2. Jadwal Wawancara Responden 1 2 Tabel 2. Jadwal Wawancara Responden 1 TL
Responden Hari Tgl
Wawancara Waktu
Wawancara Tempat
Wawancara
TL Rabu, 20 februari
2013 15.00-15.30 Wib
Rumah TL TL
Senin , 11 maret 2013
11.00-12.00 Wib Rumah TL
TL Rabu , 13 maret
2013 16.20- 17.15 Wib
Rumah TL TL
Rabu, 03 April 2013
20.00-21.00 Wib Rumah TL
Tabel 3. Jadwal Wawancara Responden 2 MN Responden
HariTgl Wawancara
Waktu Wawancara
Tempat Wawancara
MN Senin, 18 Februari
2013 15.00-17.00 Wib
Rumah TL MN
Selasa, 02 April 2013
16.00-18.00 Wib Rumah TL
3. Gambaran Umum Responden 1 2
Pasangan 1 merupakan pasangan yang menikah dengan cara berpacaran. Responden pertama ialah TL. TL merupakan anak kedua dari dua bersaudara
sedangkan MN anak kedua dari enam bersaudara. TL merupakan suami dari MN. Hubungan keluarga antara TL dan MN sangat dekat yaitu bersepupu kandung.
Pernikahan TL dan MN merupakan pernikahan pariban karena adanya hubungan keluarga. Istri TL merupakan seorang ibu rumah tangga yang
mempunyai pendidikan yang sederajat dengan TL. Saat ini TL tinggal bersama kedua orangtua, istri dan anak. TL sudah memiliki dua orang anak.
Universitas Sumatera Utara
Kesibukan TL sebagai seorang Supir membuat TL jarang menghabiskan waktu bersama keluarga. TL juga jarang melakukan aktivitas bersama kedua
anaknya. Meskipun memiliki waktu yang sedikit TL tetap berusaha melakukan aktivitas semaksimal mungkin saat memiliki waktu luang untuk bercengkerama
dengan keluarga.
4. Analisa Data Wawancara Responden 1 I. Pernikahan Pariban
TL dan pasangan sebenarnya sudah saling mengenal dan sering bertemu sejak kecil. Orangtua TL dan orangtua pasangan merupakan saudara kandung.
Sehingga membuat TL sering bertemu dengan pasangan. Pernikahan pariban terjadi ketika pasangan memutuskan untuk tinggal dan membantu orangtua TL
yang berjualan. Selama tinggal di rumah, TL mulai menyukai pasangan hingga memutuskan untuk melamar pasangan.
Menurut TL, terlalu lama pacaran banyak efek negatifnya. Akhirnya TL memutuskan untuk melamar pasangan menjadi istrinya. Menikah merupakan
menjalin hubungan antara dua jenis kelamin yang berbeda dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
“Melalui pacaran gak sengaja.. hehehe.. tertawa. Iya, jadi dulu kakak ni kan datang ke sini buat bantu-bantu bouk nya eh lama-lama ditengok
abang malah suka sama pariban abang yang satu ni, mungkin karena sering jumpa ya. Kita kan tinggal serumah. Karena takut lama-lama kan
pacaran serumah, takut buat fitnah jadi abang memutuskan untuk melamar kakak.
” R1, W1, 36-55
“Pernikahan itu menyatukan dua orang yaitu laki-laki dan perempuan dalam ikatan pernikahan. Selain itu pernikahan juga untuk mencapai
keluarga yang Sakinah Mawaddah wa Rahmah .”
Universitas Sumatera Utara
R1, W1, 1-12 Pernikahan dengan Pariban merupakan tradisi dalam keluarga TL dan
istilah menikah dengan pariban sudah akrab di telinga TL. Dekatnya hubungan kekeluargaan antara TL dan pasangan, membuat TL memiliki suatu keyakinan
bahwa pasangan akan menjadi istri yang baik dan dapat mengatur kehidupan rumah tangga. Sehingga TL dan pasangan memilih pariban sebagai pasangan
hidup. “Pernikahan pariban itu ya nikah sama anak mama paman. Jadi
pernikahan pariban itu terjadi ketika dua orangtua kita, misal pernikahan anak umak abang dengan anak abangnya atau adeknya yang laki-laki.
Nah abang dan adek laki-laki dari umak abang itu punya anak perempuan, jadi anak perempuan tulang abang itulah paribannya abang.
Pariban ini pariban kandung, istri abang merupakan anak dari paman abang.
” R1, W1, 13-35
“Apa ya, mungkin karena keluarga juga, dan karena selama proses pacaran abang tengok ooh bagus juga anaknya, rajin. Rajn Shalat lagi.
Makanya yakin untuk menjadikan pariban sebagai calon istri dan telah menjadi istri sekarang. Abang kan malas shalat dek nah si istri itu rajin
sumbayangnya, jadi kan imbang, ada juga lah yang buat abang mau shalat walaupun kadang-kadang bertengkar juga kalau istri dah nyuruh
shalat. Tapi abang bersyukur lah dapat istri yang rajin shalat. Lagipula kan abang juga kenal keluarga istri gimana, makanya tambah yakin
.” R1, W4, 1-3
II. Kepuasan pernikahan
a . Personality issue
TL dan pasangan memiliki kepribadian yang berbeda, TL merupakan pribadi yang cenderung pendiam, sedangkan pasangan merupakan pribadi yang
periang. Perbedaan kepribadian antara TL dan pasangan pada awal pernikahan menjadi tahap awal penyesuaian dalam rumah tangga TL.
Universitas Sumatera Utara
“Kalau penyesuaian sama istri itu awal-awal menikah agak susah, ya paling penyesuaian sama perilaku aja dulu. Walaupun udah kenal sama
istri dari sebelum menikah tapi tetap aja harus menyesuaikan sama sifat istri.
” R1, W1, 56-67
Menurut TL, setelah menikah pasangan menjadi lebih cerewet, hal ini sering membuat TL kesal dan merasa tidak nyaman.
“Penyesuaian yang sudah dilakukan sama istri itu, paling ya sama sifat ceria dia, semua dibawa senang-senang aja, terus merepet dia tu tuh yang
dalam kondisi abang yang agak suntuk kadang-kadang buat abang gak tahan.”
R1, W1, 68-79 “Istri itu lebih bek-bek dalam bahasa mandailingnya tapi dalam bahasa
kita cerewet, wuuuh cerewet kali dia sekarang. Beda lah dari sebelum menikah. Dulu gak sampe separah ini.
