Kredibilitas Validitas Penelitian Pembahasan

yang kurang jelas sehingga responden yang diwawancarai dapat dihubungi kembali. Penggunaan alat perekam ini dilakukan dengan memperoleh persetujuan responden terlebih dahulu. Selain itu alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari responden. Alat perekam juga berguna untuk mengulang hasil rekaman wawancara.

E. Kredibilitas Validitas Penelitian

Dalam penelitian kualitatif dikenal istilah kredibilitas dan dalam penelitian kuantitatif disebut validitas. Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan kompleksitas aspek-aspek yang terkait dalam bahasa kuantitatif: variabel dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif. Menurut Poerwandari 2009, kredibilitas penelitian kualitatif juga terletak pada keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah dan mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Adapun upaya peneliti dalam menjaga kredibilitas dan objektifitas penelitian ini, antara lain dengan: 1. Memilih sampel yang sesuai dengan karakteristik, yaitu pasangan pariban yang menikah melalui proses pacaran dan pasangan pariban yang menikah melalui proses perjodohan. 2. Menggunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan data yang akurat. Universitas Sumatera Utara 3. Melakukan analisis data penelitian berdasarkan “validitas argumentatif” yang dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah.

F. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua tahap penelitian, yaitu :

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan dilakukan untuk mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian: a. Pertama, peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan aspek-aspek kepuasan pernikahan pada pasangan pariban. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukkan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman wawancarara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara. b. Kedua, peneliti membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku responden selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku responden dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai. Universitas Sumatera Utara c. Peneliti selanjutnya mencari responden yang sesuai dengan karakteristik responden penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada responden tentang kesiapannya untuk diwawancarai. Setelah responden bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan responden mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah dilakukan tahap persiapan penelitian kemudian masuk ke tahap pelaksanaan penelitian. a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan responden. Konfirmasi ulang ini dilakukan sehari sebelum wawancara dilakukan dengan tujuan agar memastikan responden dalam keadaan sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara. b. Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara Sebelum melakukan wawancara, peneliti meminta responden untuk menandatangani “Lembar Persetujuan Wawancara” yang menyatakan bahwa responden mengerti tujuan wawancara, bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan, mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian sewaktu-waktu serta memahami bahwa hasil wawancara adalah rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah itu, Universitas Sumatera Utara peneliti mulai melakukan proses wawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. c. Memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip verbatim Setelah proses wawancara selesai dilakukan dan hasil wawancara telah diperoleh, peneliti kemudian memindahkan hasil wawancara ke dalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan koding dengan membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari Poerwandari, 2009. d. Melakukan analisa data Bentuk transkrip verbatim yang telah selesai dibuat kemudian dibuatkan salinannya. Peneliti kemudian menyusun dan menganalisa data dari hasil transkrip wawancara yang telah dikoding menjadi sebuah narasi yang baik dan menyusunnya berdasarkan alur pedoman wawancara yang digunakan saat wawancara. e. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran. Setelah analisa data selesai, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan. Kemudian peneliti menuliskan diskusi berdasarkan kesimpulan dan data hasil penelitian. Setelah itu, peneliti memberikan saran-saran sesuai dengan kesimpulan, diskusi dan data hasil penelitian. Universitas Sumatera Utara 38 BAB IV ANALISA DAN INTERPRETASI Pada bagian ini akan diuraikan hasil analisa wawancara dalam bentuk narasi. Untuk mempermudah pembaca dalam memahami kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah dengan pariban dalam suku Batak, maka data akan dijabarkan, dianalisa, dan diinterpretasi per-responden. Interpretasi akan dijabarkan dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam pedoman wawancara. Kutipan dalam setiap bagian analisa diberikan kode-kode tertentu sebab satu kutipan bisa diinterpretasikan beberapa kali. Contoh kode yang digunakan adalah : R1, W1, 30-38, maksud kode ini adalah kutipan dari Responden 1, wawancara pertama, baris 30 sampai 38.

A. Pasangan 1 1. Identitas Diri Responden 1 2

Tabel 1. Identitas Responden 1 2 Keterangan Suami Istri Nama Inisial TL MN Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia 27 tahun 26 tahun Pendidikan Terakhir SMK MAN Agama Islam Islam Pekerjaan Supir Ibu Rumah Tangga Umur pada saat menikah 23 Tahun 22 Tahun Proses menikah Pacaran Jumlah Anak 2 orang Usia pernikahan 4 Tahun Universitas Sumatera Utara 2. Jadwal Wawancara Responden 1 2 Tabel 2. Jadwal Wawancara Responden 1 TL Responden Hari Tgl Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara TL Rabu, 20 februari 2013 15.00-15.30 Wib Rumah TL TL Senin , 11 maret 2013 11.00-12.00 Wib Rumah TL TL Rabu , 13 maret 2013 16.20- 17.15 Wib Rumah TL TL Rabu, 03 April 2013 20.00-21.00 Wib Rumah TL Tabel 3. Jadwal Wawancara Responden 2 MN Responden HariTgl Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara MN Senin, 18 Februari 2013 15.00-17.00 Wib Rumah TL MN Selasa, 02 April 2013 16.00-18.00 Wib Rumah TL

3. Gambaran Umum Responden 1 2

Pasangan 1 merupakan pasangan yang menikah dengan cara berpacaran. Responden pertama ialah TL. TL merupakan anak kedua dari dua bersaudara sedangkan MN anak kedua dari enam bersaudara. TL merupakan suami dari MN. Hubungan keluarga antara TL dan MN sangat dekat yaitu bersepupu kandung. Pernikahan TL dan MN merupakan pernikahan pariban karena adanya hubungan keluarga. Istri TL merupakan seorang ibu rumah tangga yang mempunyai pendidikan yang sederajat dengan TL. Saat ini TL tinggal bersama kedua orangtua, istri dan anak. TL sudah memiliki dua orang anak. Universitas Sumatera Utara Kesibukan TL sebagai seorang Supir membuat TL jarang menghabiskan waktu bersama keluarga. TL juga jarang melakukan aktivitas bersama kedua anaknya. Meskipun memiliki waktu yang sedikit TL tetap berusaha melakukan aktivitas semaksimal mungkin saat memiliki waktu luang untuk bercengkerama dengan keluarga.

4. Analisa Data Wawancara Responden 1 I. Pernikahan Pariban

TL dan pasangan sebenarnya sudah saling mengenal dan sering bertemu sejak kecil. Orangtua TL dan orangtua pasangan merupakan saudara kandung. Sehingga membuat TL sering bertemu dengan pasangan. Pernikahan pariban terjadi ketika pasangan memutuskan untuk tinggal dan membantu orangtua TL yang berjualan. Selama tinggal di rumah, TL mulai menyukai pasangan hingga memutuskan untuk melamar pasangan. Menurut TL, terlalu lama pacaran banyak efek negatifnya. Akhirnya TL memutuskan untuk melamar pasangan menjadi istrinya. Menikah merupakan menjalin hubungan antara dua jenis kelamin yang berbeda dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. “Melalui pacaran gak sengaja.. hehehe.. tertawa. Iya, jadi dulu kakak ni kan datang ke sini buat bantu-bantu bouk nya eh lama-lama ditengok abang malah suka sama pariban abang yang satu ni, mungkin karena sering jumpa ya. Kita kan tinggal serumah. Karena takut lama-lama kan pacaran serumah, takut buat fitnah jadi abang memutuskan untuk melamar kakak. ” R1, W1, 36-55 “Pernikahan itu menyatukan dua orang yaitu laki-laki dan perempuan dalam ikatan pernikahan. Selain itu pernikahan juga untuk mencapai keluarga yang Sakinah Mawaddah wa Rahmah .” Universitas Sumatera Utara R1, W1, 1-12 Pernikahan dengan Pariban merupakan tradisi dalam keluarga TL dan istilah menikah dengan pariban sudah akrab di telinga TL. Dekatnya hubungan kekeluargaan antara TL dan pasangan, membuat TL memiliki suatu keyakinan bahwa pasangan akan menjadi istri yang baik dan dapat mengatur kehidupan rumah tangga. Sehingga TL dan pasangan memilih pariban sebagai pasangan hidup. “Pernikahan pariban itu ya nikah sama anak mama paman. Jadi pernikahan pariban itu terjadi ketika dua orangtua kita, misal pernikahan anak umak abang dengan anak abangnya atau adeknya yang laki-laki. Nah abang dan adek laki-laki dari umak abang itu punya anak perempuan, jadi anak perempuan tulang abang itulah paribannya abang. Pariban ini pariban kandung, istri abang merupakan anak dari paman abang. ” R1, W1, 13-35 “Apa ya, mungkin karena keluarga juga, dan karena selama proses pacaran abang tengok ooh bagus juga anaknya, rajin. Rajn Shalat lagi. Makanya yakin untuk menjadikan pariban sebagai calon istri dan telah menjadi istri sekarang. Abang kan malas shalat dek nah si istri itu rajin sumbayangnya, jadi kan imbang, ada juga lah yang buat abang mau shalat walaupun kadang-kadang bertengkar juga kalau istri dah nyuruh shalat. Tapi abang bersyukur lah dapat istri yang rajin shalat. Lagipula kan abang juga kenal keluarga istri gimana, makanya tambah yakin .” R1, W4, 1-3

II. Kepuasan pernikahan

a . Personality issue TL dan pasangan memiliki kepribadian yang berbeda, TL merupakan pribadi yang cenderung pendiam, sedangkan pasangan merupakan pribadi yang periang. Perbedaan kepribadian antara TL dan pasangan pada awal pernikahan menjadi tahap awal penyesuaian dalam rumah tangga TL. Universitas Sumatera Utara “Kalau penyesuaian sama istri itu awal-awal menikah agak susah, ya paling penyesuaian sama perilaku aja dulu. Walaupun udah kenal sama istri dari sebelum menikah tapi tetap aja harus menyesuaikan sama sifat istri. ” R1, W1, 56-67 Menurut TL, setelah menikah pasangan menjadi lebih cerewet, hal ini sering membuat TL kesal dan merasa tidak nyaman. “Penyesuaian yang sudah dilakukan sama istri itu, paling ya sama sifat ceria dia, semua dibawa senang-senang aja, terus merepet dia tu tuh yang dalam kondisi abang yang agak suntuk kadang-kadang buat abang gak tahan.” R1, W1, 68-79 “Istri itu lebih bek-bek dalam bahasa mandailingnya tapi dalam bahasa kita cerewet, wuuuh cerewet kali dia sekarang. Beda lah dari sebelum menikah. Dulu gak sampe separah ini. .” R1, W1, 80-90 “Sebetulnya dibilang kesal iya, keberatan ya keberatan lah gak nyaman lah lebih tepatnya. siapa yang nyaman juga dek kalau abang nanti pulang kerja capek-capek eh istri bukannya nyambut dengan baik malah merepet merepet. Yang ada tambah pusing. Pokoknya keberatan kali lah sama sifat seperti itu, tapi ya itu ya kan kalau orang mandailing ni kalau gak bek-bek bukan mandailing namanya. Hehehe.” R1, W4, 140-169 TL berharap pasangan menjadi lebih patuh, tidak cerewet dan lebih pengertian saat TL pulang bekerja. Sehingga TL bisa merasa nyaman ketika berada di rumah. “Penginnya istri ltu nurut apa kata saya, nurut kata suami, patuh ama suami” R1, W1, 99-108 “Belum terpenuhi, istri abang masih cerewet, masih bek-bek. Penginnya istri gak bek-bek sekali. Yang biasa aja yang bisa membuat suami nyaman ada di rumah. Janganlah bek-bek biar suami nyaman ada di rumah, gak tambah capek kalau pulang. Senyum lah kalau suami pulang kerja. Jangan di sambut dengan bek- bek.” R1, W4, 217-233 Menurut TL, perilaku pasangan yang lebih berani dalam mengungkapkan perasaan disebabkan oleh faktor pariban. Karena sudah saling mengenal sejak Universitas Sumatera Utara kecil membuat TL dan pasangan lebih terbuka dalam mengungkapkan apa yang dirasakan. “Mungkin ya dek, jadi lebih berani kalau istri yang di nikahi merupakan pariban kita. Karena faktor saudara makanya kalau ngomong gak ada lagi istilah di tahan-tahan. Mau dia bek-bek di depan suami, biasa-biasa aja gak ada segannya gitu. Karena yang abang tengok dari abangnya abang kan gak nikah sama pariban nah istrinya tu masih ada rasa segan sama suami. Nah istri abang ni gak ada lag i segannya.” R1, W4, 322-343 Menurut TL, penyesuaian pernikahan lebih mudah dilakukan karena TL menikah dengan pariban. Hal ini disebabkan TL sudah mengenal pasangan. “Dibilang mudah gak juga ya, namanya kita menyatu dengan orang yang berbeda. Walaupun saudara dan sudah kenal dari kecil, tetap harus menyesuaikan diri. Berkumpul dan tinggal bersama berbeda dengan setelah menikah. semua harus di sesuaikan. Untuk beberapa kebiasaan dan pola mungkin bisa di maklumi tapi tidak semua sifat asli bisa di mengerti dengan cepat, butuh waktu untuk memahami semua itu. Ya penyesuaian lebih gampang lah abang rasa daripada abang menikah dengan orang lain yang bukan pariban. Karena kan akan lebih banyak penyesuaian lagi. Intinya lebih gampang menyesuaikan diri dengan nikah sama pariban daripada nikah gak sama pariban. kayak abangnya bang gitu, kan dia gak menikah sama pariban. Awalnya memang baik tapi lama-lama semakin banyak perbedaan dan harus melakukan penyesuaian. Kalau pariban kita kan dah kenal memang. ” R1, W4, 252-303

b. Communication

Komunikasi yang terjadi antara TL dan pasangan tergolong lancar, karena keterbukaan selalu dijaga. Walaupun TL orang yang sedikit pendiam, namun hal itu tidak membuat komunikasi dalam rumah tangga menjadi memburuk. Sifat pasangan yang selalu terbuka membuat jalinan komunikasi bisa dijaga. “Iya… Kalau untuk komunikasi saya dan istri cukup terbuka ya, apalagi istri saya kan cerewet tuh, jadi ya terbuka aja kalau ngomong.” R1, W1, 109-115 “Menurut abang jujur, toh apa yang ia lakukan selalu di omongkan.” Universitas Sumatera Utara R1, W1, 116-120 “Percaya lah, kalau gak percaya bisa bertengkar setiap hari. Malu sama orangtua kalau bertengkar.” R1, W1, 121-126 Walaupun komunikasi tergolong lancar dan saling terbuka tetapi sifat pasangan yang cerewet sering membuat TL kesal. Menurut TL saat dirinya merasa kesal maka ia akan berbicara dengan nada yang tinggi kepada pasangan. “Walaupun istri saya cerewet saya tetap berusaha untuk mendengarkan kalau beliau sedang bicara. Karena kalau gak di dengarkan bisa tambah merepet nanti.” R1, W1, 127-135 “Kadang gak senang juga, abang masih cerita di D eh si kakak dah nyahut sampe K. kadang abang ingin kakak ni jangan terlalu bek-bek kali. Gak enak juga kalau ngomong eh si kakak udah merepet ntah kemana- mana. Kadang abang mau cerita jadi malas. Makanya kadang diam aja. Pening lah dek kalau kakak dah merepet.” R1, W4, 303-321 “Kalau nada suara, biasanya kalau abang pulang kerja kan capek tu, eh disambut sama bek-bek istri, pasti abang langsung naik darah, tebentak abang pun dek kadang-kadang. Bahkan umak abang pun bisa kena bentak kalau abang lagi emosi. Tapi kalau abang lagi gak emosi nada suara abang gak tinggi, biasa aja. Kalau suara meninggi itu biasanya karena marah.” R1, W4, 344-365 Topik-topik yang sering TL bicarakan dengan pasangan biasanya mengenai anak-anak dan rumah tangga. “Biasanya kalau lagi berdua sama istri, kami lebih sering membahas nisa ya, anak kami paling kecil, juga kakaknya yang mulai main ke jalan, kadang-kadang buat istri dan ibu saya cemas. Pokoknya pantang tebuka pintu langsung buuur keluar. Kadang-kadang membahas masalah keuangan juga .” R1, W1, 136-152 Menurut TL, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam rumah tangga, karena dengan adanya komunikasi maka semua masalah akan mudah diselesaikan. Universitas Sumatera Utara “Menurut saya komunikasi itu penting dalam rumah tangga tanpa ada komunikasi antara abang dan kakak, abang gak akan pernah tau maunya kakak apa, terus dengan adanya komunikasi di dalam rumah tangga abang lebih bisa mengerti kakak. Lagipula ya dek dengan adanya komunikasi keharmonisan rumah tangga abang bisa abang jaga, misalnya terbuka. Gak pun terbuka kan si kakak udah terlalu terbuka kali kalau ngomong. Yang gak penting pun suka di bilang, sampai abang kadang kewalahan kalau ngomong sama kakak.” R1, W4, 364-392

c. Conflict resolution

TL mengaku jarang mengalami konflik dengan pasangan, Selain itu jika ada masalah langsung didiskusikan dengan pasangan karena malu kalau orangtua mengetahui ada masalah antara dirinya dengan pasangan. “Masalah, pasti ada ya, namanya dalam berumah tangga, masalah gak mungkin gak ada tapi intinya pande-pande kita lah bagaimana menyiasati supaya masalah tidak bertambah parah. Lagipula kan malu ketahuan sama orangtua kalau abang dan kakak punya masalah. ” R1, W1, 164-174 Jika terjadi perbedaan pendapat, TL biasanya akan menenangkan diri sambil mencari solusi terlebih dahulu dan biasanya pasangan akan mengalah agar masalah tidak menjadi semakin rumit. Menurut TL sikap yang tidak ada mengalah, masalah tidak akan pernah selesai. “Kalau ada masalah dan untuk mengalah biasanya istri yang suka mengalah. Karena abang kalau udah ada masalah dan lagi pening abang pigi keluar menenangkan diri dulu. Istri lah yang biasanya ngalah biar masalah gak tambah runyam ya kan. Sempat istri abang ni gak pengalah dek huih bisa berantem lah setiap hari. Kalau batu dilaga sama batu kan bisa pecah. Harus batu dan air kan biar ada satu yang membuat tenang.” R1, W4, 393-415. “Kalau untuk itu biasanya abang yang cari solusi, kalau pikiran abang udah tenang, udah gak pening lagi baru deh abang pikirkan gimana ni jalan keluar dari masalah ini. Abang tengok si kakak juga udah bisa di ajak ngomong, barulah di ajak diskusi.” R1, W4, 416-429 Universitas Sumatera Utara Saat memiliki masalah TL dan pasangan cukup terbuka. Misalnya TL sedang mengalami masalah pekerjaan, TL akan membicarakan dengan pasangan dan pasangan akan membantu dan merespon dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi TL. Begitu juga dalam kondisi sebaliknya TL selalu mendukung apabila pasangan yang mengalami masalah. “Iya, abang selalu cerita masalah dari yang kecil sampai yang besar. Yang lebih sering abang ceritakan itu masalah di luar, kek masalah di pekerjaan. Bukan masalah rumah tangga. Jadi abang selalu curhat sama istri kalau ada masalah, malah masalah bawa truk sering abang bilangin ama istri, biasa lah kalau bawa Truk ni yang jadi masalah sering di tilang polisi, pasti saya cerita sama istri. Ya taulah kalau bawa truk ni suka di mintai uang ama itu petugas-petugas. Istri sangat mendukung sekali kalau saya ada masalah, selalu ngasih masukan yang kadang-kadang saya befikir juga, ini istri saya yang bek-bek kok bisa ya ngomong kayak gini. .” R1, W2, 1-35 “Iya, biasanya istri tu masalahnya sama anak-anak yang mulai bandel, atau juga rindu sama keluarganya di Sosa.jadi saya menberi saran, supaya lebih sabar namanya anak-anak masih kecil wajar mulai nakal, terus kalau masalah rindu pada keluarga, saya coba ngasih nasehat aja kalau ada duit dan waktu kita pulang nengok namboru.” R1, W2, 46-63 TL mengaku cukup puas dengan cara pemecahan masalah yang ia hadapi bersama pasangan. Karena adanya pola yang saling melengkapi saat masalah terjadi. “Gimana ya dek, lumayan puas lah abang dek. Karena menurut abang ada keseimbangan dalam rumah tangga abang kalau lagi ada masalah, istri abang yang ngalah terus abang berusaha untuk nyari pemecahan masalah agar masalah cepat selesai. Puas lah itu abang rasa dek.” R1, W4, 430- 449 Universitas Sumatera Utara

