdasarkan tabel 4.14 diatas, diperoleh bahwa nilai pretest siswa di kelas eksperimen dan kontrol memiliki signifikansi sebesar 0,627. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa nilai pretest siswa di kelas eksperimen dan kontrol homogen, karena ρ α atau 0,627 0,05. 4 Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil uji homogenitas nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dengan menggunakan program perhitungan statistik SPSS 22 melalui uji homogenitas One-Way ANOVA. Jika signifikansi atau Sig. 0,05, maka sampel yang diteliti homogen. Berikut ini adalah hasil uji homogenitas nilai posttest kelas eksperimen, yakni: Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol Test of Homogeneity of Variances Nilai Levene Statistic df1 df2 Sig. 3.451 1 56 .068 Berdasarkan tabel 4.15 diatas, diperoleh bahwa nilai posttest siswa di kelas eksperimen dan kontrol memiliki signifikansi sebesar 0,068. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest siswa di kelas eksperimen dan kontrol homogen, karena ρ α atau 0,068 0,05. 5 Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan uji-T bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara rata-rata nilai kelas eksperimen yang menerapkan model problem based learning dan rata-rata nilai kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung. Adapun, pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Independent Sample T-Test pada program SPSS 22 dengan kriteria: jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test 2-tailed 0,05, maka H diterima. Sedangkan, jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test 2-tailed 0,05, maka H itolak. Hasil uji hipotesis mengenai perbedaan antara rata-rata nilai kelas eksperimen yang menerapkan model problem based learning dan rata-rata nilai kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis Independent Sample T-Test Berdasarkan pada tabel di atas, diperoleh nilai hasil uji levene’s test untuk homogenitas sama dengan hasil uji homogenitas nilai posttest siswa di kelas eksperimen maupun kontrol, yaitu homogen. Karena homogen, maka gunakan baris pertama yaitu nilai T-hitung 2,117 pada DF 56. Adapun, DF pada uji-T adalah N-2 yang pada kasus ini 58-2 = 56. Selanjutnya, diperoleh hasil nilai Sig. 2-tailed sebesar 0,039. Sehingga, H ditolak atau H diterima, karena nilai Sig. t-test 2-tailed yakni 0,039 0,05. Lebih lanjut, hipotesis yang diajukan adalah: Hipotesis: H o : Tidak terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah. H : Terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen yang menerapkan model problem based learning lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung. Sehingga, kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah dalam bentuk peningkatan rata-rata nilai kelas yang signifikan.

b. Analisis Data Hasil Observasi

Proses analisis data hasil observasi menggunakan analisis data kuantitatif. Adapun, pemerolehan data hasil observasi selama penelitian berlangsung, baik di kelas eksperimen maupun kontrol terbagi menjadi 2, yakni aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru. Berikut adalah gambaran data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada penelitian ini, yaitu: Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Kontrol Pertemuan Ke- HariTgl. Persentase Aktivitas Eksperimen Kontrol I Rabu, 22 April 2015 81,8 74,0 II Kamis, 23 April 2015 90,9 81,48 III Jum’at, 24 April 2015 96,96 93,0 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Namun, terdapat berbedaan persentase aktivitas belajar siswa di kedua kelas, di mana persentase aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dibanding persentase aktivitas belajar siswa di kelas kontrol pada setiap pertemuan. Adapun, data hasil observasi aktivitas mengajar guru dapat digambarkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.18 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru di Kelas Eksperimen dan Kontrol Pertemuan Ke- HariTgl. Persentase Aktivitas Eksperimen Kontrol I Rabu, 22 April 2015 93,9 88,8 II Kamis, 23 April 2015 100 93,00 III Jum’at, 24 April 2015 100 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas mengajar guru dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Namun, terdapat berbedaan persentase aktivitas mengajar guru di kedua kelas, yakni persentase aktivitas mengajar guru di kelas eksperimen lebih tinggi dibanding persentase aktivitas mengajar guru di kelas kontrol pada setiap pertemuan.