.” R1, W1, 80-90
“Sebetulnya dibilang kesal iya, keberatan ya keberatan lah gak nyaman lah lebih tepatnya. siapa yang nyaman juga dek kalau abang nanti pulang
kerja capek-capek eh istri bukannya nyambut dengan baik malah merepet merepet. Yang ada tambah pusing. Pokoknya keberatan kali lah sama sifat
seperti itu, tapi ya itu ya kan kalau orang mandailing ni kalau gak bek-bek
bukan mandailing namanya. Hehehe.” R1, W4, 140-169
TL berharap pasangan menjadi lebih patuh, tidak cerewet dan lebih pengertian saat TL pulang bekerja. Sehingga TL bisa merasa nyaman ketika
berada di rumah. “Penginnya istri ltu nurut apa kata saya, nurut kata suami, patuh ama
suami” R1, W1, 99-108
“Belum terpenuhi, istri abang masih cerewet, masih bek-bek. Penginnya istri gak bek-bek sekali. Yang biasa aja yang bisa membuat suami nyaman
ada di rumah. Janganlah bek-bek biar suami nyaman ada di rumah, gak tambah capek kalau pulang. Senyum lah kalau suami pulang kerja.
Jangan di sambut dengan bek-
bek.” R1, W4, 217-233
Menurut TL, perilaku pasangan yang lebih berani dalam mengungkapkan perasaan disebabkan oleh faktor pariban. Karena sudah saling mengenal sejak
Universitas Sumatera Utara
kecil membuat TL dan pasangan lebih terbuka dalam mengungkapkan apa yang dirasakan.
“Mungkin ya dek, jadi lebih berani kalau istri yang di nikahi merupakan pariban kita. Karena faktor saudara makanya kalau ngomong gak ada
lagi istilah di tahan-tahan. Mau dia bek-bek di depan suami, biasa-biasa aja gak ada segannya gitu. Karena yang abang tengok dari abangnya
abang kan gak nikah sama pariban nah istrinya tu masih ada rasa segan sama suami. Nah istri abang ni gak ada lag
i segannya.” R1, W4, 322-343
Menurut TL, penyesuaian pernikahan lebih mudah dilakukan karena TL menikah dengan pariban. Hal ini disebabkan TL sudah mengenal pasangan.
“Dibilang mudah gak juga ya, namanya kita menyatu dengan orang yang berbeda. Walaupun saudara dan sudah kenal dari kecil, tetap harus
menyesuaikan diri. Berkumpul dan tinggal bersama berbeda dengan setelah menikah. semua harus di sesuaikan. Untuk beberapa kebiasaan
dan pola mungkin bisa di maklumi tapi tidak semua sifat asli bisa di mengerti dengan cepat, butuh waktu untuk memahami semua itu. Ya
penyesuaian lebih gampang lah abang rasa daripada abang menikah dengan orang lain yang bukan pariban. Karena kan akan lebih banyak
penyesuaian lagi. Intinya lebih gampang menyesuaikan diri dengan nikah sama pariban daripada nikah gak sama pariban. kayak abangnya bang
gitu, kan dia gak menikah sama pariban. Awalnya memang baik tapi lama-lama semakin banyak perbedaan dan harus melakukan penyesuaian.
Kalau pariban kita kan dah kenal memang.
” R1, W4, 252-303
b. Communication
Komunikasi yang terjadi antara TL dan pasangan tergolong lancar, karena keterbukaan selalu dijaga. Walaupun TL orang yang sedikit pendiam, namun hal
itu tidak membuat komunikasi dalam rumah tangga menjadi memburuk. Sifat pasangan yang selalu terbuka membuat jalinan komunikasi bisa dijaga.
“Iya… Kalau untuk komunikasi saya dan istri cukup terbuka ya, apalagi istri saya kan cerewet tuh, jadi ya terbuka aja kalau ngomong.”
R1, W1, 109-115 “Menurut abang jujur, toh apa yang ia lakukan selalu di omongkan.”
Universitas Sumatera Utara
R1, W1, 116-120 “Percaya lah, kalau gak percaya bisa bertengkar setiap hari. Malu sama
orangtua kalau bertengkar.” R1, W1, 121-126
Walaupun komunikasi tergolong lancar dan saling terbuka tetapi sifat pasangan yang cerewet sering membuat TL kesal. Menurut TL saat dirinya
merasa kesal maka ia akan berbicara dengan nada yang tinggi kepada pasangan. “Walaupun istri saya cerewet saya tetap berusaha untuk mendengarkan
kalau beliau sedang bicara. Karena kalau gak di dengarkan bisa tambah merepet nanti.”
R1, W1, 127-135 “Kadang gak senang juga, abang masih cerita di D eh si kakak dah
nyahut sampe K. kadang abang ingin kakak ni jangan terlalu bek-bek kali. Gak enak juga kalau ngomong eh si kakak udah merepet ntah kemana-
mana. Kadang abang mau cerita jadi malas. Makanya kadang diam aja.
Pening lah dek kalau kakak dah merepet.” R1, W4, 303-321
“Kalau nada suara, biasanya kalau abang pulang kerja kan capek tu, eh disambut sama bek-bek istri, pasti abang langsung naik darah, tebentak
abang pun dek kadang-kadang. Bahkan umak abang pun bisa kena bentak kalau abang lagi emosi. Tapi kalau abang lagi gak emosi nada suara
abang gak tinggi, biasa aja. Kalau suara meninggi itu biasanya karena
marah.” R1, W4, 344-365
Topik-topik yang sering TL bicarakan dengan pasangan biasanya mengenai anak-anak dan rumah tangga.
“Biasanya kalau lagi berdua sama istri, kami lebih sering membahas nisa ya, anak kami paling kecil, juga kakaknya yang mulai main ke jalan,
kadang-kadang buat istri dan ibu saya cemas. Pokoknya pantang tebuka pintu langsung buuur keluar. Kadang-kadang membahas masalah
keuangan juga
.” R1, W1, 136-152
Menurut TL, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam rumah tangga, karena dengan adanya komunikasi maka semua masalah akan mudah
diselesaikan.
Universitas Sumatera Utara
“Menurut saya komunikasi itu penting dalam rumah tangga tanpa ada komunikasi antara abang dan kakak, abang gak akan pernah tau maunya
kakak apa, terus dengan adanya komunikasi di dalam rumah tangga abang lebih bisa mengerti kakak. Lagipula ya dek dengan adanya
komunikasi keharmonisan rumah tangga abang bisa abang jaga, misalnya terbuka. Gak pun terbuka kan si kakak udah terlalu terbuka kali kalau
ngomong. Yang gak penting pun suka di bilang, sampai abang kadang
kewalahan kalau ngomong sama kakak.” R1, W4, 364-392
c. Conflict resolution
TL mengaku jarang mengalami konflik dengan pasangan, Selain itu jika ada masalah langsung didiskusikan dengan pasangan karena malu kalau orangtua
mengetahui ada masalah antara dirinya dengan pasangan. “Masalah, pasti ada ya, namanya dalam berumah tangga, masalah gak
mungkin gak ada tapi intinya pande-pande kita lah bagaimana menyiasati supaya masalah tidak bertambah parah. Lagipula kan malu ketahuan
sama orangtua kalau abang dan kakak punya masalah.