d. Financial management

Walaupun TL tinggal bersama dengan kedua orangtuanya. Kehidupan rumah tangga TL sepenuhnya ditopang oleh TL dan untuk urusan keuangan biasanya diatur oleh pasangan. “Masalah keuangan itu abang serahkan sama istri, jadi terserah istri aja mau beli apa, itu istri lah yang ngatur, yang penting bagi saya, saya udah ngasih uang bulanan setiap bulannya, bahkan kalau ada pemasukan lebih juga saya kasih sama istri. Kalau saya yang pegang nanti bisa susah, saya jarang di rumah, kalau istri perlu uang nah saya lagi kerja kan susah. ” R1, W2, 69-88 Pengaturan keuangan sepenuhnya dipegang oleh istri. Karena sang ibu yang meminta agar pasangan yang mengatur keuangan di dalam rumah tangga, sebab TL sudah beristri dan harus memberikan kewajiban kepada istri untuk mengelola rumah tangga. Akhirnya TL memberikan wewenang sepenuhnya kepada istri untuk mengatur keuangan. “Gimana ya, awalnya sih bukan kemauan abang, tapi umak abang bilang, kan kau dah punya istri biarkan istrimu yang ngatur keuangan, kau cari kerja aja. Ya udahlah abang pikir cocok juga kan dah punya istri. Mana mungkin uang yang abang kasih sama istri di macam-macamin kek beli emas gitu, pasti untuk keperluan anak-anak juga. Lagipula istri pun sebetulnya gak percaya kalau abang yang megang uang. Katanya supir ni boros kalau udah pegang uang gak ingat diri gak ingat pulang. Jadilah istri yang megang uang dan mengatur segala keuangan, sampe abang pun bejatah ni dek kalau urusan uang.” R1, W4, 467-499 Untuk pengaturan keuangan dalam rumah tangga menurut TL istri termasuk orang yang hemat, jarang mengeluhkan jumlah uang belanja yang TL berikan. Pasangan juga sangat terbuka terhadap jumlah dan rincian pengeluaran dalam rumah tangga. Universitas Sumatera Utara “Iya percaya. Istri saya selalu bilang kemana uang pengeluaran piginya, jadi saya percaya aja lah toh ada buktinya, kan istri selalu bilang. Jadi ya percaya lah ” R1, W2, 89-97 “Pokoknya terbuka lah, apa aja yang dibeli selalu bilang sama saya.” R1, W2, 98-105 Pengaturan keuangan yang dipegang oleh istri tidak membuat TL merasa keberatan. Karena kesibukan TL sebagai supir membuat TL tidak memungkinkan untuk mengatur keuangan. “Gak keberatan sama sekali ya, karena kalau abang yang ngatur uang susah juga nanti. Abang bukannya sering di rumah lebih banyak di jalan. Besar-besar di jalan gitu. Udah bagus kali lah itu istri yang ngatur keuangan, biar dia belajar juga menjalankan kewajibannya sebagai istri. Si kakak lah dek yang ngatur semuanya. Pokoknya abang serahkan lah sama istri. Walaupun abang dapat uang bejatah gak apa-apa lah daripada anak-anak gak makan gara- gara abang yang pegang uang.” R1, W4, 500-526 Menurut TL, kondisi keuangan tidak pernah menjadi masalah dalam rumah tangga sebab pasangan mengerti dan tidak memaksakan keinginan untuk memiliki sesuatu yang tidak sanggup diberikan oleh TL seperti meminta barang- barang mewah yang tidak bisa TL belikan. “Gak pernah ada dek keinginan si kakak yang aneh-aneh. Biasa aja kalau istri abang ni, gak pernah lah minta sesuatu yang gak bisa abang penuhi. Dia ngerti kondisi abang lah dek, gak pernah maksa minta yang gak sanggup abang beli.” R1, W4, 553-565 “Gak pernah ada masalah dalam hal keuangan kalo di rumah tangga abang. Karena abang selalu memberikan sama istri uang tiap abang punya uang. Jadi istri lah itu yang ngaturdek. Gak pernah pula abang dengar istri ngeluh uang habis.” R1, W4, 566-579 Universitas Sumatera Utara TL merasa sangat puas dengan pengaturan keuangan yang dibuat oleh pasangan karena pasangan selalu mengutamakan keterbukaan dalam mengelola keuangan rumah tangga. “Oohhh.. puas sekali dek. Karena kan ada keterbukaan, kemana aja uang belanja habis selalu dibilang sama abang. Jadi abang ngerasa cocok kali lah sama aturan istri. Gak tau lah abang entah ada yang gak beres. Tapi yang abang tengok selalu beres-beres aja. Palingan abang yang biasanya suka ngamuk-ngamuk sendiri kalau lagi gak ada uang. Pening lah kepala abang mikiran ngasih makan apa anak istri. Kalau udah gitu itulah abang bentak-bentak lah istri kalau lagi ngomong.” R1, W4, 527-552

e. Leisure activity

Menurut TL, pekerjaan yang ia jalani membuat TL dan keluarga menjadi jarang bertemu serta berkumpul bersama pasangan dan anak-anaknya. “Ya jarang bertemu, kerjaan abang kan supir jadi jarang pulang. Jarang lah ya, abang kan lebih banyak waktu untuk kerja daripada kumpul dengan keluarga.“ R1, W2, 106-119 Ketika ada waktu luang biasanya dihabiskan TL dengan mengajak pasangan dan anak untuk jalan-jalan walaupun hanya jalan-jalan sore atau juga bercanda-canda di halaman rumah. “Biasanya kalau sedang tidak kerja saya tuh ngumpul sama istri dan anak di teras sambil ngobrol-ngobrol, kadang-kadang saya ajak jalan-jalan juga.” R1, W2, 120-127 “Untuk kegiatan biasanya saya yang tentukan ya, walapun cuma kegiatan kecil-kecilan ya sekadar jalan- jalan sore sama anak dan istri.” R1, W2, 128-134 Menurut TL, ia jarang memberikan kesempatan kepada pasangan untuk menentukan pilihan aktivitas yang dilakukan. Hal ini disebabkan waktu yang ditentukan pasangan tidak pernah sesuai dengan waktu yang dimiliki oleh TL. Universitas Sumatera Utara “Pernah dek. Tapi biasanya gak abang kabulin permintaan istri soalnya gak pernah sesuai sama waktu yang abang miliki. Tau lah yang menyupir ni dek jarang-jarang ada waktu untuk istirahat, sekali pulang di situlah istirahat. Nah kadang si kakak di situ pula ngajak jalan- jalan, ya „gak bisa‟ abang bilang. Makanya kalau mau pigi jadi abang yang nentuin karena abang yang bisa mastikan waktu abang ada atau gak. Bisa pigi jalan-jalan atau gak.” R1, W4, 580-604 Pasangan terkadang marah apabila TL tidak memenuhi keinginan pasangan untuk melakukan aktivitas bersama. Tapi TL selalu mencoba memberikan pengertian kepada pasangan mengenai waktu yang ia miliki. “Mungkin keberatan dek. Karena kalau udah ditolak atau gak dikabulin ajakannya suka buncut merajuk. Kalau dah gitu marah lah itu. Tapi mau gimana lagi. Ya gini lah aku, inilah waktuku, gitu aja abang bilang. Kalau mau jalan-jalan di waktu yang telah abang buat, OK. tapi kalau gak mau ikut ya biar abang aja lah sama anak- anak.” R1, W4, 605-622

f. Sexual relationship

Hubungan seksual dalam rumah tangga TL lancar, walaupun pasangan kurang terbuka saat membicarakan masalah hubungan seksual. “gak, emang kurang terbuka. Gak mau bilang maunya apa. Pasangan kurang terbuka kalau masalah h ubungan seksual.” R1, W3, 12-18 Sikap pasangan yang kurang terbuka mengenai komunikasi dalam masalah hubungan seksual membuat TL merasa kurang puas. TL berharap pasangan lebih terbuka dalam membicarakan masalah seksual, supaya TL mengetahui apa yang pasangan inginkan. “Masalah keterbukaan tentang itu menurut abang sangat tidak puas. Abang pinginnya istri terbuka sama apa yang dia mau, jadi abang bisa ngerti juga. Ni gak pernah mau ngomong kalau udah masalah itu. Bek-bek nya hilang seperti ditelan bumi. Kalau udah gak mau jangan ditanya lagi lah mau atau gak.” Universitas Sumatera Utara R1, W4, 652-668 Dalam melakukan hubungan seksual dengan pasangan menurut TL tergantung pada kesepakatan antara TL dengan pasangan. Kalau pasangan sedang tidak ingin melakukan hubungan seksual sedangkan TL merasakan itu suatu kebutuhan maka TL akan sedikit memaksa pasangan, sedangkan disaat pasangan dalam kondisi yang tidak fit TL tidak akan memaksa. Masalah perselingkuhan tidak pernah terjadi dalam rumah tangga TL dengan pasangan. “Selingkuh, gak pernah dan mudah-mudahan jangan pernah terjadi.” R1, W2, 128-132 “Gak juga hahaha. Abang kadang-kadang marah kalau istri gak mau, kan ab ang jarang pulang dek, masa‟ disaat abang pulang, Pengin berduaan sama istri, istri malah nolak. Marahlah abang, abang bilang kalau gini bagus gak usah pulang. Kalau udah digitukan istri nurut juga. Tapi terkadang kalau abang lagi pengin terus ngelihat istri capek kali, dengan terpaksa lah dek nurut aja kalau istri gak mau. Walaupun dalam hati kesal juga.” R1, W4, 669-691

g. Children and marriage

Pekerjaan TL yang banyak menyita waktu membuat TL jarang bertemu dengan anaknya. Menurut TL, anak tidak terlalu berpengaruh terhadap rumah tangga sebab pekerjaan menuntutnya untuk berada jauh dan tidak memiliki kedekatan dalam hal emosional dengan anak sehingga ada atau tidak adanya anak tidak memiliki pengaruh bagi TL. “Iya biasa saja, karena bang juga jarang di rumah. Kehadiran anak, sama aja kayaknya ya dari sebelum gak ada anak” R1, W3, 19-25 Universitas Sumatera Utara Untuk pendidikan terhadap anak. TL mengaku ingin anaknya punya pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya. Tapi tidak terlepas dari batas kemampuan TL. “Untuk pendidikan anak pengennya tu ya lebih tinggi lah dari saya, tapi tingginya juga ya semampu kita lah sebagai orangtua.” R1, W2, 164-170 Menurut TL tidak ada kesepakatan dalam mengasuh dan membesarkan anak. Dalam mengasuh dan mendidik anak lebih banyak dilakukan oleh pasangan. “Kalau kesepakatan dalam hal mengasuh anak, Istri lebih sering ngasuh anak-anak. Abang kurang tau. Kalau kesepakatan dalam hal mengasuh anak, lebih sering istri karena pekerjaan saya kan lebih banyak waktu di luar jadi kalau pulang aja baru bisa bantu- bantu istri.” R1, W2, 171-185 “Karena anak-anak masih kecil jadi belum terlalu ada kesepakatan yang aneh- aneh.” R1, W2, 186-191 Dalam mengasuh dan mendidik anak lebih sering dilakukan oleh pasangan, hal ini kadang membuat TL merasa bukan ayah yang baik bagi anak- anaknya karena kesibukan sebagai seorang supir tidak memungkinkan untuk mengasuh dan mendidik anak. Sehingga TL merasa tidak puas karena tidak bisa mengurus anak secara langsung, untuk itu TL beranggapan tidak memiliki anak yang bertujuan sebagai penghilang rasa bersalah dan konsistensi dalam pekerjaan. “Sebenarnya ada lah dek, perasaan tidak puas. Malah kadang lagi nyupir tu terfikir-fikir juga ayah seperti apa lah abang ini. Jarang di rumah, jarang melihat pertumbuhan anak. Makanya untuk ngilangin rasa gak enak, abang ngerasa gak punya anak. Soalnya ada anak toh abang gak bisa nengok perkembangan anak setiap hari. Dalam hati ini ada rasa bersalah. Tapi ya mau gimana lagi, kerja abang nuntut selalu pigi-pigi. Makanya ada dan gak ada anak sama aja rasa abang, toh abang jarang ketemu sama anak abang. Kalau ada waktu aja lah baru bisa kumpul.” R1, W4, 692-722 “Gak ada ya dek, namanya yang gurus kan umaknya sendiri, jadi rasa abang biasa-biasa aja kecuali yang ngurus anak itu neneknya baru rasa Universitas Sumatera Utara abang itu jadi masalah, selagi ada orangtua si anak ya dialah yang harus menjaga anak. Suami yang cari uang istri yang ngurus rumah tangga. Istri gak perlu kerja lah, ngurus anak aja di rumah. Kalau abang ikut ngurus anak, siapa yang cari makan? Istri? Gak mungkin kan dek. Perempuan itu tugasnya di rumah aja” R1, W4, 831-856 Dalam budaya batak anak laki-laki merupakan penerus garis keturunan marga yang menjadi suatu kebanggan dalam suku batak. Sebagai orang batak, TL berharap memiliki anak laki-laki sedangkan kedua anak TL berjenis kelamin perempuan, hal ini membuat TL menginginkan hadirnya anak laki-laki sehingga rumah tangga terasa lengkap dan garis keturunan tetap terjaga. ”Kayaknya ada dek. Di dalam rumah tangga pernikahan Budaya Batak, dapat anak laki-laki itu sudah sebagai suatu kebanggaan. Nah anak abang dua-duanya perempuan. Kadang ada rasa yang kurang gitu, sebenarnya dibilang senang abang senang lah punya anak tapi karena dua-duanya perempuan agak gimana gitu. “ R1, W4, 723-746 “… orang Batak gak punya anak laki-laki itu rasanya hambar gitu, gak ada yang bisa dibanggakan. Bisa lah dibilang abang kecewa karena belum dapat anak laki-laki. Tapi mudah-mudahan abang dapat lah anak laki-laki. Supaya rumah ni lebih seru gak suara anak perempuan semua. Biar ada dulu yang berani di sini.” R1, W4, 766-783

h. Religious orientation

Dalam melaksanakan perintah agama, keluarga TL bukan termasuk keluarga yang sering menjalankan kegiatan shalat berjama‟ah sedangkan dalam kehidupan keluarga pasangan selalu melakukan shalat berjama‟ah di rumahnya sehingga pasangan selalu menuntut TL untuk melakukan shalat berjama‟ah. “Keyakinan agama biasanya cuma shalat aja, namanya saya juga jarang di rumah. Tapi kalau ada waktu biasanya saya akan mengajak istri dan anak paling besar untuk shalat berjama‟ah.” R1, W2, 192-201 Universitas Sumatera Utara “….Shalat berjama‟ah, kalau di tempat istri kan selalu melakukan shalat berjama‟ah, sedangkan abang di sini jarang melakukan shalat berjama‟ah, jadi kadang istri tu suka nuntut untuk Shalat berjama‟ah. Jangankan Shalat berjama‟ah Shalat sendiri aja kalau abang bisa hitung pake jari. “ R1, W4, 79-112 Tuntutan pasangan untuk melakukan Shalat berjama‟ah sering diabaikan oleh TL. Kadang untuk menyenangkan hati pasangan, TL akan menjanjikan untuk melakukan Shalat berjama‟ah. Hal itu dilakukan untuk menyenangkan pasangan supaya tidak marah. “Cara mengatasi, biasanya abang bilang, iya ntar lagi Shalat. Sampe istri bosan menunggu terus akhirnya shalat duluan. Ada perasaan belum siap bagi abang untuk melakukan shalat apalagi berjama‟ah sebenarnya, karena shalat abang aja masih tinggal-tinggal. Gimana itu imam nya aja jarang shalat ya kan. Kadang abang ajak jugak lah shalat berjama ‟ah. Daripada istri abang ni merepet terus menita shalat berjama ‟ah, shalat lah. Bukannya gak mau shalat abang bilang, Cuma ada waktunya bagi abang nanti.” R1, W4, 113-140 Mendidik anak dalam hal agama diakui TL jarang ia lakukan, hal ini lebih sering dilakukan oleh pasangan ataupun orangtua TL. Pasangan TL merupakan orang yang taat beragama, sehingga TL menyerahkan semuanya kepada pasangan dan TL merasa puas karena memiliki pasangan yang taat menjalankan agama. “Gimana ya … abang jarang di rumah. Mendidik anak pernah tapi jarang sekali. Mendidik anak dalam hal agama biasanya Cuma ngajak anak shalat. Tu pun kadang-kadang kalau lagi pulang. Selebihnya istri yang lebih sering mendidik anak ataupun neneknya sering ngajak ngaji baren g.” R1, W2, 202-217 “Kalau harapan, seperti udah tercapai karena istri emang udah rajin dalam hal agama berbeda dengan abang .” R1, W2, 224-229 Menurut TL agama sangat penting dalam sebuah pernikahan, namun TL belum merasa siap untuk melaksanakan kegiatan agama. Universitas Sumatera Utara “Kalau menurut abang agama itu penting di dalam rumah tangga. Tapi abang masih belum bagus dalam soal agama, gak lancar Shalatnya dek, macam mobil kena macet. Syukurlah istri abang rajin Shalat jadi anak- anak abang bisa melihat umaknya, itulah panutan mereka dalam hal agama.” R1, W4, 877-892

i. Family and friends

Hubungan TL dengan keluarga pasangan sangat baik. Walaupun TL mengaku hanya bisa membawa pasangan bertemu keluarga sekali setahun karena tuntutan pekerjaan sebagai supir sudah menyita waktunya. Namun TL tetap mengusahakan untuk pulang kampung kalau ada hal-hal yang penting. Apalagi kalau itu berkaitan dengan kondisi kesehatan mertua, TL akan segera membawa pasangan pulang kampung. “Kalau hubungan dengan keluarga istri baik-baik aja ya, tapi itu dia saya Cuma bisa bawa istri pulang ke rumah keluarga istri paling sekali setahun aja.” R1, W2, 230-238 “Kalau hubungan dengan mertua baik ya namanya juga masih saudara, kayak kemarin ini kan kami 2 minggu di sana karena mertua laki-laki sakit stroke makanya sekeluarga pigi nengoki.” R1, W2, 239-249 Menurut TL, hubungan baik yang terjalin dengan mertua bukan cuma karena faktor saudara, ataupun faktor sudah saling kenal. TL tidak bisa mengatakan kalau mertua lebih sayang kepadanya daripada menantu lain, karena TL masih satu-satunya menantu dalam keluarga pasangan sebab saudara pasangan belum ada yang berumah tangga. “Gimana ya, hubungan sama ibu mertua baik. Kalau di bilang lebih baik di bandingkan dengan menantu-menantu yang lain. Gak tau heheh karena baru abang yang jadi menantu di rumah istri selebihnya belum pada Universitas Sumatera Utara nikah. Karena keluarga juga mungkin makanya mertua atau nantulang abang itu jadi lebih baik. Namanya juga uda h kenal.” R1, W4, 931-951 Hubungan TL dengan saudara pasangan juga semakin dekat karena persaudaraan antara TL dengan pasangan tidak hanya sebatas sepupu namun sudah berubah menjadi saudara. Awalnya TL memang merasa malu tapi semakin lama hubungan persaudaraan menjadi semakin dekat. “Rasanya punya ipar yang merupakan saudara sepupu, pertama-tama abang agak malu juga, biasanya kan jadi sepupu eh setelah nikah sama istri kan otomatis mereka tidak hanya sepupu abang lagi tapi udah jadi saudara. Walaupun memang awalnya saudara. Tapi jadi ngerasa lebih dekat aja lah dek. Abang jadi ngerasa punya keluarga lengkap, istri kan perempuan semua satu keluarga sedangkan abang laki-laki semua. Jadi lengkap lah rasanya punya abang dan punya kakak.” R1, W4, 951-976 Menurut TL, ia kurang mengenal teman-teman pasangan. Karena kondisi tempat tinggal yang berjauhan antara TL dengan keluarga asal pasangan membuat TL tidak terlalu mengenal dengan baik semua teman-teman pasangan. “Istri kan rumahnya di Sosa sana jadi saya gak terlalu kenal dengan kawan- kawan istri.” R1, W2, 250-254 Dalam menghabiskan waktu bersama keluarga, TL lebih merasa nyaman menghabiskan waktu dengan keluarga sendiri daripada keluarga pasangan. “Sebenarnya kalau di bilang lebih enak dimana, lebih enak sama keluarga sendiri ya, walaupun keluarga istri itu keluarga abang juga kan tulang dan nantulang abang keluarga istri, tapi lebih enak sama keluarga sendiri lah. Lagipula kalau ke rumah keluarga istri abang harus punya waktu dan uang tentunya. Kan abang jarang bisa ada waktu untuk pigi-pigi . “ R1, W4, 977-996 Universitas Sumatera Utara

j. Egalitarian role

TL berperan sebagai kepala rumah tangga sekaligus mencari nafkah untuk menunjang ekonomi keluarga. TL senang berperan sebagai pencari nafkah. Sedangkan peran yang TL harapkan dari pasangan hanya sebagai ibu rumah tangga. “Peran abang sebagai pencari nafkah ya.” R1, W2, 262-266 “Kalau peran udah sesuai yah, namanya kepala rumah tangga pasti tugasnya mencari nafkah. ” R1, W2, 267-272 Jika ada waktu luang maka TL akan membantu pasangan yang lebih dominan dalam mengurus rumah tangga untuk mengatur dan mendidik anak-anak sambil dibantu oleh ibu TL yang tinggal serumah dengan TL. “Istri lebih banyak yang ngurus rumah tangga sambil di bantu-bantu sama ibu saya, saya pun bantu juga kalau lagi ada waktu.” R1, W2, 273-279 Pekerjaan sebagai supir banyak menyita waktu TL sehingga membuat TL tidak memperbolehkan pasangan untuk bekerja. Dengan alasan anak-anak masih kecil, masih butuh perhatian dari kedua orangtuanya. “Untuk saat ini saya tidak mendukung istri bekerja karena anak-anak kan masih kecil, biar istri jadi ibu rumah tangga aja ngurus anak di rumah, gak usah kerja lah. Kalau ngurus rumah tangga ya itu tugasnya istri. kalau istri juga kerja bisa-bisa anak-anak siapa yang ngurus. ” R1, W2, 286-300 Kadang ada rasa tidak puas dalam diri TL karena hanya bisa menjalankan satu peran dalam rumah tangga, TL ingin menjalankan peran yang lain tapi terbentur dengan pekerjaan. “Sebenarnya kurang puas dek, karena kana bang juga seorang ayah tapi jarang melaksanakan tugas sebagai seorang ayah karena waktu abang Universitas Sumatera Utara banyak di luar, abang juga seorang suami tapi jarang bisa membantu istri karena kerjaan tadi.” R1, W4, 1041-1053