c. Analisis Data Hasil Wawancara

Proses analisis data hasil wawancara menggunakan analisis data kualitatif. Adapun, tahapan yang harus dilalui guna menganalisis data kualitatif dimulai dengan proses reduksi data, penyajian data, dan terakhir penarikan kesimpulan. Pada tahap reduksi data, penulis memilih data hasil wawancara yang sesuai dengan fokus penelitian yakni pengaruh penerapan problem based learning pada pembelajaran IPS siswa kelas V. Pada tahap penyajian data, penulis menggunakan uraian singkat hasil wawancara, sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.19 Hasil Wawancara Guru di Kelas Eksperimen V-1 Pertanyaan Jawaban 1. Apakah model problem based learning cocok digunakan dalam pembelajaran terkait konsep mitigasi bencana di kelas V-1? Cocok 2. Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas setelah diterapkannya model problem based learning di kelas V-1? Terjadi peningkatan 3. Apakah terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa di kelas V-1 terkait dengan pemahaman konsep mitigasi bencana? Terjadi peningkatan 4. Apakah kelebihan yang dapat dipertahankan dari penerapan model problem based learning di kelas V-1? Semua siswa berpartisipasi aktif 5. Apakah kekurangan yang dapat diperbaiki dari penerapan model problem based learning di kelas V-1? Terlalu banyak pendapat Tabel 4.20 Hasil Wawancara Siswa di Kelas Eksperimen V-1 Pertanyaan Jawaban 1. Apakah kamu merasa senang saat belajar dengan menggunakan model problem based learning? Senang 2. Apakah kamu mampu mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan menggunakan model problem based learning dengan baik? Mampu 3. Apakah kamu mudah memahami konsep mitigasi bencana setelah mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan model problem based learning? Mudah 4. Apakah kamu lebih mencintai lingkungan sekitarmu setelah memahami konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan dengan menggunakan model problem based learning? Iya 5. Apa yang akan kamu lakukan untuk menjaga dan memelihara lingkungan sekitarmu setelah memahami konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan dengan menggunakan model problem based learning? Jawaban bervariasi Berdasarkan keterangan yang ada pada tabel 4.19 dan 4.20 di atas, diketahui bahwa penerapan model problem based learning telah memberi pengaruh positif bagi siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan kemampuan kognitif dan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, siswa merasa senang saat belajar dan pemahaman konsep yang telah diajarkan dapat dengan baik diterima siswa, sehingga di akhir pembelajaran siswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep baru yang berguna dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa H o ditolak dan H diterima, maka ini berarti terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah. Hal ini didukung oleh pemerolehan nilai rata-rata tes akhir siswa di kelas eksperimen yang menerapkan model problem based learning lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata tes akhir siswa di kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung pada taraf signifikansi 5 dapat diterima. Pemerolehan nilai rata-rata di kelas eksperimen mencapai nilai 80,50, sedangkan di kelas kontrol nilai rata-ratanya hanya mencapai angka 73,75. Sehingga, dapat dikatakan bahwa penerapan model problem based learning mampu meningkatan pemahaman siswa pada konsep mitigasi bencana. Selain menelaah hasil belajar siswa, tahap lain yang dilakukan untuk mengukur pencapaian pemahaman konsep siswa adalah tahap observasi yang terdiri atas observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru. Hasil telaah lembar observasi aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan persentase yang terus meningkat pada setiap pertemuannya. Namun, persentase aktivitas belajar di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan persentase aktivitas belajar siswa di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa di kelas eksperimen lebih antusias selama mengikuti proses pembelajaran, tidak demikian dengan siswa di kelas kontrol yang cenderung banyak mengeluh dan hanya siswa laki-laki yang lebih aktif berpartisipasi saat belajar. Hal ini menunjukkan bahwa model problem based learning terdiri atas serangkaian aktivitas pembelajaran, yang berarti dalam pelaksanaannya terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, serta menyimpulkannya. 1 Selanjutnya, hasil telaah lembar observasi mengajar guru menunjukkan persentase mengajar guru di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan persentase mengajar guru di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan gaya mengajar guru di kelas 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, Cet. Ke-8, hlm. 214-215. eksperimen lebih mendorong siswa untuk lebih aktif selama mengikuti proses pembelajaran, tidak demikian dengan gaya mengajar guru di kelas kontrol yang cenderung mendominasi proses pembelajaran, sehingga siswa kurang berpartisipasi aktif saat belajar. Lebih lanjut, di akhir penelitian, penulis mengadakan wawancara dengan guru kelas dan beberapa siswa di kelas eksperimen untuk mengetahui sejauh mana kebermanfaatan penerapan model problem based learning dalam pembelajaran. Ternyata, hasil wawancara dengan guru kelas menunjukkan bahwa model problem based learning cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran IPS, khususnya pada meteri mitigasi bencana. Selain itu, penerapan model problem based learning telah mendorong terjadinya peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa, karena semua siswa berkesempatan untuk berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun, hasil wawancara dengan beberapa siswa di kelas eksperimen menunjukkan bahwa mereka merasa senang, mudah memahami materi, dan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Selain itu, siswa di kelas eksperimen tidak hanya unggul dalam pemahaman konsep, tetapi juga unggul dalam menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam kehidupan seharai-hari. Hal ini menandakan bahwa model problem based learning memang membiasakan dan mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam dunia nyata. 2 Meskipun, tingkat intelegensi yang dimiliki siswa, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol tergolong homogen, tetapi setelah dilaksanakan penelitian di kedua kelas, ternyata terdapat perbedaan tingkat pemahaman konsep IPS, khususnya pada materi mitigasi bencana. Perbedaan tingkat pemahaman konsep siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah: 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op. cit., hlm. 220.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep

Banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap suatu konsep, di antaranya adalah faktor lingkungan individu, pengalaman yang dimiliki, serta tingkat intelegensi yang dimiliki. 3 Di kelas eksperimen, lingkungan belajar siswa memang sangat ramah dengan pendidikan sosial, hal ini dikarenakan guru kelas di kelas eksperimen memang fokus mengajar mata pelajaran IPS. Berbeda dengan lingkungan belajar siswa di kelas kontrol yang terkesan kaku dengan pendidikan sosial, hal ini dikarenakan guru kelas di kelas kontrol memang tidak mengajar mata pelajaran IPS, melainkan mata pelajaran Matematika. Dengan kata lain, kompetensi mengajar guru kelas sangat menentukan kecenderungan minat belajar siswa pada mata pelajaran tertentu. Selain itu, pengalaman belajar yang dimiliki siswa di kelas eksperimen lebih luas dibandingkan dengan siswa di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa di kelas eksperimen sudah terbiasa dengan atmosfer pembelajaran sosial di kelas, sehingga lebih mudah bagi mereka menerima pengetahuan baru terkait konsep mitigasi bencana yang merupakan salah satu materi pokok pada mata pelajaran IPS. Sedangkan, siswa di kelas kontrol cenderung lebih banyak bertanya dan terkesan canggung selama mengikuti proses pembelajaran IPS.

2. Proses Pembelajaran di Kelas

Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran yang berbeda., berikut ini adalah pemaparan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol, yakni:

a. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Di kelas eksperimen, model pembelajaran yang diterapkan adalah model problem based learning. Penerapan model problem based learning dalam pembelajaran meliputi beberapa tahapan, yakni: pertama, dimulai dengan meriview pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan memberi siswa masalah spesifik dan konkret untuk dipecahkan. Guru 3 Bagja, Waluya, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Geografi, hlm. 9. http:file.upi.edu menyampaikan tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa, membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana alam, serta memulai pembelajaran dengan memfokuskan pada masalah tentang cara memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene, selanjutnya membagikan lembar diskusi kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik. Kedua, siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru memberikan umpan balik tentang strategi. Guru memberikan kesempatan kepada seluruh siswa di setiap kelompok untuk menentukan strategi pemecahan masalah tentang cara memitigasi bencana alam dengan baik. Ketiga, siswa menerapkan strategi-strategi yang telah disusun, sedangkan guru secara cermat memonitor upaya siswa dan memberikan umpan balik. Guru mengarahkan setiap kelompok untuk menerapkan strategi pemecahan masalah yang telah disepakati oleh masing- masing kelompok, dan memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Keempat, membahas dan mengevaluasi hasil, guru membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan. Guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, dan mempersilahkan setiap kelompok untuk memberikan respon terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan simpulanpendapat terkait proses pembelajaran yang telah dilalui. Selanjutnya, guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses dan materi pembelajaran yang telah dilalui, serta apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran. Berdasarkan pemaparan proses pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran seluruh siswa di kelas eksperimen memiliki antusiasme yang tinggi, karena sejak awal sudah diberikan stimulus berupa masalah konkret terkait cara memitigasi bencana, serta selama proses pembelajaran berlangsung setiap siswa memiliki kesempatan untuk selalu memberikan partisipasi aktif, baik dalam menyampaikan pendapat, berdiskusi, maupun untuk memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran.

b. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol

Di kelas kontrol, model pembelajaran yang diterapkan adalah model pengajaran langsung. Penerapan model pengajaran langsung dalam pembelajaran meliputi beberapa tahapan, yakni: pertama, dimulai dengan menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa Establishing Set. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang akan dipelajari, selanjutnya guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dan melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan bencana anthropogene. Kemudian, guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik. Kedua, mendemonstrasikan pengetahuan keterampilan Demonstrating. Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan secara seksama hal-hal apa saja yang didemonstrasikan guru di depan kelas dan meminta siswa untuk menuliskannya pada lembar diskusi kelompok. Selanjutnya, guru mulai mendemonstrasikan cara-cara memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene dengan dibantu beberapa siswa sebagai perwakilan dari masing- masing kelompok. Ketiga, membimbing pelatihan Guide Practice dengan tahapan guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh kelompok berdasarkan proses demonstrasi yang telah dilakukan terkait dengan cara-cara memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene, kemudian guru memberikan kesempatan kepada seluruh kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan. Keempat, mengecek pemahaman memberikan respon Feed Back dengan tahapan guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Selanjutnya, guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan kelas. Kelima, extended practice dan mengevaluasi hasil dengan tahapan guru meminta setiap perwakilan kelompok yang sedang presentasi di depan kelas untuk menyebutkan contoh lain dari cara- cara memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene berdasarkan pengalaman pribadinya. Setelah seluruh perwakilan kelompok selesai presentasi, guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses pembelajaran yang telah dilalui, dan memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.

3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Siswa

Secara umum, pemahaman dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: kategori terendah adalah pemahaman terjemahan, kategori kedua adalah pemahaman penafsiran, dan kategori ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi. 4 Berdasarkan pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat dijelaskan bahwa siswa di kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan siswa di kelas kontrol, dan siswa di kelas eksperimen telah mencapai indikator pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS dengan cukup baik. Hal ini dikarenakan, sebagian besar siswa di kelas eksperimen telah mampu mengungkapkan tentang konsep mitigasi bencana dengan bahasa sendiri, dan hal ini termasuk ke dalam pemahaman terjemahan. Selanjutnya, siswa di kelas eksperimen telah mampu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dan dikaitkan dengan hal baru yang diketahui terkait konsep mitigasi bencana. Selain itu, siswa di kelas eksperimen telah mampu mengungkapkan sesuatu yang tersirat di balik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan atau tulisan terkait dengan konsep mitigasi bencana. Adapun, siswa di kelas kontrol yang telah memenuhi 3 kategori pemahaman konsep seperti dijelaskan di atas hanya sebagian saja dari keseluruhan jumlah siswa, dan itu pun didominasi oleh siswa laki-laki. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem based learning secara tepat akan memberikan pengaruh positif 4 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, cet. 18, hlm. 24. terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah, Ciledug.