” R1, W1, 164-174
Jika terjadi perbedaan pendapat, TL biasanya akan menenangkan diri sambil mencari solusi terlebih dahulu dan biasanya pasangan akan mengalah agar
masalah tidak menjadi semakin rumit. Menurut TL sikap yang tidak ada mengalah, masalah tidak akan pernah selesai.
“Kalau ada masalah dan untuk mengalah biasanya istri yang suka mengalah. Karena abang kalau udah ada masalah dan lagi pening abang
pigi keluar menenangkan diri dulu. Istri lah yang biasanya ngalah biar masalah gak tambah runyam ya kan. Sempat istri abang ni gak pengalah
dek huih bisa berantem lah setiap hari. Kalau batu dilaga sama batu kan bisa pecah. Harus batu dan
air kan biar ada satu yang membuat tenang.” R1, W4, 393-415.
“Kalau untuk itu biasanya abang yang cari solusi, kalau pikiran abang udah tenang, udah gak pening lagi baru deh abang pikirkan gimana ni
jalan keluar dari masalah ini. Abang tengok si kakak juga udah bisa di ajak ngomong, barulah di ajak diskusi.”
R1, W4, 416-429
Universitas Sumatera Utara
Saat memiliki masalah TL dan pasangan cukup terbuka. Misalnya TL sedang mengalami masalah pekerjaan, TL akan membicarakan dengan pasangan
dan pasangan akan membantu dan merespon dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi TL. Begitu juga dalam kondisi sebaliknya TL selalu mendukung
apabila pasangan yang mengalami masalah. “Iya, abang selalu cerita masalah dari yang kecil sampai yang besar.
Yang lebih sering abang ceritakan itu masalah di luar, kek masalah di pekerjaan. Bukan masalah rumah tangga. Jadi abang selalu curhat sama
istri kalau ada masalah, malah masalah bawa truk sering abang bilangin ama istri, biasa lah kalau bawa Truk ni yang jadi masalah sering di tilang
polisi, pasti saya cerita sama istri. Ya taulah kalau bawa truk ni suka di mintai uang ama itu petugas-petugas. Istri sangat mendukung sekali kalau
saya ada masalah, selalu ngasih masukan yang kadang-kadang saya befikir juga, ini istri saya yang bek-bek kok bisa ya ngomong kayak gini.
.” R1, W2, 1-35
“Iya, biasanya istri tu masalahnya sama anak-anak yang mulai bandel, atau juga rindu sama keluarganya di Sosa.jadi saya menberi saran,
supaya lebih sabar namanya anak-anak masih kecil wajar mulai nakal, terus kalau masalah rindu pada keluarga, saya coba ngasih nasehat aja
kalau ada duit dan
waktu kita pulang nengok namboru.” R1, W2, 46-63
TL mengaku cukup puas dengan cara pemecahan masalah yang ia hadapi bersama pasangan. Karena adanya pola yang saling melengkapi saat masalah
terjadi. “Gimana ya dek, lumayan puas lah abang dek. Karena menurut abang
ada keseimbangan dalam rumah tangga abang kalau lagi ada masalah, istri abang yang ngalah terus abang berusaha untuk nyari pemecahan
masalah agar masalah cepat selesai. Puas lah itu abang rasa dek.” R1, W4, 430- 449
Universitas Sumatera Utara
d. Financial management
Walaupun TL tinggal bersama dengan kedua orangtuanya. Kehidupan rumah tangga TL sepenuhnya ditopang oleh TL dan untuk urusan keuangan
biasanya diatur oleh pasangan. “Masalah keuangan itu abang serahkan sama istri, jadi terserah istri aja
mau beli apa, itu istri lah yang ngatur, yang penting bagi saya, saya udah ngasih uang bulanan setiap bulannya, bahkan kalau ada pemasukan lebih
juga saya kasih sama istri. Kalau saya yang pegang nanti bisa susah, saya jarang di rumah, kalau istri perlu uang nah saya lagi kerja kan susah.
” R1, W2, 69-88
Pengaturan keuangan sepenuhnya dipegang oleh istri. Karena sang ibu yang meminta agar pasangan yang mengatur keuangan di dalam rumah tangga,
sebab TL sudah beristri dan harus memberikan kewajiban kepada istri untuk mengelola rumah tangga. Akhirnya TL memberikan wewenang sepenuhnya
kepada istri untuk mengatur keuangan. “Gimana ya, awalnya sih bukan kemauan abang, tapi umak abang bilang,
kan kau dah punya istri biarkan istrimu yang ngatur keuangan, kau cari kerja aja. Ya udahlah abang pikir cocok juga kan dah punya istri. Mana
mungkin uang yang abang kasih sama istri di macam-macamin kek beli emas gitu, pasti untuk keperluan anak-anak juga. Lagipula istri pun
sebetulnya gak percaya kalau abang yang megang uang. Katanya supir ni boros kalau udah pegang uang gak ingat diri gak ingat pulang. Jadilah
istri yang megang uang dan mengatur segala keuangan, sampe abang pun
bejatah ni dek kalau urusan uang.” R1, W4, 467-499
Untuk pengaturan keuangan dalam rumah tangga menurut TL istri termasuk orang yang hemat, jarang mengeluhkan jumlah uang belanja yang TL
berikan. Pasangan juga sangat terbuka terhadap jumlah dan rincian pengeluaran dalam rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
“Iya percaya. Istri saya selalu bilang kemana uang pengeluaran piginya, jadi saya percaya aja lah toh ada buktinya, kan istri selalu bilang. Jadi ya
percaya lah ”
R1, W2, 89-97 “Pokoknya terbuka lah, apa aja yang dibeli selalu bilang sama saya.”
R1, W2, 98-105 Pengaturan keuangan yang dipegang oleh istri tidak membuat TL merasa
keberatan. Karena kesibukan TL sebagai supir membuat TL tidak memungkinkan untuk mengatur keuangan.
“Gak keberatan sama sekali ya, karena kalau abang yang ngatur uang susah juga nanti. Abang bukannya sering di rumah lebih banyak di jalan.
Besar-besar di jalan gitu. Udah bagus kali lah itu istri yang ngatur keuangan, biar dia belajar juga menjalankan kewajibannya sebagai istri.