5. Interpretasi Intra Responden 1 Tabel 4. Interpretasi Intra Responden 1

Aspek Gambaran Responden Konfirmasi Teoritis Pernikahan pariban Pernikahan pariban merupakan pernikahan yang terjadi antara anak perempuan tulang paman dengan anak laki-laki dari Bouk bibi. Pernikahan TL merupakan bentuk pernikahan pariban karena TL menikah dengan anak tulang. Sebelum memutuskan untuk menikah dengan pasangan, TL dan istri melalui proses berpacaran, karena menganggap pacaran banyak efek sampingnya, TL memutuskan untuk melamar pariban. TL merasa yakin untuk menjadikan pariban sebagai istri karena TL melihat istri baik dan rajin beribadah, TL juga sudah mengenal keluarga pasangan. Pernikahan dengan pariban membuat hubungan kekeluargaan TL dan istri semakin dekat. Menurut Tambunan 1982 Pernikahan pariban merupakan pernikahan dimana seorang pemuda dinikahkan dengan pemudi yang tidak lain adalah anak dari tulang mama‟ pemuda. Kepuasan pernikahan : Personality issue Pada awal pernikahan TL merasa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan istri meski telah mengenal istri sebelum menikah.Perbedaan kepribadian antara TL yang pendiam dengan pribadi istri yang selalu riang dan cerewet sering membuat TL merasa kesal dan tidak nyaman saat di rumah. TL berharap istri lebih mengerti kondisi TL saat pulang bekerja. Penyesuaian Menurut Olson McCubbin 1983 setelah menikah perbedaan terkadang bisa menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku pasangan sesuai dengan yang di inginkan maka akan menimbulkan rasa senang dan bahagia. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila responden bisa menyesuaikan diri dan menerima dan menasa puas kepribadian Universitas Sumatera Utara dalam kebiasaan juga menjadi kendala dalam hubungan TL dengan istri. Menurut TL menikah dengan pariban membuat istri menjadi lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaannya. TL merasa kepribadian istri belum seperti yang diharapkan. Walaupun TL tidak suka namun penyesuaian pernikahan lebih mudah dilakukan karena menikah dengan pariban. pasangan. Communication Hubungan komunikasi dalam rumah tangga cukup lancar. Meskipun pendiam, TL dan istri selalu terbuka dalam berkomunikasi. Saat TL marah maka komunikasi menjadi kurang lancar karena TL membutuhkan waktu untuk menenangkan diri sebelum kembali berkomunikasi. Untuk komunikasi TL dan istri saling mempercayai, mendengarkan dan mendukung. Menurut TL komunikasi merupakan faktor penting keharmonisan dalam rumah tangga. Menikah dengan pariban membuat istri lebih berani dalam mengungkapkan pendapat kepada TL. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan akan tercapai apabila kedua pasangan merasa nyaman saat berkomunikasi, percaya dengan apa yang dikatakan oleh pasangan, mendengarkan serta mendukung pasangan, menganggap komunikasi merupakan hal yang penting hubungan pernikahan. Conflict resolution Dalam pernikahan, TL selalu berusaha menghindari masalah. TL mengaku malu jika orangtua mengetahui dirinya bertengkar dengan istri. Jika terjadi masalah akan segera didiskusikan dan jika terjadi perbedaan pendapat maka pasangan akan memilih untuk mengalah agar masalah tidak semakin rumit. Dalam mencari pemecahan masalah biasanya TL dan istri selalu saling mendukung dan adanya Kepuasaan pernikahan tercapai karena adanya keterbukaan dalam memecahkan masalah. Menurut Olson McCubbin 1983 di perlukan adanya keterbukaan antara pasangan untuk mengenal dan untuk mendapatkan solusi yang terbaik serta saling mendukung dan percaya dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Universitas Sumatera Utara keterbukaan dalam rumah tangga. TL senang dengan cara penyelesaian masalah dalam rumah tangga. Menurut TL, sikap terbuka istri saat memiliki masalah disebabkan istri adalah pariban TL, karena sudah saling mengenal sejak kecil membuat istri menjadi tidak segan untuk menceritakan masalahnya kepada TL. Financial management Dalam pernikahan, yang mengatur keuangan rumah tangga adalah istri. Pada awal menikah, TL yang mengatur keuangan, namun Ibu menyuruh agar pasangan yang mengatur keuangan. Hal ini dilakukan Ibu karena TL jarang berada di rumah. Menurut TL, istri mampu mengelola keuangan dengan baik. Sehingga TL tidak keberatan kalau istri yang mengatur keuangan. TL juga sangat puas dengan cara istri mengatur keuangan dan istri juga mengutamakan keterbukaan dalam mengelola keuangan rumah tangga. Menurut TL, istri tidak pernah meminta sesuatu yang tidak bisa TL belikan. Istri sangat mengerti bagaimana kondisi ekonomi TL. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan dipengaruhi bagaimana cara pasangan mengatur keuangan dengan baik. Leisure activity TL lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja daripada dengan keluarga. Jika ada waktu luang, TL akan mengajak anak dan istri untuk berjalan-jalan. Biasanya dalam pemilihan kegiatan TL lebih mendominasi, karena TL lebih tahu secara pasti waktu yang ia miliki. Pasangan kadang keberatan dengan kondisi tersebut namun TL mencoba memberi Menurut Olson McCubbin 1983 salah satu yang mempengaruhi kepuasan pernikahan adalah kegiatan yang dilakukan sebagai pilihan bersama serta harapan menghabiskan waktu luang bersama pasangan. Universitas Sumatera Utara pengertian kepada pasangan mengenai kondisi tersebut. Menurut TL kebersamaan bersama keluarga merupakan hal yang penting namun karena waktu yang dimiliki TL sedikit membuat TL jarang bisa berkumpul dengan keluarga. Sexual relationship Menurut TL hubungan seksual dalam rumah tangga lancar hanya saja dalam penyesuaian seksual menjadi kurang lancar karena istri kurang terbuka. TL merupakan orang yang terbuka dalam membicarakan hubungan seksual sebaliknya istri kurang terbuka dalam membicarakan mengenai hubungan seksual. Hal ini membuat TL kurang puas karena kurang komunikasi mengenai hubungan seksual. TL berharap istri lebih terbuka saat diajak membicarakan mengenai seksual. Saat pasangan menolak melakukan hubungan suami- istri maka TL marah namun saat kondisi pasangan tidak fit TL tidak akan memaksakan kehendak kepada istri. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan dapat di capai dengan cara kedua pasangan bisa mencapai kesepakatan dalam hal hubungan seksual Children and marriage Kehadiran anak tidak mempengaruhi kebahagiaan dalam karena TL belum memiliki anak laki-laki dan TL jarang menghabiskan waktu bersama anak dan kurangnya kedekatan emosional. Sebagai orang yang berasal dari Budaya Batak TL berharap memiliki anak laki-laki yang akan meneruskan garis keturunan marga. TL jarang mendidik dan mengasuh anak karena tidak memiliki waktu. Untuk pendidikan anak, TL menginginkan pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya. Menurut Olson McCubbin 1983 kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak akan mempengaruhi kepuasan pernikahan. Universitas Sumatera Utara Religious orientation Dalam pernikahan, TL merupakan orang yang jarang melakukan kegiatan agama. Sedangkan istri merupakan orang yang taat menjalankan kegiatan agama. Perbedaan ini sering menimbulkan konflik. Perbedaan pola kebiasaan juga menjadi konflik dalam rumah tangga. Dalam mengasuh dan mengajarkan anak mengenai agama lebih banyak dilakukan oleh istri dan Ibu TL. TL merasa puas karena memiliki istri yang taat dalam menjalankan kegiatan agama. Menurut Olson McCubbin 1983 setelah menikah orangtua akan mengajarkan dasar-dasar dan nilai-nilai agama yang di anut kepada anaknya. Family and friends Hubungan TL dengan keluarga istri terjalin dengan baik. Meskipun jarang bertemu namun TL selalu mengutamakan keluarga besar. Pekerjaan TL yang menyita waktu membuat TL jarang menghabiskan waktu baik itu dengan keluarga besar maupun dengan keluarga pasangan. TL merasa kurang puas karena jarang bertemu dan berkumpul keluarga dan teman-teman. Pernikahan pariban membuat hubungan kekeluargaan antara TL dengan istri menjadi lebih baik. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan akan tercapai apabila memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, teman dan relasi. Memiliki hubungan yang baik dengan para keluarga, teman juga relasi akan mengurangi konflik yang terjadi. Menurut Scolnick dalam Lemme, 1995 Adanya rasa kebersamaan dan bersatu dalam keluarga merupakan kriteria kepuasan yang tinggi. Egalitarian role Peran TL di dalam rumah tangga sebagai kepala keluarga serta mencari nafkah. Jika ada waktu luang TL akan membantu istri dalam mengurus keluarga.. Secara peran tradisional TL sudah menjalankan perannya dengan baik. Namun TL tidak puas karena hanya menjalankan sedikit peran dalam rumah tangga. Menurut Olson McCubbin 1983 suatu peran dalam rumah tangga harus mendatangkan kepuasan pribadi. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Gambaran kepuasan pernikahan pariban pada responden 1 Responden I TL Kepuasan pernikahan pada responden I Kepuasan pernikahan yang dirasakan TL dalam rumah tangga ada pada aspek communication, financial management, sexual relationship, religious orientation, family and friends. Sebagai seorang suami TL dalam Budaya Batak membuat TL tidak puas dengan personality issue istri karena istri jarang menurut pada TL, aktivitas yang lebih banyak TL habiskan diluar rumah membuat TL tidak puas apalagi dalam Budaya Batak kebersamaan dalam keluarga harus dijunjung tinggi namun TL jarang bisa melakukan hal tersebut. Kehadiran anak juga membuat TL merasa tidak puas karena belum memiliki anak laki-laki yang merupakan penerus keluarga dalam Budaya Batak begitu juga dengan hubungan kekeluargaan karena jarang bisa berkumpul dengan keluarga membuat TL tidak puas dengan hubungan keluarga yang terjalin. Peran tradisional juga membuat TL kurang puas karena TL ingin melakukan peran lain seperti membantu istri namun waktu tidak mendukung hal tersebut. Kepuasan pernikahan pada responden 1 berdasarkan aspek kepuasan pernikahan Personality issue: TL kurang bisa menerima kepribadian istri Communication: TL selalu menjaga komunikasi dgn istri Conflict resolution: Konflik selalu diselesaikan dgn diskusi Financial management: TL senang dengan cara istri mengatur keuangan Leisure activity: TL merasa kurang memiliki waktu untuk keluarga Sexual relationship: TL kurang puas karena istri sulit untuk diajak berkomunikasi masalah seksual Children and marriage: TL tidak puas karena belum memiliki anak laki-laki Religious orientation: orientasi agama berjalan baik walau TL jarang melaksanakan ibadah Family and friends: hubungan terjalin baik antara TL dengan keluarga istri. Egalitarian role: peran tidak puas hanya menjalankan peran tradisional semata TL MN Usia : 26 tahun Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pendidikan: MAN Usia : 27 tahun Pekerjaan: supir Pendidikan: SMA Proses Pacaran Pernikahan ideal dalam Budaya Batak Pernikahan pariban Terjadinya pernikahan pariban Merasa cocok dengan pasangan Harapan orangtua Harapan Budaya Nilai yang diyakini responden dalam pernikahan Budaya Batak Istri menuruti perkataan suami Istri harus menghormati suami Meminimalkan masalah yang terjadi Mengutamakan nilai kebersamaan dalam keluarga Mempunyai anak laki-laki Menjadi imam dalam keluarga Menjaga hubungan baik dengan keluarga besar Suami memiliki peran utama dalam rumah tangga Universitas Sumatera Utara

6. Analisa Data wawancara Responden 2 I. Pernikahan Pariban

MN mengaku sudah mengenal pasangan sejak kecil. Hubungan kekeluargaan yang dekat membuat MN dan pasangan sering bertemu terutama hari lebaran. Pada awalnya, hubungan MN dan pasangan hanya sepupu biasa namun sejak tinggal di rumah pasangan, MN mulai suka dengan pasangan. Sejak itulah MN dan pasangan menjalin kasih. Setelah lama menjalin hubungan, keluarga pun mulai mengetahui hubungan MN dengan pasangan. Karena pacaran banyak efek negaifnya membuat pasangan menyatakan maksudnya kepada kedua orangtuanya untuk menjadikan MN sebagai menantu hingga akhirnya MN dan pasangan dinikahkan. “Pacaran, gak ada dijodoh-jodohkan, melalui proses pacaran dulu ya, Cuma karena kakak kan bantu-bantu di rumah ni jadi pacaran sama anak nantulang, kan gak enak apalagi serumah, makanya akhirnya memutuskan menikah saja .” R2, W1, 28-41 Pernikahan merupakan menjalin hubungan antara dua jenis kelamin yang berbeda dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Pernikahan yang terjadi antara MN dengan pasangan merupakan pernikahan pariban karena MN menikah dengan anak tulang. Pernikahan pariban merupakan pernikahan yang terjadi antara anak laki-laki Bouk bibi dengan anak perempuan tulang paman. “… Pernikahan itu menyatukan dua orang atau dua karakter yang berbeda ya… hehehe. tertawa. Pernikahan merupakan menyatukan dua orang yang berbeda untuk menjalankan kehidupan berumah tangga juga sesuai dengan jalan Allah .” R2, W1, 1-14 Universitas Sumatera Utara “Pernikahan pariban merupakan pernikahan sama anak mamak, nikah sepupu. Kakak sama abang itu pariban kandung. Di daerah kakak nikah sama pariban atau ngambil pariban untuk dijadikan istri atau suami namanya manyunduti. “ R2, W1, 15-27 Responden merasa yakin untuk menerima pariban sebagai suami karena sudah mengenal pasangan dan keluarga pasangan dengan baik “Apa ya, hehehee… awalnya karena pacaran makanya menikah. Alasan untuk menerima pariban untuk dijadikan suami itu, karena udah sama- sama tau, karena apa lagi ya, jadi susah bilangkannya. Mungkin karena suka aja ya selain emang orang Bouk baik kali sama kakak makanya dulu pacaran ya terima-terima aja. Apalagi diajak menikah tambah diterima dari keluarga kakak juga terima waktu suami melamar.” R2, W2, 1-23

II. Kepuasan Pernikahan

a. Personality issue

MN merupakan pribadi yang periang. Sedangkan pasangan merupakan pribadi yang pendiam. Menurut MN penyesuaian yang dilakukan hanya pada hal- hal tertentu seperti kondisi pasangan yang jarang berada di rumah. “Penyesuaian sama suami gak terlalu ada penyesuaian, karena kan abang itu pendiam, udah dari dulu nya gitu. Gak berubah-berubah. Hehehe. Tapi ada beberapa sifat yang memang harus diterima dari suami .” R2, W1, 42-52 “Penyesuaian yang sudah dilakukan itu, paling sama keberadaan suami. Dulu kan belum menikah, jadi suami jarang pulang karena nyupir gak jadi masalah. Tapi setelah menikah ternyata butuh penyesuaian dengan gak ada suami di rumah. Ada yang berbeda aja rasanya. ” R2, W1, 53-67 Beberapa sifat pasangan yang membuat MN keberatan seperti marah, susah bangun pagi. Walapun tidak suka dengan beberapa sifat pasangan namun MN tidak sampai kecewa dengan hal itu. Universitas Sumatera Utara “Ehmmm sebenarnya kadang gak suka, karena kita lagi pengin ditanyai eh si suami diam aja. Udah gitu ya gak cuma sifat diam dia aja yang buat kakak keberatan, sifatnya yang suka marah-marah gak jelas. Kalau ditanyai kenapa marah-marah eh malah tambah marah, jadinya kakak yang diam.” R2, W2, 72-87 “… Yang paling gak disukai dari suami itu, sifatnya yang susah bangun pagi, uh itu paling buat kesal, tapi gak sampai buat kecewa lah, palingan saya merepet-repet aja biar suami bangun. Masa kalah cepat bangunnya sama anak sendiri. “ R2, W1, 78-92 “Kakak kepenginnya suami bangun pagi biar bisa jadi imam buat shalat shubuh.” R2, W1, 93-98 Menurut MN perilaku pasangan tidak berubah baik dari sebelum menikah dengan setelah menikah. “Perilaku yang berbeda, gak ada. Suami tetap aja manusia pendiam sepanjang masa. Hehehe … Dari dahulu sampai sekarang kalau ngomong harus di Tanya dulu.” R2, W1, 68-77 Menurut MN penyesuaian pernikahan lebih mudah dilakukan karena MN dan pasangan sudah saling mengenal dari kecil. “Menurut kakak lebih gampang iya karena kan udah kenal emang sama suami dari kecil malahan, untuk sifat-sifat buruk udah tau. Cuma setelah menikah beda tuh, dulu cuma sepupuan sekarang udah jadi suami istri. Menyesuaikan dengan kondisi tersebut karena kan udah hidup bersama. Harus lebih sabar aja menghadapi perbedaan dari semua sifat kakak dan abang. Tapi lebih gampang lah kakak rasa. Gak ada rasa segan gitulah. Kalau gak suka ya langsung di bilang.” R2, W2, 159-179

b. Communication

Hubungan komunikasi antara MN dengan pasangan cukup lancar. Perbedaan kepribadian tidak membuat komunikasi memburuk. Pasangan yang Universitas Sumatera Utara pendiam tidak menyurutkan komunikasi yang terjalin antara MN dengan pasangan. MN juga senang saat berkomunikasi dengan pasangan. “Kalau untuk komunikasi suami cukup terbuka walaupun pendiam- pendiam gitu tapi selalu ngomong sama saya. Lagipula ngomong sama suami juga hal yang menyenangkan kok. Jadi ya terima-terima aja lah suami yang pendiam.” R2, W1, 99-111 Meskipun pekerjaan suami sebagai seorang supir namun MN selalu percaya kepada apa yang dikatakan pasangan. Hal ini terbukti dari sikap MN yang selalu melayani dan mendengarkan semua keluh kesah pasangan ketika pasangan pulang ke rumah. Namun komunikasi bisa kurang lancar kalau pasangan marah. Komunikasi akan lancar saat pasangan sudah menenangkan diri. “Menurut kakak jujur ya, walaupun suami pekerjaannya supir dan pendiam tapi suami cukup terbuka, selalu bilang sama apa aja yang terjadi. Pokoknya suami apalagi kalau udah pulang kerja, cerita apa aja yang dialaminya di jalan” R2, W1, 112-124 “Tentu saja, namanya suami lagi ngomong ya kita harus dengarkan.” R2, W1, 131-136 “Oh gak lancar sama sekali, bingung malahan gimana cara mengkomunikasikan atau berkomunikasi dengan si abang, karena salah sikit dibentak. Ya kakak pun orangnya kalau udah dibentak jadi lain rasanya, kayak sedih gitu. Merajuk pun nanti, kakak juga yang kena, dibilang gak ngerti sama suami lah, gak ngerti suami lagi bingung lah, di bilang gak ngerti suami capeklah. Hmmm…. Udah gitu kakak diam aja lah. Daripada tambah jadi masalah.” R2, W2, 135-158 Topik-topik yang sering dibicarakan MN dengan pasangan biasanya menyangkut masalah anak, keuangan dan rumah tangga. “Yang sering diomongin sama suami biasanya masalah anak-anak, masalah dapur, keluarga, mertua juga kadang- kadang.” R2, W1, 137-143 Universitas Sumatera Utara Harapan mengenai pola komunikasi dalam rumah tangga menurut MN sudah tercapai karena antara MN dan pasangan selalu menjaga keterbukaan, rasa saling percaya dan mendukung pasangan. “Yang diharapkan komunikasi dengan suami, udah tercapai ya, suami walaupu n pendiam orangnya terbuka sama saya.” R2, W1, 143-149 “Terbuka sekali, apalagi saya cerewet dikit-dikit cerita sama suami, bahkan yang gak penting-penting pun di ceritakan sama suami.” R2, W1, 150-157 Menurut MN komunikasi di dalam sebuah pernikahan itu penting karena dengan komunikasi MN dan pasangan bisa mengungkapkan perasaan. “Menurut kakak komunikasi itu penting didalam hubungan keluarga apalagi untuk rumah tangga ya. Karena dengan komunikasi semua unek- unekkita bisa kita keluarkan dek. Apa yang ada di hati kita bisa kita ungkapkan. Kakak gitu, apa yang kakak gak suka kakak bilangkan ajada yang kakak tahan-tahan. Dengan komunikasi yang baik keutuhan ruma tangga juga bisa di jaga.” R2, W2, 159-179