C. Keterbatasan Penelitian

Berbagai upaya perbaikan telah dilakukan selama pelaksanaan penelitian agar dapat memperoleh hasil yang optimal. Namun demikian, tetap saja masih ada kekurangan yang meliputi penelitian ini, baik berupa faktor-faktor internal penelitian maupun faktor eksternal penelitian yang sulit untuk dikendalikan. Berikut ini adalah beberapa keterbatasan penelitian, di antaranya: 1. Pelaksanaan penelitian hanya difokuskan pada materi mitigasi bencana saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain yang terdapat dalam mata pelajaran IPS; 2. Keterbatasan waktu penelitian karena berdekatan dengan jadwal UAS siswa di SD Islam Al-Hasanah Ciledug, sehingga persiapan yang dibutuhkan harus benar-benar matang dan maksimal; 3. Tingkat pemahaman siswa yang bervariasi, sehingga membutuhkan pendekatan yang tidak seragam; 4. Interaksi antara penulis dan guru kelas, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol tidak berlangsung lama karena keterbatasan waktu, sehingga segala keperluan penelitian harus sebisa mungkin dikomunikasikan secara efektif dan efisien; 5. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi variabel model problem based learning dan pemahaman konsep mitigasi bencana, dan tidak mengindahkan variabel lainnya. Untuk itu, hasil penelitian bisa saja dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel-variabel penelitian yang telah ditetapkan.

Dokumen yang terkait

The Effect of Using Pictures in Learning Comparative Adjectives to Learners' Score and Perception (A Mixed Method Research at the Eighth Grade of MTs. Al- Islamiyah Ciledug Tangerang)

0 19 130

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM-BASED LEARNING MODEL TO INCREASE STUDENTS’ MATHEMATICAL PROBLEM SOLVING ABILITY AT SMP NEGERI I TANJUNG MORAWA.

0 3 33

THE IMPLEMENTATION OF INQUIRY-BASED LEARNING FOR THE TEACHING OF ENGLISH AT SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA The Implementation Of Inquiry-Based Learning For The Teaching Of English At Smp Muhammadiyah 4 Surakarta In 2015/2016 Academic Year Research Paper.

0 2 12

THE IMPLEMENTATION OF INQUIRY-BASED LEARNING IN TEACHING READING AT THE FIRST YEAR OF MTS AL The Implementation Of Inquiry-Based Learning In Teaching Reading At The First Year Of MTs Al Islam Mranggen In 2014/2015 Academic Year.

0 2 19

THE IMPLEMENTATION OF INQUIRY-BASED LEARNING IN TEACHING READING AT THE FIRST YEAR OF MTS AL ISLAM The Implementation Of Inquiry-Based Learning In Teaching Reading At The First Year Of MTs Al Islam Mranggen In 2014/2015 Academic Year.

0 3 13

THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL TOWARDS PHYSICS LEARNING OUTCOMES AT DYNAMIC ELECTRICITY COURSE.

0 4 3

THE IMPLEMENTATION OF TEACHING LEARNING PROCESS OF ENGLISH AT SD ISLAM HIDAYATULLAH The Implementation Of Teaching Learning Process Of English At Sd Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang (An Ethnography Study).

0 0 11

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED INSTRUCTION LERANING MODEL TO IMPROVE STUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT IN PHYSICS.

0 0 40

The Implementation of Problem-Based Language Learning to Teach Critical Reading at Vocational Secondary School pendahuluan

0 0 9

this PDF file THE EFFECT OF THE USE OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO THE CRITICAL THINKING SKILL OF STUDENT IN SOCIAL STUDIES LEARNING (Quasi Experimental Research in VII grade of 1 Lembang Junior High School) | Karlina | International Journal Pedagogy

0 6 4