Si kakak lah dek yang ngatur semuanya. Pokoknya abang serahkan lah sama istri. Walaupun abang dapat uang bejatah gak apa-apa lah
daripada anak-anak gak makan gara-
gara abang yang pegang uang.” R1, W4, 500-526
Menurut TL, kondisi keuangan tidak pernah menjadi masalah dalam rumah tangga sebab pasangan mengerti dan tidak memaksakan keinginan untuk
memiliki sesuatu yang tidak sanggup diberikan oleh TL seperti meminta barang- barang mewah yang tidak bisa TL belikan.
“Gak pernah ada dek keinginan si kakak yang aneh-aneh. Biasa aja kalau istri abang ni, gak pernah lah minta sesuatu yang gak bisa abang
penuhi. Dia ngerti kondisi abang lah dek, gak pernah maksa minta yang gak sanggup abang beli.”
R1, W4, 553-565 “Gak pernah ada masalah dalam hal keuangan kalo di rumah tangga
abang. Karena abang selalu memberikan sama istri uang tiap abang punya uang. Jadi istri lah itu yang ngaturdek. Gak pernah pula abang
dengar istri ngeluh uang habis.” R1, W4, 566-579
Universitas Sumatera Utara
TL merasa sangat puas dengan pengaturan keuangan yang dibuat oleh pasangan karena pasangan selalu mengutamakan keterbukaan dalam mengelola
keuangan rumah tangga. “Oohhh.. puas sekali dek. Karena kan ada keterbukaan, kemana aja uang
belanja habis selalu dibilang sama abang. Jadi abang ngerasa cocok kali lah sama aturan istri. Gak tau lah abang entah ada yang gak beres. Tapi
yang abang tengok selalu beres-beres aja. Palingan abang yang biasanya suka ngamuk-ngamuk sendiri kalau lagi gak ada uang. Pening lah kepala
abang mikiran ngasih makan apa anak istri. Kalau udah gitu itulah abang bentak-bentak lah istri kalau
lagi ngomong.” R1, W4, 527-552
e. Leisure activity
Menurut TL, pekerjaan yang ia jalani membuat TL dan keluarga menjadi jarang bertemu serta berkumpul bersama pasangan dan anak-anaknya.
“Ya jarang bertemu, kerjaan abang kan supir jadi jarang pulang. Jarang lah ya, abang kan lebih banyak waktu untuk kerja daripada kumpul
dengan keluarga.“ R1, W2, 106-119
Ketika ada waktu luang biasanya dihabiskan TL dengan mengajak pasangan dan anak untuk jalan-jalan walaupun hanya jalan-jalan sore atau juga
bercanda-canda di halaman rumah. “Biasanya kalau sedang tidak kerja saya tuh ngumpul sama istri dan anak
di teras sambil ngobrol-ngobrol, kadang-kadang saya ajak jalan-jalan juga.”
R1, W2, 120-127 “Untuk kegiatan biasanya saya yang tentukan ya, walapun cuma kegiatan
kecil-kecilan ya sekadar jalan- jalan sore sama anak dan istri.”
R1, W2, 128-134 Menurut TL, ia jarang memberikan kesempatan kepada pasangan untuk
menentukan pilihan aktivitas yang dilakukan. Hal ini disebabkan waktu yang ditentukan pasangan tidak pernah sesuai dengan waktu yang dimiliki oleh TL.
Universitas Sumatera Utara
“Pernah dek. Tapi biasanya gak abang kabulin permintaan istri soalnya gak pernah sesuai sama waktu yang abang miliki. Tau lah yang menyupir
ni dek jarang-jarang ada waktu untuk istirahat, sekali pulang di situlah istirahat. Nah kadang si kakak di situ pula ngajak jalan-
jalan, ya „gak bisa‟ abang bilang. Makanya kalau mau pigi jadi abang yang nentuin
karena abang yang bisa mastikan waktu abang ada atau gak. Bisa pigi jalan-jalan atau
gak.” R1, W4, 580-604
Pasangan terkadang marah apabila TL tidak memenuhi keinginan pasangan untuk melakukan aktivitas bersama. Tapi TL selalu mencoba
memberikan pengertian kepada pasangan mengenai waktu yang ia miliki. “Mungkin keberatan dek. Karena kalau udah ditolak atau gak dikabulin
ajakannya suka buncut merajuk. Kalau dah gitu marah lah itu. Tapi mau gimana lagi. Ya gini lah aku, inilah waktuku, gitu aja abang bilang. Kalau
mau jalan-jalan di waktu yang telah abang buat, OK. tapi kalau gak mau ikut ya biar abang aja lah sama anak-
anak.” R1, W4, 605-622
f. Sexual relationship
Hubungan seksual dalam rumah tangga TL lancar, walaupun pasangan
kurang terbuka saat membicarakan masalah hubungan seksual.
“gak, emang kurang terbuka. Gak mau bilang maunya apa. Pasangan kurang terbuka kalau masalah h
ubungan seksual.” R1, W3, 12-18
Sikap pasangan yang kurang terbuka mengenai komunikasi dalam masalah hubungan seksual membuat TL merasa kurang puas. TL berharap pasangan lebih
terbuka dalam membicarakan masalah seksual, supaya TL mengetahui apa yang pasangan inginkan.
“Masalah keterbukaan tentang itu menurut abang sangat tidak puas. Abang pinginnya istri terbuka sama apa yang dia mau, jadi abang bisa
ngerti juga. Ni gak pernah mau ngomong kalau udah masalah itu. Bek-bek nya hilang seperti ditelan bumi. Kalau udah gak mau jangan ditanya lagi
lah mau atau gak.”
Universitas Sumatera Utara
R1, W4, 652-668 Dalam melakukan hubungan seksual dengan pasangan menurut TL
tergantung pada kesepakatan antara TL dengan pasangan. Kalau pasangan sedang tidak ingin melakukan hubungan seksual sedangkan TL merasakan itu suatu
kebutuhan maka TL akan sedikit memaksa pasangan, sedangkan disaat pasangan dalam kondisi yang tidak fit TL tidak akan memaksa. Masalah perselingkuhan
tidak pernah terjadi dalam rumah tangga TL dengan pasangan. “Selingkuh, gak pernah dan mudah-mudahan jangan pernah terjadi.”