c. Conflict resolution

MN dan pasangan jarang mengalami masalah dalam rumah tangga. Jika ada masalah, masalah tersebut tidak dianggap sebagai malapetaka melainkan bumbu keharmonisan hubungan pernikahan. “Menurut kakak konflik dalam rumah tangga itu penting dan perlu sekali ya, biar tambah mesra gitu, kalau kehidupan datar-datar aja ya bosan juga ya.” R2, W1, 158-166 Saat MN memiliki masalah, ia selalu menceritakan kepada pasangan. Lalu MN dan pasangan akan mendiskusikan apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Universitas Sumatera Utara “Segera di selesaikan dan di diskusikan kalau memang perlu, biasanya di tambah dengan repetan-repetan kakak yang kadang-kadang gak penting. Saya selalu cerita sama suami kalau ada masalah, gak di minta pun buat cerita saya dah main cerita aja .” R2, W1, 167-179 Masalah-masalah yang terjadi dalam rumah tangga tidak membuat hubungan MN dan pasangan menjadi renggang sebaliknya, setiap masalah yang datang akan dilalui bersama, dengan cara saling mendukung pasangan. “Pasti lah mendukung namanya suami, ayah dari anak-anak saya, kalau dia ada masalah terus saya cuek aja gimana nanti kata mertua saya tahu. Lagipula kalau suami punya masalah kan bisa berdampak sama rumah tangga jadi sangat di dukung lah kalau suami ada masalah. Kasih masukan juga yang bisa nenangk an hati suami.” R2, W1, 180-197 Jika terjadi perbedaan pendapat dengan pasangan maka MN lebih sering mengalah, karena pasangan tipe orang yang cepat emosi dalam menghadapi masalah. Walaupun MN yang selalu mengalah, namun pasangan yang selalu mencari pemecahan masalah. “Biasanya dan paling sering kakak yang mengalah kalau udah berantem, kalau udah marahan. Kakak yang cerewet ni berubah jadi manusia pendiam hehehe tertawa. Karena kalau kakak ngomong saat si abang marah eh bisa tambah parah. Gak selesai- selesai lah masalahnya.” R2, W2, 228-242 “Kalau ada konflik biasanya si abang yang mencoba mencari solusi untuk masalah. Jadi si abang tu tenangkan dirinya dulu baru deh bisa ngomong, kalau belum tenang gak bisa ngomong, karena nengok orang kayaknya nengok musuh. Marah lagi.” R2, W2, 243-255 Cara penyelesaian dalam rumah tangga membuat MN senang karena tidak pernah terjadi perang dingin antara dirinya dengan pasangan. “Alhamdulillah sampai saat ini kakak senang dengan cara abang dalam menyelesaikan masalah. Abang kalau udah marah akan menenangkan diri dulu baru ngajak kakak untuk berunding tentang masalah yang sedang Universitas Sumatera Utara kita hadapi. Kalau ada masalah, dan emosi abang lagi gak bagus kakak akan mengalah dulu daripada memancing emosi abang kan bagus kakak mengalah dulu. Dan abang nenankan diri dulu baru deh masalah di selesaikan. Sampai saat ini kakak senang dek dengan penyelesaian masalah dalam rumah tangga. Gak ada istilah diam-diaman lah kalau lagi ada masalah.” R2, W2, 256-288

d. Financial management

Pengaturan keuangan sepenuhnya dipegang oleh MN. Pengaturan keuangan dalam rumah tangga awalnya dipegang oleh suami namun Ibu mertua meminta pasangan untuk memberikan kesempatan kepada MN dalam mengatur keuangan rumah tangga. “Kalau dalam mengatur keuangan itu, awalnya bukan abang yang meminta kakak untuk megang keuangan rumah tangga. Tapi Bouk yang nyuruh abang untuk memberikan hak kepada kakak untuk mengatur segala keuangan keluarga. Katanya Bouk kakak kan dah jadi istri jadi harus mengatur segala keperluan rumah tangga, harus belajar menjalankan peran sebagai seorang istri, salah satunya mengelola keuangan rumah tangga.” R2, W2, 289-311 Setelah MN memegang peran dalam mengatur keuangan, MN menjadi lebih tahu total pengeluaran rumah tangga dan dapat membedakan dengan waktu suami memegang keuangan. Hal ini membuat MN menjadi kurang percaya jika suami yang memegang keuangan dalam rumah tangga. “Kalau untuk mengatur keuangan, biasanya saya yang ngatur. Pokoknya yang mengatur keuangan urusan saya .” R2, W1, 205-211 “Gak lah, saya yang pegang keuangan. Kalau saya kasih suami yang pegang keuangan, saya dan keluarga nanti yang susah. Suami kerjaannya nyupir jadi banyak di luar, susahlah kalo tiba-tiba saya butuh uang terus suami lagi gak di rumah kan repot. Makanya saya aja yang pegang uang.” R2, W1, 212-227 “Kurang percaya, karena kalau supir ni biasanya boros.” Universitas Sumatera Utara R2, W1, 227-233 “Suami selalu bilang mau beli apa baru saya kasih uang, kan saya yang pegang keuangan.” R2, W1, 233-240 MN tidak pernah keberatan dengan tugas mengatur keuangan dalam rumah tangga sebaliknya MN merasa senang dan berusaha memberikan yang terbaik buat pasangan dan keluarga. “Gak dek, perempuan mana sih yang gak senang di suruh ngurus duit. Hahaha… kakak gak pernah keberatan dengan pengaturan keuangan rumah tangga, malah kakak senang dan berusaha sebaik mungkin mengatur keuangan dalam rumah tangga kan suami kakak dan capek- capek kerja, kalau kakak boros kan berari kakak kurang menghargai suami. Suami kakak dah jarang pulang dek, nyari uang buat kakak dan anak-anak. Jadi kakak selalu mencoba membuat anggaran rumah tangga dan kalau bisa masih ada uang yang di simpan tiap bulannya. Supaya kalau ada keperluan kan gak perlu merepotkan suami lagi.” R2, W2, 312-344

e. Leisure activity

MN lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga daripada pasangan. Kesibukan pasangan membuat MN jarang berkumpul bersama pasangan. “Lumayan jarang ya, suami jarang di rumah, leibh banyak kerja. Emang kehidupan supir ni gak bisa dipastikan pulangnya kapan dan kapan bisa ada di rumah buat kumpul sama anak dan istri ….” R2, W1, 241-253 Jika pasangan memiliki waktu luang, maka pasangan akan mengajak anak- anak dan MN jalan-jalan. Mengenai aktivitas yang ingin dilakukan, pasangan selalu meminta pendapat MN, namun setiap MN memberikan pendapat tidak pernah sesuai dengan harapan suami. Hal ini sering membuat MN merasa pasangan lebih mendominasi dalam pemilihan aktivitas yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara “Aktivitas yang dilakukan, kalau suami ada waktu paling Cuma jalan- jalan sama anak, kadang Cuma duduk aja di rumah, karena suami juga capek nyupir terus .” R2, W1, 254-262 “Pernah kakak ajak, tapi lebih sering yang ngajak jalan-jalan itu si abang. Kalau kakak ngajak ternyata si abang gak bisa. Makanya kalau melakukan aktivitas bersama untuk yang jalan-jalan tunggu suami yang ngajak lah karena dia kan yang paling tahu waktu yang dia punya. Supir ni kan waktu kumpul sama keluarga gak jelas, makanya tiap kakak ngajak gak pernah bisa, jadinya tunggu suami aja yang ngajak pigi. Baru jalan- jalan. Kalau gak ya di rumah aja lah nengokin anak- anak aja.” R2, W2, 366-391 “Sebenarnya kakak kadang gak terima, kakak juga mau nentuin apa yang ingin dilakukan.tapi setiap kakak yang nentuin waktu gak pernah cocok sama waktu yang suami bisa. Jadi terpaksa lah selalu ikut aja kalau abang yang ngajak jalan.” R2, W2, 392-405 Kondisi pasangan yang jarang berada di rumah kadang membuat MN keberatan namun MN mencoba memaklumi kondisi tersebut. “Sebenarnya keberatan ya tapi kan suami juga jarang pulang karena kerja. Kerja supir ni kan gak seperti kerja kek guru, yang pigi pagi pulang sore. Kalau supir kan bisa pigi hari ini pulang 2 hari lagi. Kadang kalau lagi gak ada yang dibawa bisa beberapa hari di rumah. Gak pasti juga lah dek. Keberatan sih sebenarnya. Tapi ya dimaklumi aja. Namanya cari makan buat anak- anak.” R2, W2, 406-425

f. Sexual relationship

Hubungan seksual dalam rumah tangga MN dengan pasangan lancar. Namun dalam mengkomunikasi masalah seksual, MN sangat tertutup sedangkan pasangan merupakan orang yang terbuka. mengenai hubungan seksual. “Haduh, gimana ya, biasa aja. Biasa aja untuk masalah seperti itu.” R2, W1, 271-274 “Cocok-cocok aja ya, sudah terpenuhi lah.” R2, W1, 275-279 “Terbuka kalau suami, apalagi kalau pingin langsung merayu-rayu gitu. Kadang di bilang juga sama kakak. Tapi kakak gak terlalu terbuka untuk Universitas Sumatera Utara masalah ini sama suami, mungkin karena adat kita ya. Adat timur ni, agak aneh rasa kakak kalau membicarakan hal tersebut ” R2, W1, 280-294 Perbedaan dalam mengkomunikasikan hubungan seksual kadang membuat pasangan kesal. Menurut MN masalah seksual merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. “Sebenarnya kakak agak ngerasa aneh ya.. kalau udah masalah keterbukaan dalam hal seksual, pasti kakak langsung diam. Mau si abang cerita segala macam kakak agak aneh mendengarnya. Makanya untuk urusan itu kakak diam aja lah. Bukannya gak mau tau, tapi rasa kakak itu gak perlu untuk dibicarakan. ” R2, W2, 445-461 Pekerjaan suami yang banyak menggunakan waktu diluar membuat MN memiliki rasa khawatir akan kesetiaan terhapa pasangan. Namun MN tidak pernah mengutarakan hal tersebut kepada pasangan “Hmmm.. heehehe… gimana ya dek, abang kan kerjanya supir. Kadang ada juga terlintas dipikiran kakak hal seperti itu. Apa suami diluar bisa jaga diri ya. Apa suami bisa menahan godaan selama dalam perjalanan ya. Tapi kakak gak pernah berani mengungkit hal tersebut takut suami marah. Adalah dek rasa curiga dan khawatir sama hal seperti itu.” R2, W2, 480-499

g. Children and marriage

Kehadiran anak dalam rumah tangga membuat MN lebih bahagia. Apapun jenis kelamin tidak mengurangi kebahagiaan MN terhadap anak “… Kehadiran anak membuat rumah semakin rame, ribut rumah ni kek kata neneknya. Ada anak semakin senang, rasanya lengkap gitu.” R2, W1, 300-310 “Kalau kakak orangnya mau anak laki-laki atau perempuan sama aja, kakak sama bahagianya dikasih anak apa saja. Dengan hadirnya anak sudah membuat kakak bahagia. Pokoknya kehadiran anak di dalam rumah tangga membuat pernikahan kakak menjadi lebih lengkap lah dek. Senang gitu walaupun anak-anak ni rewel tapi ada perasaan puas. Gak tau kenapa gitu.” Universitas Sumatera Utara R2, W2, 540-560 Untuk pendidikan terhadap anak, MN ingin anak-anak memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari beliau. Dalam mendidik anak dan mengasuh anak lebih banyak dilakukan oleh MN. “Untuk pendidikan anak pengennya lebih tinggi dari umak ayahnya ni, jangan lagi lah kek orangtuanya, kalau bisa lebih tinggi.” R2, W1, 314-320 “Kalau kesepakatan dalam hal mengasuh anak, saya yang lebih sering di rumah. Jadi banyakan saya yang ngasuh, kalau saya kewalahan kan ada neneknya yang bantu.” R2, W1, 321-330 Pola asuh yang MN terapkan sama dengan pola asuh yang MN dapat dari orangtua. Dalam mengasuh dan mendidik anak lebih banyak dilakukan oleh MN daripada pasangan. “Gak tau ya dek kalau pola asuh si abang karena jarang ngasuh anak kebanyakan kakak yang mengasuh dan mendidik anak-anak. Suami taunya cari uang buat anak-anak. Kalau urusan asuh mengasuh gak tau apa-apa itu.” R2, W2, 500-511 “Iya dek, kakak meniru sekali pola pengasuhan yang di buat oleh orangtua kakak dulu, seperti dari kecil udah di ajari anak cara shalat, mulai di ajari ngaji. Kakak pun ngelakuin hal yang sama, walaupun dulu waktu kakak kecil paling gak suka kalau udah di suruh duduk satu jam itu biar belajar ngaji, huuih rasanya malas sekali. Sekarang walau anak kakak kelihatan udah gelisah kalau lagi di ajari ngaji tetap aja kakak paksa supaya mau belajar. Hehehe padahal kakak tau rasanya, di saat ingin main malah di suruh duduk diam.” R2, W2, 512-539

h. Religious orientation

Dalam rumah tangga, MN merupakan tipe orang yang rajin beribadah. Sedangkan pasangan jarang melaksanakan ibadah. “Keyakinan agama yang saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari itu biasanya shalat, kadang- kadang ngaji juga, pigi pengajian juga.” Universitas Sumatera Utara R2, W1, 341-348 Mendidik dan mengasuh anak mengenai agama lebih sering dilakukan oleh MN daripada pasangan. MN sudah menerapkan Kegiatan agama terhadap anak-anak dari anak kecil, seperti mengaji, gerakan shalat dsb. “Karena anak-anak masih kecil ya.. yang sederhana aja dulu diajari. Seperti gerakan shalat, ucapin doa sebelum makan, sebelum tidur, diajak mengaji yang gitu- gitu aja lah yang sederhana.” R2, W1, 349-359 MN berharap pasangan menjadi lebih taat dalam melaksanakan ibadah agama. Karena pasangan jarang melakukan ibadah agama, MN selalu menuntut pasangan untuk melakukan shalat ber jama‟ah namun hal itu jarang dipenuhi oleh pasangan. “Pinginnya suami tu lebih taat lagi dalam agama, misal shalatnya. Kalau pagi cepat bangun biar bisa jadi imam dalam rumah tangga. Pinginnya gitu aja. ” R2, W1, 366-374 “Kakak berharapnya suami lebih rajin lagi shalatnya, Ya.. walaupun jarang-jarang yang penting Shalatlah. Jangan cuma sha lat Jum‟at aja, itupun sesekali kalau lagi di rumah, kalau lagi di jalan mana ada shalat- shalat .” R2, W2, 600-611 “Oh itu sering dek, malah kakak suka nuntut suami buat melakukan shalat berjama ‟ah, tapi ya itu dia, jangankan shalat berjama‟ah, shalat sendiri aja jarang-jarang dilakukan. Sampai kalau kakak dah merepet ngajak shalat berjama ‟ah biasanya abang bilang iya. Iya nya cepat tapi kakak dah nunggu mau shalat eh gak mulai-mulai karena takut kehabisan waktu ya kakak shalat aja duluan. Itu pun suami gak jadi shalat, gimana kalau kakak nungguin abang bisa gak shalat juga lah kakak jadinya. Hmmm itulah si abang. Kakak penginnya abang itu rajin shalat biar jadi contoh juga buat anak-anak. Janganlah gak sha lat.” R2,W2, 612-645 “Waktu itu kakak marah sekali. Shalat kok di permainkan. Gak suka kakak. Kalau memang abang gak mau jadi imam dalam keluarga bilang aja, biar kakak shalat sendiri kan gitu. Jangan di bilang iya. Tapi itulah si abang, yang payahan kalau di ajak shalat dek. Banyak kali alasannya supaya gak jadi Shalat, belum mandi lah belum ini lah belum itu lah capek lah. Hmmm” Universitas Sumatera Utara R2, W2, 646-666 Menurut MN agama di dalam sebuah pernikahan memiliki peranan penting untuk itu MN selalu menjalankan dan melaksanakan perintah agama. “Menurut kakak agama itu sangat penting. Karena kalau agama kita gak kuat gimana kita bisa punya ketenangan hati dalam hidup ini. Bagaimana kita bisa sabar dalam berumah tangga. Dengan agama kita bisa sadar dengan kesilapan kita. Gak ego saja yang dibawa. Ada sesuatu yang membuat kita teguh dengan kuatnya agama yang kita yakini.” R2, W2, 667-685

i. Family and friends

Hubungan yang terjalin antara MN dengan keluarga pasangan sangat baik. Setelah menikah dengan pasangan, MN tinggal serumah dengan mertua. “Baik, Baik ya, namanya tinggal sama keluarga suami. Tidak pernah ada masalah namanya numpang ma mertua. ” R2, W1, 375-384 “Oh baik, kan tinggal sekarang juga di rumah mertua. Kalau gak baik gimana itu, awak numpang dirumah mertua. Kalau gak baik, bisa diusir, mau tinggal dimana coba.” R2, W1, 385-393 “Sering terutama sama keluarga suami namanya serumah” R2, W1, 401-408 Tinggal serumah dengan mertua membuat MN lebih banyak belajar mengenai kehidupan berumah tangga. Mertua selalu menegur MN jika salah dan MN menganggap teguran mertua sebagai nasehat untuk anaknya. “Kalau ngerasa gak enak sama mertua, pernah. Apalagi kakak kan tinggal sama mertua, kadang masalah anak, bisa juga jadi ngerasa gak enak hati dengar kata-kata mertua. Sebenarnya bagus sih dek yang di bilangin sama mertua Cuma ya itu kadang ngerasa sakit hati juga. Misal anak kakak jatuh kan, nanti dibilang kurang becus jaga anak, kakak ngerti mertua cemas sama cucunya dan merepet karena dia sayang. Ya gitu lah dek namanya bekeluarga mana ada ya kan yang baik-baik aja, pasti ada aja sedikit salah paham namun gak sampe berantem lah.” R2, W2, 723-752 Universitas Sumatera Utara Setelah menikah dengan pasangan, hubungan persaudaraan dengan keluarga pasangan jadi lebih baik dan dekat. Karena MN tidak memiliki saudara laki-laki membuat MN merasa memiliki abang kandung setelah menikah dengan pasangan karena pasangan memiliki saudara laki-laki. “Berbeda nya paling merasa lebih dekat. Kalau dulu hanya sebatas sebagai sepupu sekarang setelah menikah jadi abang sendiri. Punya abang kakak jadinya. Hehehe… Ada yang nasehati kalau lagi ada masalah sama suami.” R2, W2, 787-798 Hubungan dengan teman-teman pasangan juga baik karena MN tinggal di mana pasangan menetap. “Hubungan sama teman-teman suami juga lumayan baik, jarang ketemu sih palingan ama yang sering datang ke rumah.” R2, W1, 394-400 Tinggal bersama mertua membuat MN sering rindu dengan keluarga di kampung. Apalagi disaat ada masalah dengan pasangan rasa rindu semakin bertambah. “Iya, rindu kali pun dek. Malah kadang kalau lagi berantem sama abang kakak pengin kali pulang ke Sosa tapi segan sama bouk, mau cerita sama bouk juga gak enak kan. Namanya masalah rumah tangga kakak. Nanti malah dinasehati kalau gak enak kena di hati kan jadinya bukan makin terhibur malah makin sedih.” R2, W2, 672-688

j. Egalitarian role

Peran MN dalam rumah tangga hanya sebagai ibu rumah tangga, Selain mengurus rumah MN juga mengurus kedua anak-anaknya. Dalam mengurus anak- anak terkadang pasangan juga membantu MN. Universitas Sumatera Utara “peran saya sebagai ibu rumah tangga, ngurus rumah sekalian ngurus kedua anak saya.” R2, W1, 409-413 “Kerjasama dalam rumah tangga itu ya saling mengerti aja. Kalau suami ada waktu ya bantuin kakak jaga anak- anak.” R2, W1, 432-438 Meskipun MN berperan sebagai ibu rumah tangga namun MN memiliki keinginan untuk bekerja, tapi pasangan belum memberikan izin kepada MN untuk bekerja dengan alasan anak-anak masih kecil. “Peran sebagai ibu rumah tangga menurut kakak masih kurang sesuai, pengennya sih kerja tapi suami gak ngasih karena anak-anak masih kecil ” R2, W1, 414-421 Selain menjadi ibu rumah tangga MN memiliki berbagai peran dalam rumah tangga. Semua peran tersebut tidak membuat MN merasa berat malah sebaliknya MN merasa senang dengan banyaknya peran yang ia jalankan. “Peran kakak dek sebagai ibu rumah tangga, sebagai ibu buat anak-anak. Sebagai pengasuhnya anak-anak hehehe. sebagai seorang istri bagi suami. Banyak peran yang kakak dalam rumah tangga. Tapi tetap peran pemimpin dan mencari nafkah itu urusan suami.” R2, W2, 815-829 “Iya kakak senang dengan semua peran yang kakak jalankan, kecuali satu kakak juga pengin kerja tapi belum boleh sama ayah anak-anak. Tapi kakak senang kok dengan semua peran yang sekarang.” R2, W2, 830-840

