5 Penilaian Assessment Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
knowledge, kecakapan skill, dan sikap attitude. Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester UAS, ujian tengah semester UTS, kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian.
e. Penilaian Model Problem Based Learning
Penilaian dalam proses problem based learning, mencoba untuk memaksimalkan fungsi penilaian, sekaligus mengubah anggapan siswa bahwa
penilaian terpisah dari proses belajar.
31
Penilaian ini haruslah merupakan suatu bagian integrasi dengan proses memfasilitasi, dan proses belajar kelompok
lainnya.
32
Adapun, variasi penilaian proses problem based learning, meliputi:
33
1 proses keaktifan berdiskusi kelompok di kelas; 2 proses belajar kelompok di luar kelas; 3 presentasi laporan dan hasil laporan.
Bentuk penilaian harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, seperti:
34
1 penilaian
kinerja tugas-tugas
di mana
siswa menunjukkan
tingkat kompetensipengetahuanketerampilan mereka dengan mengerjakan satu kegiatan
atau menciptakan satu produk; 2 observasi sistematis cara lain untuk mengevaluasi berbagai proses yang digunakan siswa saat terlibat dalam
pembelajaran; 3 daftar periksa deskripsi tertulis terhadap berbagai dimensi yang harus ada dalam suatu kinerja yang layak secara sistematis; 4 skala
pemeringkatan deskripsi tertulis tentang berbagai dimensi dari satu kinerja berterima dengan skala-skala nilai yang menjadi dasar pemeringkatan setiap
31
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 93.
32
Ibid.
33
Ibid., hlm. 94.
34
Paul Eggen Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 348.
dimensi; 5 penilaian individu kelompok penilaian dilakukan secara individu, jika memungkinkan; dan 6 menggunakan kasus untuk menilai pemahaman
siswa dalam pelajaran penyelidikan untuk menentukan apakah siswa bisa membuat hipotesis dan mengaitkan data dengan penjelasan.
Selanjutnya, penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan knowledge, kecakapan skill, dan sikap attitude. Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester UAS, ujian tengah semester UTS,
kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik
software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan, penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
2. Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana a. Definisi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana
Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau mempelajari baik-baik supaya paham.
35
Pengertian pemahaman comprehension juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat.
36
Lebih lanjut, pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan
testee
37
mampu untuk mengertimemahami tentang arti atau konsep, situasi, serta fakta yang
diketahuinya.
38
Pemahaman juga dijelaskan sebagai jenjang kemampuan yang
35
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hlm. 811.
36
Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm. 50.
37
Dalam hal ini testee adalah siswa, siswa tidak hanya hafal secara verbal, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ngalim
Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remadja Karya, 1986, hlm. 58.
38
Ibid.
menuntut siswa untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru, dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkan
dengan hal-hal lain.
39
Pemahaman merupakan tingkat kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari hafalaningatan.
40
Adapun, kata memahami berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
41
Selain itu, kemampuan memahami juga dapat diartikan kemampuan mengerti tentang hubungan
antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan.
42
Dengan kata lain, melalui pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara
fakta-fakta atau konsep.
43
Seorang siswa dapat dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dengan
menggunakan bahasanya sendiri. Sedangkan, konsep diartikan sebagai suatu abstraksi yang mewakili satu
kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.
44
Sejalan dengan itu, konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama.
45
Selain itu, konsep dijelaskan sebagai suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat
intelektual yang membantu kegiatan berpikir dan memecahkan masalah.
46
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi mental yang
39
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. Ke-3, hlm. 21.
40
Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013 Studi Pendekatan Praktis, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, cet.2, hlm. 162.
41
Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Op. cit., hlm. 50.
42
Kunandar, Loc. cit., hlm. 162.
43
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, Cet. 5., hlm. 118.
44
Pendapat ini disampaikan oleh Rosser 1984, sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 63.
45
Pendapat ini disampaikan oleh Hasan 1995, sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2008., hlm. 37.
46
Ibid., hlm. 36.
mewakili satu kelas stimulus, dan suatu konsep telah dipelajari jika yang diajar dapat menampilkan prilaku-prilaku tertentu.
47
Konsep diperoleh melalui dua cara, yaitu:
48
1 pembentukan konsep; dan 2 asimilasi konsep. Pembentukan konsep merupakan bentuk perolehan konsep
sebelum siswa masuk sekolah dan lebih memakan waktu dibandingkan proses asimilasi konsep yang merupakan cara utama untuk memperoleh konsep selama
dan setelah jenjang sekolah. Sebuah konsep awal menjadi sesuatu yang penting sebelum siswa mengenali konsep-konsep lainnya. Jika siswa telah memiliki
pemahaman dari konsep awal, maka hal tersebut akan mempermudahnya dalam memahami konsep-konsep lainnya.
Selanjutnya, terdapat empat tingkat pencapaian konsep menurut
Klausmeier, yakni:
49
1 Tingkat konkrit jika seseorang mampu mengenal suatu objek yang telah diketahui sebelumnya, dapat memperhatikannya, dan mampu membedakan
objek tersebut berdasarkan berbagai stimulus yang ada di lingkungan; 2 Tingkat identitas jika seseorang mampu mengenal suatu objek setelah selang
waktu tertentu, orang tersebut memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek, dan objek ditentukan dengan indera yang berbeda;
3 Tingkat klasifikatori jika seseorang mampu mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama dan orang itu mampu
menggeneralisasikan bahwa dua atau lebih contoh memiliki hubungan; 4 Tingkat formal jika seseorang mampu menentukan berbagai atribut yang
membatasi konsep, memberi nama pada konsep, dan mampu memberikan contoh dari konsep secara verbal.
Adapun, kata mitigasi mitigate berarti tindakan-tindakan untuk
mengurangi bahaya supaya kerugian dapat diperkecil.
50
Mitigasi meliputi aktivitas
47
Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 64.
48
Pendapat ini disampaikan oleh Ausubel 1968, sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis Dahar, Ibid.
49
Bagja, Waluya, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Geografi, hlm. 4. http:file.upi.edu.
50
Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat P2M:
Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja SiswaLKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial
dan tindakan-tindakan. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 131 Tahun 2003, mitigasi atau penjinakan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan
untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, yang meliputi kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk
mengatasinya.
51
Selanjutnya, bencana dijelaskan sebagai “An event, natural or man-made, sudden or progressive, which impacts with such severity that the effected
community has to respond by taking exceptional measures” yang berarti “suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena perbuatan manusia yang terjadi
secara tiba-tiba atau perlahan dan memberi dampak kerusakan yang mempengaruhi masyarakat dan berada di luar jangkauan masyarakat.”
52
Definisi lain tentang bencana adalah “A serious of the functioning of a community or a
society causing widespread human, material, economic, or environmental losses which exceed the ability of the affected communitysociety to cope using its own
resources” yang berarti “suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan, sehingga menyebabkan
kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.”
53
Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1, “bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam danatau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Undiksha, 2013, hlm. 10.
51
Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat P2M:
Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja SiswaLKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Op. cit., hlm. 10.
52
Hal ini dijelaskan oleh W. Nick Carter dalam bukunya yang berjudul “Disaster Management”, hlm. xxiii., dan dikutip oleh Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Bandung:
Alfabeta, 2012, hlm. 10.
53
Hal ini dijelaskan oleh International Strategy for Disaster Reduction UN-ISDR-
2002,24, dan dikutip oleh Nurjanah, dkk., Ibid., hlm. 10-11.