R1, W2, 128-132 “Gak juga hahaha. Abang kadang-kadang marah kalau istri gak mau, kan
ab ang jarang pulang dek, masa‟ disaat abang pulang, Pengin berduaan
sama istri, istri malah nolak. Marahlah abang, abang bilang kalau gini bagus gak usah pulang. Kalau udah digitukan istri nurut juga. Tapi
terkadang kalau abang lagi pengin terus ngelihat istri capek kali, dengan terpaksa lah dek nurut aja kalau istri gak mau. Walaupun dalam hati kesal
juga.” R1, W4, 669-691
g. Children and marriage
Pekerjaan TL yang banyak menyita waktu membuat TL jarang bertemu dengan anaknya. Menurut TL, anak tidak terlalu berpengaruh terhadap rumah
tangga sebab pekerjaan menuntutnya untuk berada jauh dan tidak memiliki kedekatan dalam hal emosional dengan anak sehingga ada atau tidak adanya anak
tidak memiliki pengaruh bagi TL. “Iya biasa saja, karena bang juga jarang di rumah. Kehadiran anak,
sama aja kayaknya ya dari sebelum gak ada anak”
R1, W3, 19-25
Universitas Sumatera Utara
Untuk pendidikan terhadap anak. TL mengaku ingin anaknya punya pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya. Tapi tidak terlepas dari batas
kemampuan TL. “Untuk pendidikan anak pengennya tu ya lebih tinggi lah dari saya, tapi
tingginya juga ya semampu kita lah sebagai orangtua.” R1, W2, 164-170
Menurut TL tidak ada kesepakatan dalam mengasuh dan membesarkan anak. Dalam mengasuh dan mendidik anak lebih banyak dilakukan oleh pasangan.
“Kalau kesepakatan dalam hal mengasuh anak, Istri lebih sering ngasuh anak-anak. Abang kurang tau. Kalau kesepakatan dalam hal mengasuh
anak, lebih sering istri karena pekerjaan saya kan lebih banyak waktu di luar jadi kalau pulang aja baru bisa bantu-
bantu istri.” R1, W2, 171-185
“Karena anak-anak masih kecil jadi belum terlalu ada kesepakatan yang aneh-
aneh.” R1, W2, 186-191
Dalam mengasuh dan mendidik anak lebih sering dilakukan oleh pasangan, hal ini kadang membuat TL merasa bukan ayah yang baik bagi anak-
anaknya karena kesibukan sebagai seorang supir tidak memungkinkan untuk mengasuh dan mendidik anak. Sehingga TL merasa tidak puas karena tidak bisa
mengurus anak secara langsung, untuk itu TL beranggapan tidak memiliki anak yang bertujuan sebagai penghilang rasa bersalah dan konsistensi dalam pekerjaan.
“Sebenarnya ada lah dek, perasaan tidak puas. Malah kadang lagi nyupir tu terfikir-fikir juga ayah seperti apa lah abang ini. Jarang di rumah,
jarang melihat pertumbuhan anak. Makanya untuk ngilangin rasa gak enak, abang ngerasa gak punya anak. Soalnya ada anak toh abang gak
bisa nengok perkembangan anak setiap hari. Dalam hati ini ada rasa bersalah. Tapi ya mau gimana lagi, kerja abang nuntut selalu pigi-pigi.
Makanya ada dan gak ada anak sama aja rasa abang, toh abang jarang
ketemu sama anak abang. Kalau ada waktu aja lah baru bisa kumpul.” R1, W4, 692-722
“Gak ada ya dek, namanya yang gurus kan umaknya sendiri, jadi rasa abang biasa-biasa aja kecuali yang ngurus anak itu neneknya baru rasa
Universitas Sumatera Utara
abang itu jadi masalah, selagi ada orangtua si anak ya dialah yang harus menjaga anak. Suami yang cari uang istri yang ngurus rumah tangga.
Istri gak perlu kerja lah, ngurus anak aja di rumah. Kalau abang ikut ngurus anak, siapa yang cari makan? Istri? Gak mungkin kan dek.
Perempuan itu tugasnya di rumah aja” R1, W4, 831-856
Dalam budaya batak anak laki-laki merupakan penerus garis keturunan marga yang menjadi suatu kebanggan dalam suku batak. Sebagai orang batak,
TL berharap memiliki anak laki-laki sedangkan kedua anak TL berjenis kelamin perempuan, hal ini membuat TL menginginkan hadirnya anak laki-laki sehingga
rumah tangga terasa lengkap dan garis keturunan tetap terjaga. ”Kayaknya ada dek. Di dalam rumah tangga pernikahan Budaya Batak,
dapat anak laki-laki itu sudah sebagai suatu kebanggaan. Nah anak abang dua-duanya perempuan. Kadang ada rasa yang kurang gitu, sebenarnya
dibilang senang abang senang lah punya anak tapi karena dua-duanya
perempuan agak gimana gitu. “ R1, W4, 723-746
“… orang Batak gak punya anak laki-laki itu rasanya hambar gitu, gak ada yang bisa dibanggakan. Bisa lah dibilang abang kecewa karena
belum dapat anak laki-laki. Tapi mudah-mudahan abang dapat lah anak laki-laki. Supaya rumah ni lebih seru gak suara anak perempuan semua.
Biar ada dulu yang berani di sini.” R1, W4, 766-783
h. Religious orientation
Dalam melaksanakan perintah agama, keluarga TL bukan termasuk keluarga yang sering menjalankan kegiatan shalat berjama‟ah sedangkan dalam
kehidupan keluarga pasangan selalu melakukan shalat berjama‟ah di rumahnya sehingga pasangan selalu menuntut TL untuk
melakukan shalat berjama‟ah. “Keyakinan agama biasanya cuma shalat aja, namanya saya juga jarang
di rumah. Tapi kalau ada waktu biasanya saya akan mengajak istri dan anak paling besar untuk shalat
berjama‟ah.” R1, W2, 192-201
Universitas Sumatera Utara
“….Shalat berjama‟ah, kalau di tempat istri kan selalu melakukan shalat berjama‟ah, sedangkan abang di sini jarang melakukan shalat
berjama‟ah, jadi kadang istri tu suka nuntut untuk Shalat berjama‟ah. Jangankan Shalat
berjama‟ah Shalat sendiri aja kalau abang bisa hitung pake jari.
“ R1, W4, 79-112
Tuntutan pasangan untuk melakukan Shalat berjama‟ah sering diabaikan oleh TL. Kadang untuk menyenangkan hati pasangan, TL akan menjanjikan untuk
melakukan Shalat berjama‟ah. Hal itu dilakukan untuk menyenangkan pasangan supaya tidak marah.
“Cara mengatasi, biasanya abang bilang, iya ntar lagi Shalat. Sampe istri bosan menunggu terus akhirnya shalat duluan. Ada perasaan belum siap
bagi abang untuk melakukan shalat apalagi berjama‟ah sebenarnya,
karena shalat abang aja masih tinggal-tinggal. Gimana itu imam nya aja jarang shalat ya kan. Kadang abang ajak jugak lah shalat berjama
‟ah. Daripada istri abang ni merepet terus menita shalat berjama
‟ah, shalat lah. Bukannya gak mau shalat abang bilang, Cuma ada waktunya bagi
abang nanti.” R1, W4, 113-140
Mendidik anak dalam hal agama diakui TL jarang ia lakukan, hal ini lebih sering dilakukan oleh pasangan ataupun orangtua TL. Pasangan TL merupakan
orang yang taat beragama, sehingga TL menyerahkan semuanya kepada pasangan dan TL merasa puas karena memiliki pasangan yang taat menjalankan agama.