7. Interpretasi Intra Responden 2 Tabel 5. Interpretasi Intra Responden 2

Aspek Gambaran Responden Konfirmasi Teoritis Pernikahan pariban Pernikahan pariban merupakan pernikahan yang terjadi antara dua anak mamak. Kalau dalam bahasa Mandailing „manyunduti‟ yaitu mengambil anak mama‟ tulangpaman Menurut Tambunan 1982 Pernikahan pariban merupakan pernikahan dimana seorang pemuda dinikahkan dengan pemudi yang tidak lain adalah anak dari tulang mama‟ Universitas Sumatera Utara untuk dijadikan istri. MN juga mengalami yang namanya manyunduti yaitu suami mengambil responden yang merupakan anak mama‟ tulangpaman untuk dijadikan istri. Pernikahan MN terjadi melalui proses pacaran dan MN melihat kalau pasangan adalah orang yang baik. Hal ini yang membuat MN yakin untuk menerima pasangan untuk dijadikan suami. Proses pelamaran juga berjalan dengan mudah karena orangtua MN sangat setuju apabila anaknya menikah dengan pariban. Karena menikah dengan pariban membuat tali silahturahmi keluarga tidak putus dan hubungan kekeluargaan semakin dekat. pemuda. Kepuasan pernikahan : Personality issue Penyesuaian yang dilakukan MN terhadap pasangan berjalan dengan baik, walau ada beberapa penyesuaian yang harus dilakukan seperti sifat, kebiasaan. MN merupakan pribadi yang periang berbeda dengan suami yang pendiam. Penyesuaian kepribadian tidak menjadi masalah bagi MN. Menurut MN perilaku suami tidak berbeda dari sebelum menikah dengan sesudah menikah. Perilaku suami yang suka telat bangun membuat MN tidak suka. Meskipun beberapa perilaku dan sifat suami membuat MN tidak suka namun MN masih bisa menerima semua itu. Penyesuaian pernikahan lebih mudah dilakukan karena MN menikah dengan pariban. MN memang sudah mengenal suami dari Menurut Olson McCubbin 1983 setelah menikah perbedaan terkadang bisa menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku pasangan sesuai dengan yang di inginkan maka akan menimbulkan rasa senang dan bahagia. Universitas Sumatera Utara kecil. Communication Hubungan komunikasi Antara MN dengan suami cukup lancar. MN yang selalu bicara membuat komunikasi tetap lancar. Saat suami emosi, komunikasi tidak berjalan dengan lancar karena suami bisa membentak tanpa MN tahu apa penyebabnya. MN dan suami selalu mendengarkan dan mendukung saat pasangan berbicara. Begitu juga dengan kepercayaan dan keterbukaan antara MN dan suami. Sehingga komunikasi di dalam rumah selalu lancar. MN juga menganggap komunikasi sangat penting dalam rumah tangga. MN merasa puas dengan komunikasi yang tercipta dalam rumah tangga. Menikah dengan pariban membuat MN dan suami harus selalu menjaga komunikasi dengan baik karena kalau hubungan komunikasi tidak jaga bisa terjadi kesalahpahaman antar pasangan yang bisa memicu timbulnya masalah. Jika sudah terjadi masalah maka hubungan antar keluarga juga bermasalah. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan akan tercapai apabila kedua pasangan merasa nyaman saat berkomunikasi, percaya dengan apa yang dikatakan oleh pasangan, mendengarkan serta mendukung pasangan, menganggap komunikasi merupakan hal yang penting hubungan pernikahan. Conflict resolution Dalam rumah tangga MN dan suami, jika ada masalah harus segera diselesaikan. Pasangan cukup terbuka dalam menghadapi masalah rumah tangga. MN dan pasangan mencoba untuk saling berbagi peran, jika terjadi perbedaan pendapat MN biasanya akan mengalah dan pasangan akan mencari solusi untuk masalah yang sedang dihadapi. MN dan pasangan juga saling mendukung untuk memecahkan Menurut Olson McCubbin 1983 diperlukan adanya keterbukaan antara pasangan untuk mengenal dan untuk mendapatkan solusi yang terbaik serta saling mendukung dan percaya dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Kepuasaan pernikahan tercapai karena adanya keterbukaan dalam memecahkan masalah. Universitas Sumatera Utara masalah agar tidak semakin rumit. Cara penyelesaian masalah dalam rumah tangga membuat MN senang karena selalu ada keterbukaan dan rasa saling percaya dalam menghadapinya. Selain itu menikah dengan pariban membuat MN dan suami harus bisa menjaga supaya masalah tidak membuat hubungan kekeluargaan menjadi buruk karena ketika terjadi masalah dalam rumah tangga berpariban tidak hanya pasangan pariban yang akan berpisah namun kedua keluarga besar juga akan mengalami masalah. Financial management Dalam rumah tangga, MN yang mengatur keuangan. Mengenai hal tersebut bukan MN yang meminta tapi mertua yang menyuruh suami memberikan hak kepada MN dalam mengatur keuangan dan segala keperluan rumah tangga. Hal tersebut disambut suami dengan baik dan suami sangat senang dengan cara MN mengatur keuangan. Mertua menyuruh suami memberikan wewenang kepada istri dalam mengatur keuangan rumah tangga karena MN merupakan saudara sehingga tidak mungkin MN menyia-nyiakan apa yang diminta oleh mertua. MN juga tidak pernah keberatan dengan hal tersebut, apalagi mertua yang menyuruh suami sehingga MN berusaha untuk mengatur keuangan dengan baik agar tidak mengecewakan mertua dan suami. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan dipengaruhi bagaimana cara pasangan mengatur keuangan dengan baik. Leisure activity Aktifitas yang MN lakukan lebih banyak dihabiskan Menurut Olson McCubbin 1983 salah satu yang Universitas Sumatera Utara bersama anak-anak daripada bersama suami. Pekerjaan suami membuat MN jarang menghabiskan waktu berdua. Jika ada waktu MN juga sulit mengajak suami untuk melakukan aktivitas berdua karena tidak sesuai dengan keadaan dan waktu yang dimiliki suami. Sehingga suami lebih sering mengambil keputusan kapan mau jalan- jalan dan menghabiskan waktu luang bersama keluarga. Suami yang selalu mendominasi dalam menentukan pilihan aktivitas sering membuat MN kesal. mempengaruhi kepuasan pernikahan adalah kegiatan yang dilakukan sebagai pilihan bersama serta harapan menghabiskan waktu luang bersama pasangan. Sexual relationship Menurut MN penyesuaian dalam hubungan seksual dengan suami lancar. MN dan pasangan memiliki pola komunikasi yang berbeda dalam membicarakan masalah seksual. Pasangan cukup terbuka dalam membicarakan masalah seksual sebaliknya MN sangat tertutup karena MN menganggap hal tersebut tidak pantas untuk dibicarakan. Menurut MN hubungan seksual lebih baik berjalan seiring waktu tidak perlu dibicarakan. Dalam melakukan hubungan seksual, apabila MN menolak keinginan suami, hal ini akan membuat suami marah. Sebaliknya MN menganggap hubungan seksual dalam rumah tangga sudah seperti yang ia harapkan. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan dapat dicapai dengan cara kedua pasangan bisa mencapai kesepakatan dalam hal hubungan seksual Children and marriage Kehadiran anak dalam rumah tangga membawa pengaruh besar dalam diri MN. MN menjadi lebih bahagia dengan hadirnya anak. Menurut MN jenis kelamin tidak mempengaruhi kebahagian Menurut Olson McCubbin 1983 kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak akan mempengaruhi kepuasan pernikahan. Universitas Sumatera Utara dalam rumah tangga. MN lebih banyak menghabiskan waktu dalam mendidik dan mengasuh anak. Kesibukan suami membuat MN harus lebih memperhatikan anak-anak karena suami jarang di rumah jadi tidak setiap saat bisa membantu MN dalam mengurus anak. MN memiliki harapan yang baik untuk pendidikan anak begitu juga dengan suami. Berasal dari Budaya Batak membuat MN ingin memiliki anak laki-laki karena pernikahan dalam Budaya Batak belum sempurna kalau belum memiliki anak laki-laki sebagai penerus keturunan. Religious orientation Dalam hubungan pernikahan orientasi agama dalam rumah tangga MN kurang begitu baik. MN merasa kurang puas dengan orientasi agama di dalam rumah tangga karena suami jarang melaksanakan kegiatan agama. MN merupakan pribadi yang taat pada agama sedangkan suami jarang melaksanakan perintah agama. Perbedaan kebiasaan ini sering memicu konflik dalam rumah tangga MN. Dalam mendidik anak mengenai agama juga lebih banyak dilakukan oleh MN daripada suami. Terkadang mertua ikut membantu. MN berharap suami menjadi lebih taat dalam menjalankan agama karena akan menjadi contoh bagi anak-anak. MN juga menginginkan suami bisa jadi imam dalam keluarga. Menurut Olson Cubbin 1983 setelah menikah orangtua akan mengajarkan dasar-dasar dan nilai-nilai agama yang di anut kepada anaknya. Family and friends MN memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan teman suami. Sebaliknya intensitas Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan akan tercapai apabila memiliki Universitas Sumatera Utara bertemu dengan keluarga besar dan teman jarang terjadi karena sedikitnya waktu yang dimiliki oleh pasangan. MN yang tinggal serumah dengan mertua membuat MN sering rindu dengan keluarga tapi keadaan tidak memungkinkan untuk bertemu. Menurut MN dalam Budaya Batak nilai kekerabatan harus tetap dijaga. Namun hal ini sulit MN temukan dalam diri suami, Karena kesibukan suami membuat MN jarang bertemu dengan keluarga. MN lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga suami. MN tidak memiliki masalah dalam menghabiskan waktu dengan keluarga, baik itu keluarga suami maupun keluarga besar MN, MN merasa sama menyenangkan karena kedua keluarga juga keluarga MN. hubungan yang baik dengan keluarga, teman dan relasi. Memiliki hubungan yang baik dengan para keluarga, teman juga relasi akan mengurangi konflik yang terjadi. Menurut Scolnick dalam Lemme, 1995 Adanya rasa kebersamaan dan bersatu dalam keluarga merupakan kriteria kepuasan yang tinggi. Egalitarian role Peran MN dalam rumah tangga adalah sebagai ibu rumah tangga dan juga mengurus anak- anak. Peran sebagai ibu rumah tangga menurut MN masih kurang lengkap, karena MN menginginkan peran lebih dari sekedar ibu rumah tangga biasa, MN ingin bekerja tapi suami melarang MN untuk bekerja karena anak-anak masih terlalu kecil untuk di tinggal. Meskipun MN tidak bisa memenuhi peran sebagai wanita karir namun beragam peran yang MN jalani dalam rumah tangga tidak membuat MN keberatan justru MN merasa senang karena bisa memiliki hidup yang menyenangkan. Banyaknya peran membuat MN merasa hidupnya lebih bermakna. Menurut Olson McCubbin 1983 suatu peran dalam rumah tangga harus mendatangkan kepuasan pribadi. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Gambaran kepuasan pernikahan pariban pada responden 2 Kepuasan pernikahan pada responden 2 berdasarkan aspek kepuasan pernikahan Personality issue: MN mencoba menerima kepribadian suami Communication: Hubungan komunikasi terjalin dengan baik dalam rumah tangga Conflict resolution: Pemecahan masalah berjalan dengan baik karena ada keterbukaan dalam rumah tangga Financial management: MN senang dengan hak yang diberikan oleh suami Leisure activity: MN tidak puas dengan aktivitas yang jarang dilakukan dengan suami Sexual relationship: MN memiliki hubungan seksual yang baik dengan suami Children and marriage: Anak sangat berpengaruh dalam kebahagiaan rumah tangga MN Religious orientation: MN merasa tidak puas dengan orientasi agama yang dimiliki oleh suami Family and friends: MN memiliki hubungan yang baik dengan keluarga suami Egalitarian role: MN memiliki peran yang beragam dalam rumah tangga TL MN Usia : 26 tahun Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pendidikan: MAN Usia : 27 tahun Pekerjaan: supir Pendidikan: SMA Terjadinya pernikahan pariban Merasa cocok dengan pasangan Harapan orangtua Harapan Budaya Proses Pacaran Pernikahan ideal dalam Budaya Batak Pernikahan pariban Responden 2 MN Kepuasan pernikahan pada responden 2 MN merasa puas dengan pernikahannya karena MN lebih bersabar dalam menerima kekurangan dan kepribadian suami. Sebagai seorang istri dalam Budaya Batak membuat MN sadar akan peran yang ia jalankan. MN tidak puas dari 10 aspek kepuasan pernikahan dalam aspek leisure activity dan religious orientation karena suami jarang berada dirumah dan jarang melaksanakan perintah agama. Dalam Budaya Batak mempertahankan nilai kebersamaan dalam keluarga sangat dijunjung tinggi, keharmonisan dalam rumah tangga bisa tercapai kalau hubungan keluarga berjalan dengan baik. Begitu juga dengan peran suami dalam agama, MN berharap suami lebih taat dalam menjalankan perintah agama. Nilai yang diyakini responden dalam pernikahan Budaya Batak Istri menuruti perkataan suami Istri harus menghormati suami Meminimalkan masalah yang terjadi dalam rumah tangga Mengutamakan nilai kebersamaan dalam keluarga Mempunyai anak laki-laki Suami menjadi imam dalam keluarga Menjaga hubungan baik dengan keluarga besar Suami memiliki peran utama dalam rumah tangga Universitas Sumatera Utara

B. Pasangan 2 Responden 3 4 1. Identitas Diri Responden 3 4

Tabel 6. Identitas Responden 3 4 Keterangan Suami Istri Nama Inisial AS DS Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia 32 tahun 33 Tahun Pendidikan Sarjana Sarjana Agama Islam Islam Pekerjaan Guru Pengawas Apoteker Umur pada saat menikah 26 tahun 27 tahun Proses menikah Dijodohkan Jumlah Anak 2 orang Usia pernikahan 6 tahun

2. Jadwal Wawancara Pasangan 2 responden 3 4 Tabel 7. Jadwal Wawancara Responden 3

Responden Hari Tgl Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara AS 24 februari 2013 15.00-17.00 Wib Rumah AS AS 05 April 2013 17.00-18.10 Wib Rumah AS Tabel 8. Jadwal Wawancara Responden 4 Responden Hari Tgl Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara DS 27 februari 2013 15.00-17.00 Wib Rumah AS DS 05 April 2013 14.00-16.00 Wib Rumah AS

3. Gambaran Umum Pasangan 2

Pasangan 2 merupakan pasangan yang menikah melalui proses perjodohan yang dilakukan oleh orangtua. AS merupakan anak kedua dari empat bersaudara Universitas Sumatera Utara sedangkan pasangan anak ketiga dari lima bersaudara. Latar belakang sosial ekonomi AS hampir sama dengan istri. Alasan AS menikah dengan pasangan karena ada faktor rasa tersaingi dengan sang adik yang ingin menikah mendahului AS, sehingga AS juga memutuskan untuk segera menikah. Meskipun disaat ingin menikah AS mengaku tidak punya calon istri, sehingga AS mengutarakan niatnya untuk menikah dan meminta orangtua untuk mencarikan pasangan yang tepat untuk AS. Keluarga AS merupakan keluarga yang masih memegang teguh adat istiadat Batak, terutama untuk pernikahan dengan keluarga seperti pernikahan pariban masih dilakukan dalam keluarga. Akhirnya orangtua memperkenalkan AS dengan paribannya sendiri yaitu DS. Saat mengetahui ingin dinikahkan dengan pariban AS pun tidak menolak perjodohan tersebut karena sudah mengenal dengan baik pariban dan keluarga pariban. AS bekerja sebagai Guru tidak tetap Honorer di sebuah Sekolah Dasar sedangkan pasangan merupakan pengawas disalah satu Apotik di daerah kecamatan Natal.