“Gimana ya … abang jarang di rumah. Mendidik anak pernah tapi jarang sekali. Mendidik anak dalam hal agama biasanya Cuma ngajak anak
shalat. Tu pun kadang-kadang kalau lagi pulang. Selebihnya istri yang lebih sering mendidik anak ataupun neneknya sering ngajak ngaji
baren
g.” R1, W2, 202-217
“Kalau harapan, seperti udah tercapai karena istri emang udah rajin dalam hal agama berbeda dengan abang
.” R1, W2, 224-229
Menurut TL agama sangat penting dalam sebuah pernikahan, namun TL belum merasa siap untuk melaksanakan kegiatan agama.
Universitas Sumatera Utara
“Kalau menurut abang agama itu penting di dalam rumah tangga. Tapi abang masih belum bagus dalam soal agama, gak lancar Shalatnya dek,
macam mobil kena macet. Syukurlah istri abang rajin Shalat jadi anak- anak abang bisa melihat umaknya, itulah panutan mereka dalam hal
agama.” R1, W4, 877-892
i. Family and friends
Hubungan TL dengan keluarga pasangan sangat baik. Walaupun TL mengaku hanya bisa membawa pasangan bertemu keluarga sekali setahun karena
tuntutan pekerjaan sebagai supir sudah menyita waktunya. Namun TL tetap mengusahakan untuk pulang kampung kalau ada hal-hal yang penting. Apalagi
kalau itu berkaitan dengan kondisi kesehatan mertua, TL akan segera membawa pasangan pulang kampung.
“Kalau hubungan dengan keluarga istri baik-baik aja ya, tapi itu dia saya Cuma bisa bawa istri pulang ke rumah keluarga istri paling sekali setahun
aja.” R1, W2, 230-238
“Kalau hubungan dengan mertua baik ya namanya juga masih saudara, kayak kemarin ini kan kami 2 minggu di sana karena mertua laki-laki sakit
stroke makanya sekeluarga pigi nengoki.” R1, W2, 239-249
Menurut TL, hubungan baik yang terjalin dengan mertua bukan cuma karena faktor saudara, ataupun faktor sudah saling kenal. TL tidak bisa
mengatakan kalau mertua lebih sayang kepadanya daripada menantu lain, karena TL masih satu-satunya menantu dalam keluarga pasangan sebab saudara pasangan
belum ada yang berumah tangga. “Gimana ya, hubungan sama ibu mertua baik. Kalau di bilang lebih baik
di bandingkan dengan menantu-menantu yang lain. Gak tau heheh karena baru abang yang jadi menantu di rumah istri selebihnya belum pada
Universitas Sumatera Utara
nikah. Karena keluarga juga mungkin makanya mertua atau nantulang abang itu jadi lebih baik. Namanya juga uda
h kenal.” R1, W4, 931-951
Hubungan TL dengan saudara pasangan juga semakin dekat karena persaudaraan antara TL dengan pasangan tidak hanya sebatas sepupu namun
sudah berubah menjadi saudara. Awalnya TL memang merasa malu tapi semakin lama hubungan persaudaraan menjadi semakin dekat.
“Rasanya punya ipar yang merupakan saudara sepupu, pertama-tama abang agak malu juga, biasanya kan jadi sepupu eh setelah nikah sama
istri kan otomatis mereka tidak hanya sepupu abang lagi tapi udah jadi saudara. Walaupun memang awalnya saudara. Tapi jadi ngerasa lebih
dekat aja lah dek. Abang jadi ngerasa punya keluarga lengkap, istri kan perempuan semua satu keluarga sedangkan abang laki-laki semua. Jadi
lengkap lah rasanya punya abang dan punya kakak.” R1, W4, 951-976
Menurut TL, ia kurang mengenal teman-teman pasangan. Karena kondisi tempat tinggal yang berjauhan antara TL dengan keluarga asal pasangan membuat
TL tidak terlalu mengenal dengan baik semua teman-teman pasangan. “Istri kan rumahnya di Sosa sana jadi saya gak terlalu kenal dengan
kawan- kawan istri.”
R1, W2, 250-254 Dalam menghabiskan waktu bersama keluarga, TL lebih merasa nyaman
menghabiskan waktu dengan keluarga sendiri daripada keluarga pasangan. “Sebenarnya kalau di bilang lebih enak dimana, lebih enak sama keluarga
sendiri ya, walaupun keluarga istri itu keluarga abang juga kan tulang dan nantulang abang keluarga istri, tapi lebih enak sama keluarga sendiri
lah. Lagipula kalau ke rumah keluarga istri abang harus punya waktu dan uang tentunya. Kan abang jarang bisa ada waktu untuk pigi-pigi
. “ R1, W4, 977-996
Universitas Sumatera Utara
j. Egalitarian role
TL berperan sebagai kepala rumah tangga sekaligus mencari nafkah untuk menunjang ekonomi keluarga. TL senang berperan sebagai pencari nafkah.
Sedangkan peran yang TL harapkan dari pasangan hanya sebagai ibu rumah tangga.
“Peran abang sebagai pencari nafkah ya.” R1, W2, 262-266
“Kalau peran udah sesuai yah, namanya kepala rumah tangga pasti tugasnya mencari nafkah.
” R1, W2, 267-272
Jika ada waktu luang maka TL akan membantu pasangan yang lebih dominan dalam mengurus rumah tangga untuk mengatur dan mendidik anak-anak
sambil dibantu oleh ibu TL yang tinggal serumah dengan TL. “Istri lebih banyak yang ngurus rumah tangga sambil di bantu-bantu
sama ibu saya, saya pun bantu juga kalau lagi ada waktu.” R1, W2, 273-279
Pekerjaan sebagai supir banyak menyita waktu TL sehingga membuat TL tidak memperbolehkan pasangan untuk bekerja. Dengan alasan anak-anak masih
kecil, masih butuh perhatian dari kedua orangtuanya. “Untuk saat ini saya tidak mendukung istri bekerja karena anak-anak kan
masih kecil, biar istri jadi ibu rumah tangga aja ngurus anak di rumah, gak usah kerja lah. Kalau ngurus rumah tangga ya itu tugasnya istri.
kalau istri juga kerja bisa-bisa anak-anak siapa yang ngurus.
” R1, W2, 286-300
Kadang ada rasa tidak puas dalam diri TL karena hanya bisa menjalankan satu peran dalam rumah tangga, TL ingin menjalankan peran yang lain tapi
terbentur dengan pekerjaan. “Sebenarnya kurang puas dek, karena kana bang juga seorang ayah tapi
jarang melaksanakan tugas sebagai seorang ayah karena waktu abang
Universitas Sumatera Utara
banyak di luar, abang juga seorang suami tapi jarang bisa membantu istri karena kerjaan tadi.”
R1, W4, 1041-1053
5. Interpretasi Intra Responden 1 Tabel 4. Interpretasi Intra Responden 1
Aspek Gambaran Responden
Konfirmasi Teoritis Pernikahan
pariban Pernikahan pariban merupakan
pernikahan yang terjadi antara anak perempuan tulang paman
dengan anak laki-laki dari Bouk bibi.
Pernikahan TL
merupakan bentuk pernikahan pariban karena TL menikah
dengan anak tulang. Sebelum memutuskan untuk menikah
dengan pasangan, TL dan istri melalui
proses berpacaran,
karena menganggap pacaran banyak efek sampingnya, TL
memutuskan untuk melamar pariban. TL merasa yakin untuk
menjadikan pariban sebagai istri karena TL melihat istri baik dan
rajin beribadah, TL juga sudah mengenal keluarga pasangan.
Pernikahan
dengan pariban
membuat hubungan
kekeluargaan TL
dan istri
semakin dekat. Menurut
Tambunan 1982
Pernikahan pariban merupakan pernikahan
dimana seorang
pemuda dinikahkan
dengan pemudi yang tidak lain adalah
anak dari tulang mama‟ pemuda.
Kepuasan pernikahan
:
Personality issue
Pada awal
pernikahan TL
merasa mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri
dengan istri
meski telah
mengenal istri
sebelum menikah.Perbedaan kepribadian
antara TL yang pendiam dengan pribadi istri yang selalu riang
dan cerewet sering membuat TL merasa kesal dan tidak nyaman
saat di rumah. TL berharap istri lebih mengerti kondisi TL saat
pulang bekerja. Penyesuaian Menurut Olson McCubbin
1983 setelah
menikah perbedaan
terkadang bisa
menimbulkan kekecewaan,
sebaliknya jika tingkah laku pasangan sesuai dengan yang di
inginkan maka
akan menimbulkan rasa senang dan
bahagia. Kepuasan
pernikahan akan
tercapai apabila responden bisa menyesuaikan diri dan menerima
dan menasa puas kepribadian
Universitas Sumatera Utara
dalam kebiasaan juga menjadi kendala dalam hubungan TL
dengan istri.
Menurut TL
menikah dengan
pariban membuat istri menjadi lebih
terbuka dalam mengungkapkan perasaannya.
TL merasa
kepribadian istri belum seperti yang diharapkan. Walaupun TL
tidak suka namun penyesuaian pernikahan
lebih mudah
dilakukan karena
menikah dengan pariban.
pasangan.
Communication
Hubungan komunikasi dalam rumah tangga cukup lancar.
Meskipun pendiam, TL dan istri selalu
terbuka dalam
berkomunikasi. Saat TL marah maka
komunikasi menjadi
kurang lancar
karena TL
membutuhkan waktu
untuk menenangkan
diri sebelum
kembali berkomunikasi. Untuk komunikasi TL dan istri saling
mempercayai, mendengarkan
dan mendukung. Menurut TL komunikasi merupakan faktor
penting keharmonisan dalam rumah tangga. Menikah dengan
pariban membuat istri lebih berani dalam mengungkapkan
pendapat kepada TL. Menurut Olson McCubbin
1983 kepuasan pernikahan akan tercapai apabila kedua pasangan
merasa
nyaman saat
berkomunikasi, percaya dengan apa
yang dikatakan
oleh pasangan, mendengarkan serta
mendukung pasangan,
menganggap komunikasi
merupakan hal yang penting hubungan pernikahan.
Conflict resolution Dalam pernikahan, TL selalu
berusaha menghindari masalah. TL mengaku malu jika orangtua
mengetahui dirinya bertengkar dengan
istri. Jika
terjadi masalah
akan segera
didiskusikan dan jika terjadi perbedaan
pendapat maka
pasangan akan memilih untuk mengalah agar masalah tidak
semakin rumit. Dalam mencari pemecahan masalah biasanya
TL dan istri selalu saling mendukung
dan adanya
Kepuasaan pernikahan tercapai karena
adanya keterbukaan
dalam memecahkan masalah. Menurut Olson McCubbin
1983 di
perlukan adanya
keterbukaan antara
pasangan untuk
mengenal dan
untuk mendapatkan solusi yang terbaik
serta saling mendukung dan percaya
dalam memecahkan
masalah yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
keterbukaan dalam
rumah tangga. TL senang dengan cara
penyelesaian masalah dalam rumah tangga. Menurut TL,
sikap terbuka istri saat memiliki masalah disebabkan istri adalah
pariban TL, karena sudah saling mengenal sejak kecil membuat
istri menjadi tidak segan untuk menceritakan
masalahnya kepada TL.
Financial management
Dalam pernikahan,
yang mengatur
keuangan rumah
tangga adalah istri. Pada awal menikah, TL yang mengatur
keuangan, namun Ibu menyuruh agar pasangan yang mengatur
keuangan. Hal ini dilakukan Ibu karena TL jarang berada di
rumah. Menurut TL, istri mampu mengelola keuangan
dengan baik. Sehingga TL tidak keberatan
kalau istri
yang mengatur keuangan. TL juga
sangat puas dengan cara istri mengatur keuangan dan istri
juga
mengutamakan keterbukaan dalam mengelola
keuangan rumah
tangga. Menurut TL, istri tidak pernah
meminta sesuatu yang tidak bisa TL
belikan. Istri
sangat mengerti bagaimana kondisi
ekonomi TL. Menurut Olson McCubbin
1983 kepuasan
pernikahan dipengaruhi
bagaimana cara
pasangan mengatur keuangan dengan baik.
Leisure activity TL lebih banyak menghabiskan
waktu untuk bekerja daripada dengan keluarga. Jika ada waktu
luang, TL akan mengajak anak dan istri untuk berjalan-jalan.
Biasanya
dalam pemilihan
kegiatan TL lebih mendominasi, karena TL lebih tahu secara
pasti waktu yang ia miliki. Pasangan
kadang keberatan
dengan kondisi tersebut namun TL
mencoba memberi
Menurut Olson McCubbin 1983
salah satu
yang mempengaruhi
kepuasan pernikahan adalah kegiatan yang
dilakukan sebagai
pilihan bersama
serta harapan
menghabiskan waktu
luang bersama pasangan.
Universitas Sumatera Utara
pengertian kepada pasangan mengenai
kondisi tersebut.