4. Analisa Data Wawancara Responden 3 I.

Pernikahan pariban AS dan pasangan sudah saling mengenal sejak kecil karena adanya hubungan persaudaan antara keluarga AS dengan keluarga pasangan. Hubungan persaudaraan ini yang membuat AS dan pasangan sering bertemu saat masih kanak-kanak. Namun disaat menginjak usia remaja keduanya menjadi jarang Universitas Sumatera Utara bertemu. Pertemuan kembali terjadi saat AS menjalani kuliah di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di kota Medan. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, AS tidak punya keinginan untuk menikah cepat-cepat. Keinginan menikah muncul saat sang adik memutuskan untuk menikah sehingga AS merasa kalau dirinya sebagai abang tidak boleh dilangkahi oleh adik. Menurut AS pernikahan merupakan menyatukan dua hati secara syah menurut hukum dan untuk menjalankan perintah agama. “….Pernikahan itu menyatukan 2 hati secara agama melaksanakan sunah Rasul. Jadi dengan menikah itu kita bisa menjalankan perintah agama. Jadi sebuah pernikahan tidak hanya resmi secara hukum tapi juga untuk tujuan agama. ” R3, W1, 1-16 Saat AS memiliki keinginan yang kuat untuk menikah, AS tidak memiliki calon istri. Untuk melaksanakan niatnya AS mencoba menyatakan keinginan kepada kedua orangtua. Orangtua AS pun menyambut keinginan sang anak dengan baik dan mencarikan calon istri untuk AS. Calon yang dipilih orangtua AS adalah pariban AS. “ Kami menikah dengan cara dijodohkan hehehe… seperti jaman Siti Nurbaya aja yah…” R3, W1, 34-82 “Pernikahan pariban itu ya… tentunya pernikahan keluarga dan meningkatkan hubungan kekeluargaan lebih kuat. Sebenarnya pernikahan dengan pariban itu sama saja dengan pernikahan pada umumnya. Namun yang membedakan pernikahan pariban dengan pernikahan lainnya ya palingan itu ya sama keluarga nikahnya .” R3, W1, 17-34 Ketika orangtua memberitahukan kepada AS bahwa dirinya akan dijodohkan dengan salah seorang paribannya, AS menerima keadaan tersebut. Setelah AS mengetahui akan dijiodohkan dengan pariban yang mana, AS pun Universitas Sumatera Utara merasa yakin untuk menjadikan pariban sebagai istri karena faktor kedekatan di waktu kecil yang sudah mengenal pasangan dengan baik dan juga mengenal kehidupan keluarga pasangan dengan baik. Hal ini menjadi dasar AS yakin dengan pasangan. Menikah dengan pariban membuat hubungan kekeluargaan menjadi semakin dekat dan harta keluarga tidak jatuh kepada orang lain. “Yang membuat yakin untuk menjadikan istri itu ya karena keluarga juga. Karena emang udah kenal juga ama keluarga istri, tau keluarga istri bagaimana, baik. Makanya abang yakin untuk menjadikan istri atau si pariban abang ni sebagai istri abang. Lagipula nikah sama pariban ni juga membuat harta gak pigi jauh-jauh. Kan kita-kita juga yang dapat bagiannya. Udah gitu hubungan keluarga menjadi semakin dekat dengan menikahnya saya sama istri.” R3, W2, 1-25 II.Kepuasan pernikahan a. Personality issue Menikah dengan pariban, menurut AS, ia tidak terlalu banyak melakukan penyesuaian, karena sudah mengenal pariban sejak kecil. Hanya setelah beranjak remaja AS menjadi jarang betemu dengan pariban karena aktivitas sekolah dan kuliah yang mereka jalani. “Penyesuaian sama istri sebetulnya gak ada masalah, selama kita masih bisa saling mengerti dan mengingatkan itu udah cukup menurut saya. Antara saya yang tidak terlalu serius orangnya alias suka bercanda dengan istri yang seius sekali yang biasa saya bilang muka eksakta akibat terlalu serius. Jadi saya harus mencoba mengerti istri saya. ” R3, W1, 85-103 Penyesuaian awal yang AS lakukan setelah menikah dengan pasangan adalah memahami kebiasaan dalam kehidupan keluarga pasangan. Awal pernikahan dengan pasangan, AS belum memiliki rumah sehingga harus tinggal Universitas Sumatera Utara serumah dengan mertua. Kebiasaan yang sering dilakukan di rumah mertua sempat membuat AS merasa canggung, karena AS belum terbiasa melakukan dengan kebiasaan tersebut. Akhirnya AS mencoba menyesuaikan diri dengan kebiasaan tersebut. “Penyesuaian yang saya lakukan itu ya berjalan seiring waktu aja. Awal- awal mungkin agak ngerasa canggung ya, karena awal menikah masih tinggal sama keluarga istri, sampai istri melahirkan anak pertama barulah saya dan istri menempati rumah sendiri....Udah gitu sama semua keluarga istri juga melakukan penyesuaian. Sama-sama keluarga istri juga sebetulnya melakukan penyesuaian, walaupun saudara tapi tetap aja.. .” R3, W2, 91-123 Selain menyesuaikan dengan kebiasaan dalam keluarga pasangan, AS juga harus menyesuaikan diri dengan sifat pasangan. Pasangan merupakan orang yang pendiam dan selalu serius dalam menanggapi sesuatu. Hal ini sangat berkebalikan dengan sifat AS yang sangat suka bercanda. Perbedaan kepribadian antara AS dan pasangan membuat AS merasa kesal, karena AS merasa pasangan tidak bisa diajak untuk bercanda. Untuk mengatasi rasa kesal tersebut AS mencoba membiasakan pasangan untuk bercanda. “Untuk penyesuaian yang saya udah lakukan sepertinya pada sifat istri dulu baru penyesuaian yang lain. Penyesuaian yang telah saya lakukan itu penyesuaian sifat dan memakluminya dan jika tidak ada yang cocok segera di komunikasikan. Sifat istri saya kan serius tu lihat aja mukanya, muka eksakta, hehehe ….tertawa. Makanya saya yang suka bercanda ni kadang- kadang takut juga salah omong dan istri „saltang‟ alias salah tangkap dengan maksud yang saya utarakan” R3, W1, 104-128 “Kesal iya, karena saya kan orangnya suka bercanda, suka tertawa. Nah disatukan dengan istri yang pendiam kadang suka geram juga. Tapi saya coba untuk ubah sedikit-sedikit lah. Kalau untuk saya gak papa lah istri diam memang saya udah tau sifat dia begitu. Tapi kalau tamu datang saya selalu mengatakan pada istri untuk tidak merengut aja kalau ada tamu datang. Tersenyum sama tamu. Namanya kita kan perlu sosialisasi. Universitas Sumatera Utara Setidaknya basa-basi saya bilang. Jangan seperti hidup di dunia ini sendiri. Saya arahkan istri untuk bagaimana berperilaku.“ R3, W2, 150-179 Perbedaan sifat dan perilaku antara AS dengan pasangan seringkali membuat AS lebih menjaga sikap ketika berbicara dengan pasangan. AS juga sering merasa serba salah dalam bersikap, karena pasangan selalu menanggapi dengan cara yang berbeda. “…Menurut saya sifat kurang suka bercanda. Itu paling fatal dulu menurut saya. Karena saya kan orangnya suka bercanda nah istri saya kurang suka bercanda, kadang-kadang mau bercanda pikir-pikir dulu, karena takut si istri nanggapinya lain, wah bisa gawat urusannya. Kalau untuk penyesuaian seperti itu ya pande-pande kita aja lah. Kadang kita yang mesti terima. Mulai proses 4 bulan setelah menikah itu lah mulai lah ada perubahan, yang awalnya diam aja sekarang aja kakak ini dah mulai banyak cerita karena suami suka cerita. ” R3, W1, 155-185 Menurut AS, ia belum terlalu mengenal perbedaan perilaku dan sikap pasangan saat sebelum menikah dengan sesudah menikah karena setelah menginjak usia remaja AS jarang bertemu dengan pasangan. AS menjadi lebih mengenal perilaku pasangan setelah menikah. “Kalau perbedaan kita tidak tahu karena proses perkenalan cuma singkat cuma 3 bulan aja, lalu menikah. Sebenarnya sudah kenal istri dari kecil hanya kesibukan membuat saya dan istri jarang bertemu. Jadi ketemu lagi pas saya ingin menikah. Cara saya mensiasati perbedaan biasanya dengan diarahkan pada komunikasi dan lebih interaktif lagi. Diajak-ajak lah si istri untuk bercanda walaupun terkadang tanggapan yang saya dapat gak sesuai dengan harapan, tapi dicoba untuk dimengerti saja. ” R3, W1, 129-154 Perbedaan lain yang membuat AS tidak suka pada sifat pasangan adalah mengenai cara pasangan dalam mengekspresikan rasa tidak suka. Saat pasangan merasa tidak suka ia akan menunjukkan dengan ekspresi wajah yang melotot sedangkan AS berharap pasangan lebih mengkomunikasikan rasa tidak suka Universitas Sumatera Utara dengan cara membicarakan hal tersebut kepada AS. AS mencoba mengutarakan kepada pasangan dan pasangan mencoba menerima masukan yang diberikan AS dengan berjanji akan merubah sedikit-sedikit kebiasaan buruk yang ia miliki. “Iya istri saya kalau lagi diajak ngomong, gak sesuai sama dia matanya kayak nantang gitu, saya gak suka kalau istri saya udah ngelihat dengan cara gitu, melotot gitu, kayaknya mau ngomong tapi bukan mulut yang berbicara malah matanya yang melotot. Pokoknya kalau udah gitu buat saya kesal, gak suka lah pokoknya. Kalau sama saya ya kalau ada yang gak disukai ngomong aja langsung jangan diam tapi mata melototin saya gitu. Udah sering saya bilang tapi istri saya ni susah mungkin mengubah k ebiasaan tersebut.” R3, W2, 207-234 “Pernah saya bilangin sama istri kalau saya gak suka sama sifatnya yang nantang saya kalau lagi gak suka sama apa yang saya ucapkan. Ya dibilangin bagus-bagus lah tentunya nanti takut salah tangap. Saya bilang kalau memang gak suka ya.. langsung dibilang sama saya jangan malah matanya yang bilang sama saya. Biar saya tahu salah saya dimana, jangan diam saja. Ya pada saat itu istri saya janji mau merubah sifatnya tersebut. Istri mau lah merubah kebiasaan-kebiasaan buruk beliau.” R3, W2, 235-277 Menikah dengan pariban menurut AS membuat pasangan menjadi lebih berani dalam bersikap. Hal ini disebabkan pasangan sudah mengenal AS sejak kecil sehingga tidak ada rasa segan terhadap pasangan walaupun AS bukan sepupu lagi melainkan suami pasangan. “Kalau pariban gitu bisa suka-suka hatinya saja. Hehehe… tertawa sambil bercanda. Berharapnya istri gak ngotot. Kalau salah tanggap ni susah bawaannya emosi. Kalau saya emosi sikit-sikit aja tapi kalau perempuan kan gitu kalo udah merajuk, dah tau salah, tetap ngotot yang paling benar. “ R3, W1, 186-202 AS berharap pasangan bisa menjadi seorang istri yang murah senyum, lebih bersosialisasi dengan tetangga, tidak terlalu serius menanggapi sesuatu. AS tidak hanya berharap namun juga membantu pasangan untuk bisa berubah ke arah yang lebih baik. Universitas Sumatera Utara “Dibilang terpenuhi udah, tapi dibilang masih kurang juga masih kurang. Saya tu inginnya istri ni lebih bersosialisasi lagi lah sama orang, jangan merengut aja kalau lihat orang. Senyum lah sedikit. Jangan dibawa terus lah muka eksakta itu. Hehehehe…Saya selalu mencoba untuk merubah istri seperti bagaimana istri yang saya harapkan.” R3, W2, 278-295 Penyesuaian dalam pernikahan menurut AS lebih mudah dilakukan karena menikah dengan saudara atau menikah dengan pariban. Pernikahan dengan saudara membuat AS menjadi lebih mudah untuk mengerti perilaku pasangan sehingga memudahkan AS untuk menyesuaikan diri dengan pasangan. Walaupun ada beberapa perbedaan yang besar tapi hal itu coba dimaklumi dan dimengerti. “Penyesuaian kalau dibilang lebih mudah, sepertinya memang lebih mudah, karena udah saling kenal itu ya mungkin. Walaupun berbeda tapi kan kita udah tau dasarnya bagaimana, jadi tinggal menyesuaikan dan mengikuti saja. Kalau gak sesuai di coba untuk diluruskan biar ada kesesuaian. Tapi kalau saya menikah dengan perempuan yang bukan saya kenal mungkin akan sangat sulit untuk menyesuaikan diri. Harus lebih di maklumi dan di mengerti aja lah.” R3, W2, 124-149

b. Communication

Pada awal pernikahan dengan pasangan, hubungan komunikasi AS dengan pasangan terbilang kurang lancar. AS yang suka bercanda terkadang membuat pasangan salah sangka. Sehingga AS selalu mencoba mencairkan suasana dan membiasakan pasangan berkomunikasi disertai dengan canda. Pasangan AS yang awalnya kurang suka tersenyum menjadi lebih sering tersenyum saat berkomunikasi. “Lebih terbuka sekarang lah daripada dulu. Kalau dulu ehhmmm diam aja sekarang. Alhamdulillah sekali sekarang istri lah udah cukup terbuka dibandingkan dengan awal-awal menikah. Namanya istri ni dulu kan kuliah di bidang Eksakta jadi bawaannya serius aja. ” Universitas Sumatera Utara R3, W1, 203-218 Topik-topik yang sering AS bicarakan dengan pasangan biasanya mengenai masalah-masalah yang ada dalam rumah tangga seperti anak-anak. Bagaimana anak-anak di rumah, apa saja yang terjadi selama AS bekerja. Selain mengenai masalah anak-anak, AS dan pasangan juga sering membicarakan mengenai keluarga besar baik dari keluarga AS maupun dari keluarga pasangan. “Kalau hal yang sering dibicarakan sama istri, ya palingan masalah anak-anak, masalah keluarga, masalah keuangan, pokoknya ada masalah dinikmati aja lah dan berbagi bersama.” R3, W1, 255-277 Walaupun pasangan lebih banyak diam daripada berbicara, namun AS percaya dengan ucapan pasangan. Menurut AS kalau tidak ada rasa percaya terhadap pasangan bagaimana bisa membangun sebuah rumah tangga. “InsyaAllah percaya karena jarang ngomong ya. Jadi sekali ngomong ya percaya lah. Lagipula rasa saya kalo gak percaya sama istri, saya sebagai suami nya siapa lagi yang percaya. Lagipula kalau gak percaya yang ada rasa curiga aja bagaimana sebuah pernikahan bisa berjalan sampai sekarang. ” R3, W1, 237-253 Menurut AS, ia dan pasangan juga memiliki perbedaan dalam berkomunikasi, ketika berbicara nada suara AS lebih tinggi dari pasangan, namun hal itu bukan bermaksud marah pada pasangan. Darah Batak yang mengalir di dalam tubuh AS membuat is berbicara dengan cara seperti itu. Pasangan tidak pernah mengeluhkan hal tersebut karena pasangan juga berasal dari Budaya Batak sehingga pasangan mengerti bagaimana karakter orang Batak. “Kalau berkomunikasi tentu nada suara saya lebih tinggi dari istri, mungkin karena pengaruh budaya kali ya, kan kalau orang Batak ni kan agak kuat-kuat kalau ngomong. Maksudnya ngomong tinggi-tinggi bukan berarti saya marah. Jadi jangan sampe salah arti lah. Tapi bisa juga istri Universitas Sumatera Utara saya lebih kuat kalau bicara itu kalau lagi emosi. Malah dia yang meninggi suaranya nah kalau udah begini saya lah yang diam. Kalau saya ngomong tinggi juga jadi emosi dua-dua nantinya. Payah jadinya kan. Bisa menimbulkan konflik di dalam rumah tangga .” R3, W2, 339-397 “Gak, istri saya udah ngerti saya memang kalau ngomong begini. Kan bukannya saya marah, lagipula istri dah terbiasa dengan orang bicara dengan nada tinggi, ayahnya istri saya itu orangnya keras. Ketat sama anak-anaknya. Makanya mungkin istri saya pendiam dan muka serius. Hehehe… Bawaan dari rumah barangkali. Kalau kita orang Batak kan emang dibilang orang keras, kasar. Padahal bukan seperti itu hatinya. Hanya tampilan luar aja, tapi hati lembut.” R3, W2, 398-422 Komunikasi di dalam rumah tangga merupakan hal yang penting bagi AS. Karena menurutnya dengan terjalinnya komunikasi yang baik antara dirinya dengan pasangan maka segala masalah yang ada dalam rumah tangga bisa diatasi. “Oh penting sekali. Karena kalau di komunikasi saja udah gak lancar gimana itu menjalankan biduk rumah tangga. Ada hal yang perlu dibicarakan malah gak dibicarakan, jadi misskomunikasi nanti, jadi repot urusannya kalau udah gitu. Lagipula dengan komunikasi membuat hubungan di dalam rumah tangga menjadi langgeng, pernikahan juga menjadi lebih hangat. Lebih bahagia kalau komunikasi bisa berjalan dengan lancar semua masalah di dalam rumah tangga juga lancar penyelesaiannya.” R3, W2, 448-477

c. Conflict resolution

Dalam rumah tangga AS dengan pasangan setiap masalah yang datang harus segera diselesaikan. Masalah yang sering dialami AS dengan pasangan lebih kepada kurang terbukanya pasangan. Pasangan lebih memilih diam kalau merasa tidak cocok dengan apa yang AS lakukan. “Kalau ada konflik itu wajib segera diselesaikan. Itu kalau saya, tapi istri gak juga. Kalau ada masalah nanti, ada aja gitu masalah yang susah istri untuk diajak selesaikan.” R3, W1, 299-307 Universitas Sumatera Utara Saat memiliki masalah maka AS akan memberitahukan kepada pasangan mengenai masalah yang sedang ia hadapi. “Oh tentu saya cerita, karena gak mungkin saya cerita masalah saya sama ibu saya kan, dah punya istri jadi harus menceritakan pada istri kalau saya lagi menghadapi masalah.” R3, W1, 308-317 Jika terjadi perbedaan pendapat antara AS dengan pasangan, biasanya pasangan akan mengalah agar masalah tidak membuat rumah tangga terganggu. Pada awal pernikahan, menurut AS, ia lebih banyak mengalah sambil berusaha memahami pasangan, namun untuk sekarang pasangan yang lebih banyak mengalah. Kadang-kadang AS dan pasangan saling pengertian terhadap masalah yang sedang dihadapi dengan cara saling mengalah. “Kalau dulu ya, awal-awal menikah itu saya yang sering mengalah. Tapi sekarang malah istri yang sering mengalah. Kadang-kadang malah balance ya pokoknya kalau yang ngalah itu sama-sama lah. Seimbang lah gitu. Kalau saya lagi emosi istri yang coba mengalah, tapi kalau istri yang emosi saya yang mengalah. Tapi lebih banyakan istri saya yang mengalah kayaknya.” R3, W2, 478-499 Dalam menyelesaikan masalah rumah tangga, AS akan mengajak pasangan untuk melakukan diskusi. Namun AS merasa pasangan kurang mengambil peran saat berdiskusi, pasangan lebih banyak diam. Hal ini membuat AS merasa kurang puas dengan penyelesaian masalah dalam rumah tangga. “Yang selalu nyari pemecahan masalah itu kalau untuk sekarang seimbang lah. Waktu yang menyelesaikan masalah dalam rumah tangga saya dan istri. Misalnya ni kan ada orang yang punya masalah kadang saya bahas sama istri, nah gara-gara hal itu bisa saja saya dan istri beradu pendapat. Kalau udah gitu saya bilang lah, udah jangan di teruskan lagi. Orang yang punya masalah kok jadi kita yang bertengkar.” R3, W2, 412-433 Sejauh ini saya merasa kurang puas dengan cara penyelesaian dalam rumah tangga saya, karena istri saya susah untuk diajak berdiskusi Universitas Sumatera Utara mengenai masalah yang sedang dihadapi. Apalagi yang agak menyinggung di hati nanti, udah lah istri saya pasti bakalan pake jurus diam seribu bahasa. Gimana masalah bisa kelar kalau gitu. Nanti saya saja yang membuat keputusan takuktnya istri gak suka. Tapi gak ngomong kalau dia gak suka. Jadi gak enakan pula kan.walaupun bibir gak bicara kan bahasa tubuh bisa kita lihat. Apalagi saya udah lumayan lama menikah sama istri jadi kan pasti ngerti gimana gerak gerik bahasa tubuhnya. R3, W2, 549-583

d. FinanciaL management

Pendapatan keluarga berasal dari AS dan pasangan. Setiap pendapatan bulanan akan diserahkan sepenuhnya kepada pasangan. Pasangan yang akan mengatur segala keperluan rumah tangga dan kebutuhan anak-anak. “Kalo rumah tangga kami yang mengatur keuangan itu istri saya. Saya kalo ada duit langsung saya kasih sama orang rumah, kalo ada keperluan baru saya minta. ” R3, W1, 355-363 AS mengatakan kalau ia sangat percaya pada pengelolaan keuangan yang dilakukan pasangan. Bahkan menurut AS, tidak pernah terjadi konflik dalam rumah tangga karena pengaturan keuangan yang tidak baik. “Istri saya orang paling jago dalam mengatur keuangan. Pokoknya percaya sekali, apalagi istri saya ni gak pernah ngeluh sama pemasukan yang saya berikan. Malah kalau keuangan dah semakin menipis, biasanya istri akan bilang sama saya, „yah, uang kita tinggal sedikit, jadi harus lebih hemat. kalau uang bulanan semakin menipis, jadi saya harus pande- pande mengatur pengeluaran saya. ” R3, W1, 380-401 Pengaturan keuangan yang dilakukan oleh pasangan atas keinginan AS sendiri. AS memiliki kelemahan dalam mengatur keuangan karena AS adalah orang yang boros sehingga ia tidak yakin kalau dirinya bisa mengatur keuangan. Universitas Sumatera Utara Karena boros AS meminta pasangan untuk mengatur keuangan dalam rumah tangga. “Saya. Saya yang menyuruh istri untuk mengatur keuangan rumah tangga. Istri saya ni enak gak pelit. Makanya saya suka kalau istri yang megang keuangan. Kan biasanya perempuan kalau udah disuruh megang uang, duit dia duit dia, duit suami juga duit dia. Istri saya gak kek gitu orangnya. Malah kalau ngasih-ngasih sama orangtua istri saya juga gak pelit. Kalau saya kan royal sama semuanya. Makanya keuangan istri yang ngatur. Nah kalau istri royal sama orang lain pelit sama diri sendiri. Yang penting orang lain senang.” R3, W2, 585-613 Menurut AS pasangan adalah orang yang paling bisa dihandalkan dalam mengatur keuangan. Pasangan orangnya sangat terbuka dalam mengatur keuangan sehingga AS sangat senang dengan cara pasangan dalam mengendalikan segala keuangan rumah tangga. “Gak keberatan sama sekali. Karena istri saya kan gak pelit kalau di mintai lagi. Cuma agak pelit sama diri sendiri itu aja. Misalnya abang kasih uang buat beli keperluan rumah dan juga buat beli baju. Eh si istri gak beli baju malah lebih mendahulukan keperluan rumah. Kalau udah gitu pas saya beli baju banyak. Saya bilang kalau saya beli baju nanti banyak, jangan protes kan udah saya kasih uang, kenapa gak didahulukan diri sendiri malah keperluan rumah tangga aja yang di pikirkan. Kan bukan salah saya. Saya udah kasih uang. Karena ada keterbukaan juga lah makanya saya percaya sama pengaturan keuangan yang di buat sama istri saya.” R3, W2, 614-648 Pasangan tidak pernah meminta barang-barang yang tidak bisa AS berikan. AS sangat bersyukur karena pasangan mau diajak untuk hidup sederhana. “Minta mobil pribadi gitu ya. Hahaha… saya bersyukur istri saya mau diajak hidup sederhana. Gak pernah minta yang saya gak bisa beri dan belikan. Apalagi gaji guru honer dek, untuk makan sebulan aja udah Alhamdulillah. Gak pernah lah istri minta belikan sesuatu yang wah.” R3, W2, 683-697 Universitas Sumatera Utara Menurut AS, ia tidak pernah mempermasalahkan gaji yang diterima oleh pasangan. Uang tersebut merupakan hak pasangan sehingga AS tidak pernah ikut campur terhadap gaji yang diterima pasangan. “Hmmm… kalau saya gak terlalu memaksakan hal tersebut, itu kan penghasilan istri jadi istri mau pake uang itu untuk apa gak terlalu saya permasalahkan. Yang penting keuangan keluarga tetap nomor satu. Karena saya dan isrti bekerja, kadang kami bisa bantu keluarga yang lain, ngirimin uang sama mertua, atau istri saya ngasih uang sama Ibu saya. Gak masalah sama saya itu.” R3, W2, 649-670