Menurut TL
kebersamaan bersama keluarga merupakan
hal yang penting namun karena waktu yang dimiliki TL sedikit
membuat
TL jarang
bisa berkumpul dengan keluarga.
Sexual relationship
Menurut TL hubungan seksual dalam rumah tangga lancar
hanya saja dalam penyesuaian seksual menjadi kurang lancar
karena istri kurang terbuka. TL merupakan orang yang terbuka
dalam membicarakan hubungan seksual sebaliknya istri kurang
terbuka dalam membicarakan mengenai hubungan seksual.
Hal ini membuat TL kurang puas karena kurang komunikasi
mengenai hubungan seksual. TL berharap istri lebih terbuka saat
diajak membicarakan mengenai seksual. Saat pasangan menolak
melakukan hubungan suami- istri maka TL marah namun saat
kondisi pasangan tidak fit TL tidak
akan memaksakan
kehendak kepada istri. Menurut Olson McCubbin
1983 kepuasan
pernikahan dapat di capai dengan cara kedua
pasangan bisa
mencapai kesepakatan dalam hal hubungan
seksual
Children and
marriage
Kehadiran anak
tidak mempengaruhi
kebahagiaan dalam
karena TL
belum memiliki anak laki-laki dan TL
jarang menghabiskan
waktu bersama anak dan kurangnya
kedekatan emosional. Sebagai orang yang berasal dari Budaya
Batak TL berharap memiliki anak
laki-laki yang
akan meneruskan garis keturunan
marga. TL jarang mendidik dan mengasuh anak karena
tidak memiliki waktu. Untuk pendidikan
anak, TL
menginginkan pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya.
Menurut Olson McCubbin 1983
kesepakatan antara
pasangan dalam hal mengasuh dan
mendidik anak
akan mempengaruhi
kepuasan
pernikahan.
Universitas Sumatera Utara
Religious orientation
Dalam pernikahan,
TL merupakan orang yang jarang
melakukan kegiatan
agama. Sedangkan
istri merupakan
orang yang taat menjalankan kegiatan agama. Perbedaan ini
sering menimbulkan konflik. Perbedaan pola kebiasaan juga
menjadi konflik dalam rumah tangga. Dalam mengasuh dan
mengajarkan anak mengenai agama lebih banyak dilakukan
oleh istri dan Ibu TL. TL merasa puas karena memiliki
istri
yang taat
dalam menjalankan kegiatan agama.
Menurut Olson McCubbin 1983 setelah menikah orangtua
akan mengajarkan dasar-dasar dan nilai-nilai agama yang di
anut kepada anaknya.
Family and
friends
Hubungan TL dengan keluarga istri
terjalin dengan
baik. Meskipun
jarang bertemu
namun TL
selalu mengutamakan keluarga besar.
Pekerjaan TL yang menyita waktu membuat TL jarang
menghabiskan waktu baik itu dengan keluarga besar maupun
dengan keluarga pasangan. TL merasa kurang puas karena
jarang bertemu dan berkumpul keluarga
dan teman-teman.
Pernikahan pariban membuat hubungan kekeluargaan antara
TL dengan istri menjadi lebih baik.
Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan akan
tercapai apabila
memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga, teman
dan relasi.
Memiliki hubungan yang baik dengan para keluarga, teman juga
relasi akan mengurangi konflik yang terjadi.
Menurut
Scolnick dalam
Lemme, 1995 Adanya rasa kebersamaan dan bersatu dalam
keluarga merupakan
kriteria kepuasan yang tinggi.
Egalitarian role Peran TL di dalam rumah
tangga sebagai kepala keluarga serta mencari nafkah. Jika ada
waktu luang TL akan membantu istri dalam mengurus keluarga..
Secara peran tradisional TL sudah menjalankan perannya
dengan baik. Namun TL tidak puas karena hanya menjalankan
sedikit peran dalam rumah tangga.
Menurut Olson McCubbin 1983 suatu peran dalam rumah
tangga harus
mendatangkan kepuasan pribadi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Gambaran kepuasan pernikahan pariban pada responden 1 Responden I TL
Kepuasan pernikahan pada responden I
Kepuasan pernikahan yang dirasakan TL dalam rumah tangga ada pada aspek communication, financial management, sexual relationship, religious orientation, family and friends. Sebagai seorang suami TL
dalam Budaya Batak membuat TL tidak puas dengan personality issue istri karena istri jarang menurut pada TL, aktivitas yang lebih banyak TL habiskan diluar rumah membuat TL tidak puas apalagi dalam
Budaya Batak kebersamaan dalam keluarga harus dijunjung tinggi namun TL jarang bisa melakukan hal tersebut. Kehadiran anak juga membuat TL merasa tidak puas karena belum memiliki anak laki-laki
yang merupakan penerus keluarga dalam Budaya Batak begitu juga dengan hubungan kekeluargaan karena jarang bisa berkumpul dengan keluarga membuat TL tidak puas dengan hubungan keluarga yang
terjalin. Peran tradisional juga membuat TL kurang puas karena TL ingin melakukan peran lain seperti membantu istri namun waktu tidak mendukung hal tersebut.
Kepuasan pernikahan pada responden 1 berdasarkan aspek kepuasan pernikahan
Personality issue: TL kurang bisa menerima kepribadian istri Communication: TL selalu menjaga komunikasi dgn istri
Conflict resolution: Konflik selalu diselesaikan dgn diskusi Financial management: TL senang dengan cara istri mengatur
keuangan Leisure activity: TL merasa kurang memiliki waktu untuk
keluarga Sexual relationship: TL kurang puas karena istri sulit untuk
diajak berkomunikasi masalah seksual Children and marriage: TL tidak puas karena belum memiliki
anak laki-laki Religious orientation: orientasi agama berjalan baik walau TL
jarang melaksanakan ibadah Family and friends: hubungan terjalin baik antara TL dengan
keluarga istri. Egalitarian role: peran tidak puas hanya menjalankan peran
tradisional semata TL
MN Usia : 26 tahun
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan: MAN Usia : 27 tahun
Pekerjaan: supir Pendidikan:
SMA
Proses Pacaran
Pernikahan ideal dalam Budaya Batak
Pernikahan pariban
Terjadinya pernikahan pariban
Merasa cocok dengan pasangan
Harapan orangtua Harapan Budaya
Nilai yang diyakini responden dalam pernikahan Budaya Batak
Istri menuruti perkataan suami Istri harus menghormati suami
Meminimalkan masalah
yang terjadi
Mengutamakan nilai kebersamaan dalam keluarga
Mempunyai anak laki-laki Menjadi imam dalam keluarga
Menjaga hubungan baik dengan keluarga besar
Suami memiliki peran utama dalam rumah tangga
Universitas Sumatera Utara
6. Analisa Data wawancara Responden 2 I. Pernikahan Pariban