e. Leisure activity

Aktivitas yang dilakukan AS lebih banyak untuk keluarga daripada diri sendiri. Pekerjaan AS sebagai guru Honorer masih membuatnya memiliki waktu untuk berkumpul bersama dengan anak dan istri. “Waktu yang dihabiskan dengan pasangan itu sering ya, setiap hari kan bertemu di rumah. Karena kan pekerjaan saya gak sampe malam-malam sekali jadi tiap saat selagi di rumah juga sama istri.” R3, W1, 413-424 Menurut AS tidak ada aktivitas khusus yang ia lakukan dengan pasangan. AS lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-teman daripada berduaan dengan pasangan, karena dengan berkumpul dengan teman-teman AS bisa mendapat info mengenai pekerjaan. Untuk sekarang menurut AS waktu untuk bekerja dan mencari uang bukan untuk bersantai-santai dengan pasangan. “Gak ada ya kalau untuk menghabiskan waktu berdua, malah saya rasa kalau untuk berdua saya jarang menghabiskan waktu dengan pasangan. Tapi kalau sama-sama anak sering. Namun untuk menghabiskan waktu berdua, gak lah. Saya lebih suka menghabiskan waktu di luar sama teman daripada sama istri. Kalau sama teman kadang saya dapat job juga. Ya itu yang dibutuhkan sekarang namanya guru honor ni kan gak bisa juga berpatokan sama kerjaan yang itu aja. Untuk sekarang waktunya untuk Universitas Sumatera Utara mencari uang bukan waktu untuk bersenang-senang, ada nanti waktunya untuk bersenang- senang.” R3, W2, 698-729 Kalau ada waktu luang biasanya AS mengajak anak-anak untuk menonton TV bersama. Karena AS dengan pasangan kurang menyukai jalan-jalan sehingga kalau menghabiskan waktu lebih banyak di rumah kalau pun jalan-jalan hanya untuk menyenangkan anak-anak. “Palingan nonton TV lah, jalan-jalan saya dan istri kurang suka jalan- jalan, lebih suka di rumah. Makanya palingan habiskan waktu di rumah aja nonton TV sama anak-anak. Kadang-kadang karena nengok anak- anak makanya pigi jalan-jalan .” R3, W1, 425-437 Kebiasaan AS yang senang menghabiskan waktu dengan teman-teman dan jarang mengajak pasangan untuk melakukan aktivitas berdua tidak pernah membuat pasangan marah. Bahkan pasangan sangat pengertian dengan kondisi tersebut. “… istri saya orangnya ngerti kok, lagipula istri saya kan orangnya gak suka jalan-jalan, bukan gak suka juga sih, tapi tidak terlalu suka. Lebih enak di rumah. Jadi istri tidak pernah mengeluh kalau saya jarang mengajak istri untuk melakukan rekreasi. Apalagi berdua, jarang.” R3, W2, 730-744

f. Sexual relationship

Dalam pernikahan AS dengan pasangan, penyesuaian dalam berhubungan seksual menurut AS berjalan dengan lancar. “Penyesuaian seksual biasa aja ya, lancar-lancar aja. Pokoknya saling ngerti aja ya. Kesepakatan dalam berhubungan seksual terkadang ada ya. Kalau istri lagi mau, OK lanjut, tapi kalau gak ya mau bilang apa .” R3, W1, 447-457 Universitas Sumatera Utara AS lebih terbuka dalam mengkomunikasikan masalah seksual sedangkan pasangan tertutup. Selain sulit untuk diajak membicarakan masalah seksual, AS juga akan kesal saat pasangan menolak melakukan hubungan seksual. Jika pasangan menolak AS akan menanyakan alasan pasangan. “Kesal juga ya, namanya hubungan seksual dalam rumah tangga itu hal yang penting ya. Walaupun saya dan istri mencoba untuk saling mengerti kalau untuk dalam berhubungan seksual. Namun disaat saya lagi ingin istri gak mau, walau nerima tapi hati ni gak nerima.” R3, W2, 745-759 “Ya, saya tanya sama istri kenapa gak mau. Walaupun istri terlihat capek kan namanya saya laki-laki kadang-kadang lagi pingin susah kalau gak dikasih. Lebih banyak gak terima sebetulnya kalau istri lagi gak mau.” R3, W2, 760-771 Untuk mengatasi hal tersebut, AS mencoba memahami pasangan dengan melihat gerak-gerik pasangan, apakah pasangan sedang malas atau tidak. Dengan begitu menurut AS masalah bisa sedikit teratasi. “…dengan adanya rasa saling mengerti bisa membuat keinginan kita tercapai. Kadang kalau dari bahasa tubuh kan bisa di tengok itu apakah istri emang lagi mau atau lagi malas kalau misalnya saya yang lagi pengin. Kalau bahasa tubuh istri lagi malas ya gak saya paksa.” R3, W1, 458-475 Peran hubungan seksual di dalam sebuah pernikahan cukup penting menurut AS. Karena dengan berhubungan seksual maka sepasang suami-istri bisa merasa dirinya lebih dekat dan bisa mengekspresikan rasa sayang. “Peran hubungan seksual di dalam rumah tangga itu cukup penting menurut saya. Karena disaat itu kita sebagai suami-istri bisa mengekspresikan rasa sayang pada pasangan. Lagipula dalam sebuah pernikahan itu melakukan hubungan suami-istri kan ibadah. Kadang dengan hubungan seksual keharmonisan sebuah keluarga bisa terwujud. R3, W2, 832-852 Universitas Sumatera Utara

g. Children and marriage

Hubungan AS dengan anak-anak tergolong sangat baik. Karena AS merupakan tipe orang yang selalu mengutamakan keluarga dari segalanya. Kehadiran kedua buah hatinya membuat AS semakin termotivasi untuk bekerja. “Pengaruh anak oh besar sekali, membuat saya jadi lebih termotivasi dalam hidup, lebih semangat lagi untuk bekerja. Dapat kekuatan mistik. Labih bahagia dengan adanya anak-anak, pulang kerja capek dengar suara anak-anak rasa capek saya tuh hilang. ” R3, W1, 497-510 Di dalam Budaya Batak memiliki anak laki-laki merupakan suatu kebanggaan, karena seoarang anak laki-laki akan meneruskan marga keluarga. Menurut AS memiliki anak laki-laki itu merupakan kebanggaan tersendiri. AS merasa sangat beruntung karena memiliki anak laki-laki dan perempuan sehingga pernikahan terasa lebih lengkap. “Menurut saya iya, karena anak laki-laki itu penerus keturunan, penerus marga, ketika di dalam pernikahan keluarga Budaya Batak tidak memiliki anak laki-laki maka pasti rumah tangganya terasa kurang lengkap. Alhamdulillah saya memiliki anak laki-laki dan anak perempuan, yang membuat saya bahagia dan rumah tangga saya terasa lengkap. Anak-anak saya merupakan penye mangat bagi saya.” R3, W2, 881-903 Di rumah AS memberlakukan disiplin terhadap anak, sebagai seorang Guru beliau mendidik anak dengan cara yang baik, tidak pernah membentak, namun menegakkan disiplin dengan cara yang tegas. AS menerapkan pola disiplin dari sekarang agar anak-anak menjadi terbiasa saat memasuki usia sekolah. AS menginginkan anak-anaknya kelak lebih berhasil dari dirinya. Lebih memiliki pendidikan yang tinggi. Tanggung jawab dalam mendidik anak biasanya AS lakukan secara bersama dengan pasangan. Universitas Sumatera Utara “Kalau harapan terhadap pendidikan anak itu yang bisa lebih tinggi. Maunya anak-anak bisa memiliki pendidikan yang jauh lebih tinggi dari saya. Jadi gini ibaratnya setinggi-tingginya dia kalau jatuh kan jatuhnya ke awan. Jadi kalau setinggi-tingginya SMA nanti jatuhnya ke SD. ” R3, W1, 511-525 “Kalau untuk tanggung jawab saya berusaha memenuhi tanggung jawab sebagai orangtua. Saya berusaha agar anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang bagus walau anak saya belum sekolah misalnya seperti guru mengaji saya berusaha mencarikan yang terbaik buat anak.” R3, W2, 918-933 Dalam mendidik dan mengasuh anak AS dengan pasangan menerapkan pola asuh yang berbeda. AS mendisiplinkan anak-anak sedari kecil namun pasangan selalu membela anak-anak. AS tidak setuju dengan cara pasangan dalam mengasuh anak karena AS tidak ingin anak-anak menjadi tidak disiplin. “Saya gak suka dengan ketidak disiplinan istri terhadap anak-anak. Setiap saya mengeraskan anak istri saya selalu membela. Bagaimana anak bisa disiplin kalau dia selalu di hadapkan pada dua hal yang berbeda.” R3, W2, 868-880 Menurut AS tidak ada kesepakatan dalam mendidik dan mengasuh anak di dalam rumah tangga. AS dan pasangan mencoba untuk saling mengerti dengan peran dan tanggung jawab terhadap anak. “Gak ada kesepakatan, ya, gimana ya, ya kalau saya gak sibuk saya akan bantu istri. Ya namanya istri sibuk di rumah terus kerja juga, sibuk ngurus rumah sibuk masak, ya saling mengert i.” R3, W1, 526-535

h. Religious orientation

AS dan pasangan merupakan keluarga yang taat menjalankan ibadah. AS membagi tugas dengan pasangan dalam mendidik anak menjalankan ibadah agama. AS mengajarkan nilai-nilai keagamaan sedari dini kepada anak-anak. Universitas Sumatera Utara “Dalam hal mendidik anak dalam agama, saya dan istri biasanya saling kerja sama agar tercapai kesepakatan, toh sama-sama anak kita kan. Jadi tidak mengambil keputusan secara sepihak saja. Jadi tiap saya shalat anak diajak ke Masjid. Kalau lagi gak ada waktu ngajari anak ngaji. Ngajari hafalan doa-doa. Bahkan saya mengdatangkan guru ngaji buat anak. ” R3, W1, 554-573 Dalam hal pengajaran agama AS juga selalu meluangkan waktunya dengan anak-anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan agama. “Untuk penerapan dalam hal agama biasanya saya membiasakan anak untuk shalat sama-sama, bahkan saya ajak anak saya yang peling besar Shalat di Masjid. Sebelum makan baca doa. Ya yang seperti itu lah..” R3, W1, 563-573 AS dan pasangan memiliki pola kebiasaan yang berbeda dalam melaksanakan perintah agama. Dalam keluarga pasangan melakukan Shalat berjama‟ah wajib dilakukan setiap malam sedangkan AS selalu melakukan Shalat sendiri-sendiri. Setelah memiliki rumah AS berusaha untuk melakukan Shalat berjama‟ah dengan pasangan. “…di rumah istri saya ni kan selalu mengadakan Shalat berjama‟ah dengan keluarga setiap malam, nah kalau di rumah saya gak ada pula kebiasaan seperti itu. Tapi dari dulu sebelum saya menikah dengan istri, saya sering pulang kuliah datang ke rumah untuk ikut shalat berjama ‟ah. Jadi di awal menikah kan saya masih tinggal sama keluarga istri. Nah saya agak canggung juga dulu, karena saya udah harus ada di rumah sebelum azan Maghrib biar bisa melakukan Shalat berjama ‟ah. Itu dulu yang harus saya sesuaikan dengan diri saya. Bagus memang tapi kan saya karena gak terbiasa jadi merasa lain. Mulai lah dikit-dikit saya belajar ngikuti aturan dan kebiasaan yang ada di rumah istri.” R3, W2, 45-90 Menurut AS peran agama dalam sebuah pernikahan sangat penting. Karena tanpa peran agama dalam sebuah rumah tangga ibarat sebuah rumah tanpa Universitas Sumatera Utara tiang. Rumah tangga tidak akan kokoh kalau tidak dilandasi dengan agama yang kuat. “Penting sekali kalau agama dalam pernikahan. Kalau gak ada agama sama aja seperti rumah tanpa tiang. Gak ada yang mengokohkan sebuah pernikahan. Jadi dengan adanya agama saya merasa saya ada pegangan dalam berumah tangga, lebih nyaman gitu.” R3, W2, 934-947

i. Family and friends

AS memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga istri, bahkan AS menjadi menantu kesayangan mertua. Mertua tidak segan-segan untuk mengajak AS mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah inti dalam keluarga. Kalau ada waktu luang AS akan mengajak keluarga untuk mengunjungi keluarga pasangan. “Hubungan dengan keluarga istri ya tentu dekat, namanya masih keluarga. Malah kadang-kadang untuk urusan yang sangat keluarga inti yang tau saya juga ikut dilibatkan Bagus-bagus aja lah pokoknya. Kek masalah warisan saya yang di suruh urus. Agak-agak ngerasa gimana juga, tapi ya mencoba melakukan yang terbaik untuk keluarga istri. .” R3, W1, 595-613 Hubungan baik dengan keluarga pasangan menurut AS ada hubungan dengan faktor pariban dan kekeluargaan. AS mendapat perlakuan lebih baik karena menjadi menantu dan merupakan saudara dari keluarga pasangan. Lagipula Budaya juga mempengaruhi hubungan dengan mertua. “Berbeda sekali ya. Saya jauh lebih kesayangan daripada menantu yang lain. Menantu pertama kan perempuan jadi ibu mertua gak mungkin cerita-cerita hal yang khusus dengan dia. Yang kedua laki-laki tapi orang Jawa. Jadi kadang ngomong suka gak nyambung. Makanya selalu saya yang jadi tempat bertukar pikiran mertua. Sampai mengenai masalah warisan selalu saya yang selalu di mintai pendapat. Dua lagi gak pernah di mintai saran. Mungkin karena saudara juga ya.” R3, W2, 948-973 Universitas Sumatera Utara Hubungan dengan saudara pasangan juga semakin dekat setelah AS menikah dengan pasangan. AS sering dijadikan tempat berbagi cerita oleh saudara-saudara pasangan. “Hubungan dengan para ipar semakin dekat lah setelah menikah. malah saya heran kalau datang ke rumah mertua, saya kok jadi tempat curhat terus ya. Kalau dulu gak gitu-gitu kali. Apa karena sifat saya yang suka bercanda, jadi mereka senang cerita sama saya. Keluarga istri saya ni orangnya lebih banyak diam semua. Mungkin karena pengaruh rumah komplek ya jadi sosialisasi agak kurang gak kayak saya di sini mau dari tukang tipu sampe orang hebat kan selalu bersosialisasi, pengaruh pengalaman juga mungkin.” R3, W2, 974-1002 AS kurang mengenal teman- teman pasangan, karena pasangan berdomisili di Medan, sedangkan AS berdomisili di Natal. Sehingga membuat AS jarang bertemu dengan teman-teman istri. Walaupun semasa kuliah AS tinggal di Medan, AS mengaku kurang mengenal pasangan. “Teman-teman istri saya kurang kenal ya, karena kan istri saya tinggal di Medan, sedangkan saya di sini, setelah menikah istri tinggal sama saya di sini, paling kenal teman istri yang dekat-dekat aja lah, atau yang sering ketemu kalo ada acara.” R3, W1, 618-631 Menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman-teman pasangan jarang dilakukan oleh AS dan pasangan. Disebabkan jarak antara AS dengan para orang- orang terdekat pasangan. Namun menghabiskan waktu dengan keluarga sendiri ataupun keluarga pasangan sama menyenangkannya menurut AS. “Hubungan dengan teman-teman istri saya kurang kenal ya, karena kan istri saya tinggal di Medan, sedangkan saya di sini, setelah menikah istri tinggal sama saya di sini, paling kenal teman istri yang dekat-dekat aja lah, atau yang sering ketemu kalo ada acara .” R3, W1, 629-642 “Menurut saya dimana saja itu enak, karena semuanya keluarga saya juga. Mau itu di rumah saya ataupun di rumah istri, sama saja. Karena Universitas Sumatera Utara tinggal sama keluarga juga. gak ada lah yang beda, sama saja menurut saya karena dua-duanya keluarga saya dan saya sudah mengenal mereka dari dulu.” R3, W2, 1003-1018

j. Egalitarian role

AS berperan sebagai kepala rumah tangga, sekaligus pencari nafkah utama untuk menunjang ekonomi keluarga. Selain menjadi tulang punggung keluarga, AS juga terkadang membantu istri dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. “Peran saya dalam rumah tangga itu tentunya sebagai kepala keluarga, sebagai pencari nafkah buat keluarga. Walau istri saya juga bekerja tapi tetap saya yang pemegang pencari nafkah utama .” R3, W1, 654-664 “Kadang-kadang kalau melihat istri kecapean, saya membantu sedikit- sedikit lah pekerjaan rumah tangga. Kek menyapu halaman..” R3, W1, 678-685 Peran beragam yang AS jalankan di dalam rumah tangga membuat AS senang dan bahagia. Menurutnya memiliki banyak peran di dalam rumah tangga membuat hidup menjadi lebih bermakna. “Iya, saya senang bisa seperti itu, saya merasa hidup ini lebih bermakna, ada artinya gitu. Tidak hanya sebagai kepala keluarga, jadi seorang ayah, jadi seorang teman untuk istri, jadi panutan pokoknya semuanya lah. Saya senang dengan hal itu semua.” R3, W2, 1040-1053 Walaupun AS sudah menopang ekonomi keluarga. Namun AS juga mendukung pasangan untuk bekerja. “Saya mendukung istri kerja ya, jaman sekarang kalau hanya suami yang kerja ya susah, tapi kalau saya kepala dinas istri gak kerja gak papa, gak usah kerja. Ni saya Cuma seorang guru, Guru honor lagi berapa lah gaji seorang guru. Jadi butuh pemasukan lain juga. tapi tetap saya yang jadi pencari nafkah utama.” R3, W1, 686-702 Universitas Sumatera Utara

5. Interpretasi Intra Responden 3 Tabel 9. Interpretasi Intra Responden 3

Aspek Gambaran Responden Konfirmasi Teoritis Pernikahan pariban Pernikahan pariban merupakan pernikahan yang dilakukan dengan anggota kerabat, pernikahan pariban bertujuan untuk mempererat tali silahturahmi antar keluarga. Pernikahan AS dengan pariban terjadi karena dijodohkan, AS yakin untuk menjadikan pariban sebagai istri karena memang sudah mengenal pasangan dan mengenal keluarga pasangan dengan baik. Menikah dengan pariban membuat ikatan kekeluargaan AS dengan pasangan menjadi erat selain itu harta keluarga tidak jatuh kepada orang lain. Menurut Tambunan 1982 Pernikahan pariban merupakan pernikahan dimana seorang pemuda di nikahkan dengan pemudi yang tidak lain adalah anak dari tulang mama‟ pemuda. Kepuasan pernikahan : Personality issue Penyesuaian dalam pernikahan AS dengan istri seperti sifat, perilaku dan kebiasaan berjalan dengan mudah. AS merupakan pribadi yang suka bercanda sedangkan istri merupakan pribadi yang kurang suka bercanda dan tersenyum. Perbedaan tersebut sering menjadi pemicu permasalahan di dalam rumah tangga namun AS mencoba untuk memahami istri dan mencoba merubah sifat yang dimiliki istri secara pelan- pelan. Pada awal pernikahan AS harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang ada di rumah pasangan, karena AS tinggal dengan keluarga istri. Awalnya AS merasa susah untuk mengikuti aturan yang ada di rumah pasangan namun akhirnya AS bisa mengikuti Menurut Olson McCubbin 1983 setelah menikah perbedaan terkadang bisa menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku pasangan sesuai dengan yang di inginkan maka akan menimbulkan rasa senang dan bahagia. Universitas Sumatera Utara kebiasaan yang ada di rumah istri. Penyesuaian pernikahan menjadi lebih mudah dilakukan karena AS menikah dengan pariban, hal ini karena AS sudah mengenal istri dari kecil walaupun mengenal istri lebih dekat setelah menikah. Communication Hubungan komunikasi Antara AS dengan istri cukup lancar. AS merupakan orang yang terbuka namun istri merupakan orang yang kurang terbuka. Jika tidak suka istri akan diam. Jadi saat pasangan diam, AS akan mencairkan suasana dengan bercanda. Namun hal tersebut sering membuat istri salah tanggap sehingga AS harus meyakinkan istri dengan cara berkomunikasi yang lebih baik. Walaupun komunikasi dengan istri kurang lancar, AS selalu mendengarkan, dan percaya dengan ucapan istri. Menurut AS, saat berbicara nada suaranya tinggi seperti orang yang sedang marah, tapi hal itu bukanlah menandakan kalau AS sedang marah. Itu merupakan ciri khas dari Budaya AS, orang Batak selalu berbicara dengan lantang tapi bukan berarti marah. Untuk hal ini istri sudah mengerti karena istri juga berasal dari Budaya yang sama. Di dalam hubungan pernikahan, komunikasi adalah hal yang sangat penting karena dengan adanya komunikasi di dalam sebuah keluarga maka rumah tangga bisa berjalan dengan baik. AS selalu menjaga sikap dalam berkomunikasi supaya istri tidak salah menanggapi apa yang disampaikan oleh AS. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan akan tercapai apabila kedua pasangan merasa nyaman saat berkomunikasi, percaya dengan apa yang dikatakan oleh pasangan, mendengarkan serta mendukung pasangan, menganggap komunikasi merupakan hal yang penting hubungan pernikahan. Universitas Sumatera Utara Karena menurut AS memiliki masalah dengan pariban sama halnya dengan membuat kedua keluarga bertengkar. Conflict resolution Resolusi konflik di dalam rumah tangga selalu berjalan dengan baik. Jika terjadi perbedaan pendapat antara AS dengan istri, istri akan mengalah dan AS akan mencoba mencari pemecahan dari masalah yang dihadapi. AS merupakan orang yang terbuka, saat memiliki masalah. AS berharap istri juga melakukan hal yang sama, istri lebih terbuka dan komunikatif dalam bicara. Dengan adanya keterbukaan dalam rumah tangga akan membuat hubungan keluarga menjadi lebih baik. Karena istri bukan orang yang terbuka membuat AS jarang mengetahui masalah istri. Dalam rumah tangga AS selalu berusaha agar tidak terjadi masalah yang besar. Karena dalam pernikahan pariban, saat suami istri ada masalah tidak hanya pasangan saja yang akan bermasalah tapi juga kedua keluarga besar. Makanya AS selalu berusaha menyelesaikan saat masalah terjadi. Kurang puas ketika menghadapi konflik karena pasangan lebih memilih diam daripada membicarakan masalah. Menurut Olson McCubbin 1983 di perlukan adanya keterbukaan antara pasangan untuk mengenal dan untuk mendapatkan solusi yang terbaik serta saling mendukung dan percaya dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Financial management Pengaturan keuangan rumah tangga sepenuhnya diatur oleh istri. Sifat royal AS membuat AS memutuskan istri yang memegang keuangan. Cara istri mengatur keuangan membuat AS senang, karena dalam hal ini istri sangat terbuka dan tidak pelit. Istri mampu mengelola keuangan dengan baik. AS juga tidak pernah keberatan dengan cara istri dalam mengatur keuangan. Pendapatan di dalam Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan dipengaruhi bagaimana cara pasangan mengatur keuangan dengan baik. Universitas Sumatera Utara rumah tangga AS tidak hanya ditopang oleh AS sendiri, istri juga memiliki pendapatan. Dan gaji istri tidak pernah dipermasalahkan oleh AS. Menikah dengan pariban membuat AS tidak pernah curiga saat pasangan mengirim uang kepada mertua, karena menurut AS uang yang dikirim juga buat keluarga. Leisure activity Di dalam pernikahan AS dengan pasangan jarang menghabiskan waktu berdua. AS lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman karena dengan berkumpul bersama teman, AS bisa mendapat info pekerjaan, dan istri juga mengerti dengan kondisi tersebut. Kalau ada waktu luang AS hanya mengajak anak dan istri untuk menonton TV di rumah. Dan dalam pemilihan aktivitas, AS lebih banyak menentukan daripada istri. Karena menikah dengan pariban, istri tidak pernah mempermasalahkan aktivitas yang jarang dilakukan bersama AS. Menurut AS pasangan mencoba untuk memahami kondisi tersebut. AS merasa puas dengan aktivitas yang dilakukan karena menurut AS berkumpul dengan keluarga itu sudah cukup. Kalau untuk berjalan-jalan dan bersenang- senang belum saatnya untuk itu. Menurut Olson McCubbin 1983 salah satu yang mempengaruhi kepuasan pernikahan adalah kegiatan yang dilakukan bersama pasangan. Sexual relationship Penyesuaian hubungan seksual di dalam rumah tangga lancar. Menurut AS dalam melakukan hubungan seksual harus ada kesepakatan dan saling mengerti. Saat AS melihat bahasa tubuh istri sedang tidak Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan dapat di capai dengan cara kedua pasangan bisa mencapai kesepakatan dalam hal hubungan seksual Universitas Sumatera Utara ingin berhubungan seksual maka AS tidak akan memaksakan kehendak walau merasa kesal. Terkadang AS akan menanyakan kepada istri kenapa tidak ingin melakukan hubungan seksual. Ada rasa keberatan pada diri AS disaat ingin melakukan hubungan suami istri namun istri menolak karena menurut AS hubungan seksual di dalam rumah tangga juga merupakan hal yang penting dalam sebuah pernikahan. Children and marriage Hadirnya anak di dalam rumah tangga membuat AS lebih termotivasi dalam menjalani hidup. Dalam pernikahan AS memiliki anak laki-laki dan perempuan. Dengan hadirnya anak laki-laki di dalam pernikahan sudah membuat AS senang karena memiliki anak laki-laki pada pernikahan Batak adalah suatu kehormatan karena anak laki-laki sebagai penerus marga. Dalam mengasuh anak dan mendidik anak lebih banyak dilakukan oleh istri. AS dan istri mempunyai perbedaan dalam cara mengasuh anak, namun perbedaan tersebut tidak membuat hubungan AS dengan pasangan menjadi memburuk. AS merasa puas dengan kehidupan rumah tangganya karena sudah memiliki anak laki-laki dan perempuan apalagi dalam budaya Batak memiliki anak laki-laki membuat pernikahan menjadi lebih sempurna karena anak laki-laki sebagai penerus marga keturunan. Menurut Olson McCubbin 1983 kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak akan mempengaruhi kepuasan pernikahan. Religious Dalam rumah tangga AS dan Menurut Olson McCubbin Universitas Sumatera Utara orientation istri selalu menjalankan dan mengutamakan pelaksanaan perintah agama. Selain taat menjalankan perintah agama AS mulai memberikan pengetahuan dan menerapkan agama kepada anak dengan cara mengajak ke Masjid. AS merasa sangat senang menjalankan ibadah bersama dengan istri. AS juga senang karena memiliki istri yang taat menjalankan ibadah agama. Sebagai seorang suami, AS selalu mengusahakan untuk menjadi imam bagi keluarga. 1983 setelah menikah orangtua akan mengajarkan dasar-dasar dan nilai-nilai agama yang di anut kepada anaknya. Family and Friends Hubungan AS dengan keluarga besar istri sangat baik. Bahkan AS merupakan menantu kesayangan karena AS adalah saudara dari mertua. Hubungan dengan saudara istri juga semakin baik setelah menikah. AS mengaku kurang begitu mengenal teman-teman istri Menurut AS ketika berada di antara keluarga sendiri dengan berada didalam keluarga istri sama-sama nyaman dan menyenangkan. AS memang selalu menjaga agar hubungan keluarga selalu baik. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan akan tercapai apabila memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, teman dan relasi. Memiliki hubungan yang baik dengan para keluarga, teman juga relasi akan mengurangi konflik yang terjadi. Menurut Scolnick dalam Lemme, 1995 Adanya rasa kebersamaan dan bersatu dalam keluarga merupakan criteria kepuasan yang tinggi. Egalitarian Role AS memiliki peran yang beragam di dalam rumah tangga. AS tidak hanya sebagai kepala keluarga namun juga sebagai panutan bagi anak-anak dan membantu istri dalam mengurus rumah tangga. Banyaknya peran yang AS jalankan tidak membuat AS keberatan malah AS merasa senang dengan peran-peran tersebut. AS juga mendukung istri untuk bekerja agar istri bisa mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Menurut Olson McCubbin 1983 suatu peran dalam rumah tangga harus mendatangkan kepuasan pribadi. Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Gambaran kepuasan pernikahan pariban pada responden 3 Responden 3 AS Kepuasan pernikahan pada responden 3 Kepuasan pernikahan yang dirasakan AS dalam rumah tangga ada pada aspek personality issue, financial management, leisure activity, sexual relationship, children and marriage, religious orientation, family and friends, egalitarian role. AS tidak puas dalam aspek communication dan conflict resolution karena istri sangat tertutup dalam berkomunikasi begitu juga dalam pemecahan masalah, istri susah untuk memberitahukan masalah yang sedang ia hadapi dan jarang memberikan masukan saat diajak mendiskusikan masalah rumah tangga. Kepuasan pernikahan pada responden 3 berdasarkan aspek Personality issue: AS mencoba mmenerima kepribadian istri Communication: AS kurang suka dengan ketertutupan istri dalam berkomunikasi Conflict resolution: AS kurang puas dengan pemecahan masalah dalam rumah tangga Financial management: AS puas dengan cara istri mengatur keuangan Leisure activity: AS lebih senang menghabiskan waktu bersama teman daripada istri Sexual relationship: seiring berjalan waktu hubungan seksual dalam rumah tangga AS semakin membaik Children and marriage: kehadiran anak sangat membuat AS bahagia Religious orientation: orientasi agama dalam rumah tangga sangat baik Family and friends: AS memiliki hubungan yang baik dengan keluarga istri Egalitarian role: Peran dalam rumah tangga membuat AS senang AS DS Usia : 33 tahun Pekerjaan: Apoteker Pendidikan: Sarjana Usia : 32 tahun Pekerjaan: Guru Pendidikan: Sarjana Perjodohan Pernikahan ideal dalam Budaya Batak Pernikahan pariban Terjadinya pernikahan pariban Keinginan yg kuat utk segera menikah Harapan orangtua Harapan Budaya Nilai yang diyakini responden dalam pernikahan Budaya Batak Istri menuruti perkataan suami Istri harus menghormati suami Meminimalkan masalah yang terjadi dalam rumah tangga Mengutamakan nilai kebersamaan dalam keluarga Mempunyaianak laki-laki Menjadi imam dalam keluarga Menjaga hubungan baik dengan keluarga besar Suami memiliki peran utama dalam rumah tangga Universitas Sumatera Utara

6. Analisa Data Wawancara Responden 4 I. Pernikahan Pariban

Pernikahan DS dengan pasangan merupakan pernikahan pariban. DS dan pasangan sudah saling mengenal sejak kecil. Namun, intensitas pertemuan DS dengan pasangan menjadi jarang saat DS menginjak usia remaja. DS kembali bertemu saat kuliah. Sampai pada suatu ketika orangtua DS dengan orangtua pasangan memutuskan untuk menjodohkan DS dengan paribannya. Menurut DS pernikahan merupakan penyatuan 2 karakter yang berbeda menjadi satu karakter yang bertujuan membangun rumah tangga. Pernikahan DS dengan pasangan merupakan bentuk pernikahan keluarga yang bertujuan untuk lebih menyatukan ikatan keluarga. “Pernikahan itu menyatukan dua karakter yang berbeda juga untuk membangun visi yang sama, ya selain ibadah lah. Kalau gak gitu ya susahlah. Sebuah pernikahan tanpa ada visi gimana bisa sejalankan, yang ada satu tujuan dia kemana, yang satu penginnya kemana, jadi gak ada titik temu. Makanya dalam pernikahan dibutuhkan visi yang sama, agar bisa mengarungi biduk pernikahan dengan baik dan lancar. ” R4, W1, 1-25 “Pernikahan pariban itu, apa ya, gimana ya cara bilangnya. Pernikahan dengan saudara, bisa saudara langsung bisa juga gak langsung. Kalo kayak ibu itu, itu bersepupu langsung, saudara sepupu kandung, kalau kakak gak. Jadi pernikahan pariban itu misalnya ayak kita sama, eehhh gimana ya bilangnya. Kalau dari ibu itu yang laki-laki mamaknya punya adik yang laki- laki, hmmm… tunggu-tunggu bingung. Yang bersaudara itu kan orang tua kita. Aduh kok susah jelasinnya ya, ehhmmm gini-gini misalnya saya punya abang nah abang saya punya anak perempuan bisa nikah sama anak saya yang laki-laki. Tapi anak kakak yang perempuan dengan anak laki-laki abang kakak itu gak boleh menikah. ” R4, W1, 26-67 DS merasa yakin untuk menerima pasangan menjadi suami karena DS sudah mengenal baik keluarga pasangan dan juga mengenal pasangan. Pada saat Universitas Sumatera Utara pasangan melamar, DS sedang tidak memiliki pacar sehingga DS menerima pasangan untuk dijadikan suami. “Yang membuat yakin untuk menerima pariban sebagai suami. Kebetulan pas datang abang waktu itu kakak sama abang kan sama-sama kosong, kalau lagi ada kan gak mungkin. Pas abang datang ya kekmana ya. Usia juga udah di atas 25. Udah gitu nampak baik, keluarga juga baik dan lagi kosong. Makanya nerima aja. Tapi kalau tau keluarganya gak baik ya gak mau juga. Karena tau keluarga nya baik mungkin ya jadi pertimbangan dan jadinya mau- mau aja.” R4, W2, 1-27 Faktor lain yang membuat DS menerima pasangan karena opung kakek DS pernah berpesan agar salah satu cucunya menikah dengan pariban. “Faktor lain, apa ya… oh opung kakak pernah berpesan sama ayah kakak supaya salah satu cucunya dari ayah kakak menikah dengan pariban. Kakak pribadi gak pernah berfikiran untuk menikah dengan pariban. Tapi ternyata berjodoh dengan pariban. hehehe… iya dulu kakak gak ada pernah mikir kalau menikah sama abang ni. Tiba-tiba abang dan keluarganya datang ke rumah kakak dengan bermaksud me lamar kakak.” R4, W2, 27-51

II. Kepuasan Pernikahan

a. Personality issue

DS merupakan pribadi yang tidak suka banyak bicara. Tidak terlalu suka bercanda namun DS sama ramahnya dengan suami. DS memang sudah mengenal pribadi pasangan sejak kecil namun kepribadian pasangan menjadi lebih terlihat setelah menikah. “Mungkin biasa ya sama umumnya ke orang lain, namanya juga setelah menikah baru tahu secara detail-detailnya gimana, lebih tau secara mendetail. Awal-awalnya aja agak ada rasa kok gini yah, kok begini ya orangnya soalnya pas udah besar-besar jarang ketemu. Pas kecil-kecil aja yang sering jumpa. Jadi pas udah jadi suami agak giman juga kakak, tapi mau bilang apa udah menikah ya, jadi kakak coba memaklumi aja .” R4, W1, 89-113 Universitas Sumatera Utara Beberapa sifat pasangan seperti suka bercanda, mengorok saat tidur, terkadang membuat DS merasa tidak suka. sehingga DS harus menyesuaikan diri dengan sifat tersebut. Namun sifat pasangan yang suka bercanda mampu mencairkan hati DS sehingga konflik bisa dihindari. “Dari awal-awal menikah tu lah mulai melakukan penyesuaian, kalau sekarang udah mulai bisa ngerti walaupun masih ada rasa gimana gitu ya kalau perilaku suami yang gak menyenangkan di hati. Penyesuaian sama perilaku seperti suka bercandanya, suka ngorok kalau tidur hehehe.. terganggu sih awal-awal menikah.malah sempat jadi pertengkaran juga gara-gara kakak gak bisa tidur dengan dengkuran suami. Sekarang di coba maklumi aja. Pada aturan suami. Kakak kan besar di kota jadi tidak terlalu banyak larangan seperti di sini. Cuma suami paling bisa mencairkan suasana kalau kakak lagi marah ” R4, W1, 114-150 “Keberatan dek kadang-kadang. Kakak pengin ngomongin hal serius malah di jawab dengan bercanda. Sebel memang dek, mau di bilang suami kakak, kalo kakak muka eksakta, gak papa lah dek. Emang kakak rasa untuk hal yang serius harus di tanggapi serius juga, bukan dengan bercanda. Tapi kana bang memang begitulah sifatnya selalu membawakan sesuatu dengan bercanda.” R4, W2, 189-210 Menurut DS perbedaan perilaku pasangan dari sebelum menikah dengan sesudah menikah bukanlah sebuah masalah dalam kehidupan rumah tangga. Namun perilaku pasangan sering menjadi pemicu pertengkaran antara DS dengan pasangan. “Perilaku suami yang berbeda dari sebelum menikah dengan sesudah menikah apa ya, karena dari kecil udah kenal jadi perilaku udah tau ya, namun beda setelah besar rupanya. Jadi sebelum menikah kan di suruh saling mengenal lebih dekat dulu, kayak pacaran singkat. Dari situ perilaku suami suka kali bercanda. Kayaknya orangya gak serius tapi setelah menikah kok lain lagi ternyata yang kakak pikir gak pernah bisa serius bisa juga. Namun tidak menjadi masalah buat kakak. ” R4, W1, 151-180 “Ya gak suka ada, tapi gak sampe buat kecewa lah. Seperti kebiasaan suami yang suka bercanda, ada saat-saat tertentu kalau ngomong kakak pengennya serius eh suami malah nanggapinya dengan bercanda .” Universitas Sumatera Utara R4, W1, 181-192 DS berharap perilaku pasangan sama seperti kebanyakan orang, seperti: baik, sopan jujur, tidak egois dll. DS juga berharap pasangan tidak pernah memaksakan keinginan pribadi. “Tingkah laku seperti orang pada umumnya yaitu baik, sopan, jujur, bisa menghargai istri, jadi panutan dalam keluarga. Bisa jadi imam dalam keluarga. Jadi tidak hanya bisa membimbing untuk kehidupan di dunia tapi juga untuk akhirat kelak. Tidak terlalu banyak aturan, seperti harus masak ketika suami ingin makan yang dia inginkan, harus menyiapkan ini, itu. Kayak memaksakan kehendak sendiri jadinya .” R4, W1, 193-217 “Harapan sama tingkah laku suami gimana ya, dibilang sudah seperti yang diharapkan. Udah. Tapi masih ada beberapa perilaku suami yang membuat kakak kurang suka. Ya diharapkan jangan plin plan. Terus jangan egois. Intinya kakak pengin suami apa adanya aja, baik. Tegas tapi gak egois.” R4, W2, 252-268 Penyesuaian dalam pernikahan menurut DS lebih mudah dilakukan karena DS menikah dengan pariban sehingga perbedaan-perbedaan antara DS dengan pasangan lebih mudah untuk melakukan penyesuaian diri karena faktor sudah mengenal dari kecil. “Kakak rasa iya ya, kan udah kenal juga sama keluarga pasangan, dari kecil udah tau lah. Makanya penyesuaian yang dilakukan lebih mudah tapi kakak rasa kalau nikah gak sama pariban jauh lebih susah penyesuaian yang dilakukan karena kan kenalnya cuma di saat udah menikah aja, gak terlalu kenal sama keluarga pasangan. Kalau kakak yang udah kenal dari dulu makanya dalam menyesuaikan diri jadi lebih mudah. Kalau nikah sama yang bukan pariban baru mungkin agak susah penyesuaian yang dilakukan karena kan gak pala kenal kali, taunya juga yang baik-baik aja kan. Setelah menikah baru tau aslinya gimana. Kalau nikah sama pariban lebih gampang lah. Tau aslinya gimana walaupun lebih tau secara detail setelah menikahnya.” R4, W2, 147-188 Universitas Sumatera Utara

b. Communication

Hubungan komunikasi antara DS dengan pasangan cukup lancar. Menurut DS, ia menjadi lebih pendiam saat membicarakan hal yang tidak disukai. Pasangan DS merupakan orang yang terbuka dalam berkomunikasi. Karena keterbukaan pasangan dalam berkomunikasi membuat DS sangat percaya dengan yang dikatakan pasangan. “Oh iya kalau suami ya gitu kalau gak suka langsung diomongkan kebalikannya kakak kalau gak suka lebih banyak diem, lebih suka dipendam-pendam. Jarang mau bilang sama suami kalau kakak gak suka. ” R4, W1, 235-246 “InsyaAllah percaya, ya nomor satu itu dasarnya dalam rumah tangga kalau gak percaya cuma curiga aja gimana itu. Dalam sebuah pernikahan kalau gak ada rasa saling percaya bagaimana bisa jalan. Kan kita juga dah kenal keluarganya dari dulu, udah tau bagaimana keluarganya, Insyallah perilaku anaknya juga gak jauh-jauh dari sifat keluarganya. ” R4, W1, 247-267 Topik yang sering DS bahas saat bersama pasangan biasanya menyangkut hal anak-anak. Selain mengenai masalah yang berhubungan dengan anak-anak, DS dan pasangan juga membahas masalah dalam rumah tangga, DS juga selalu menjadi pendengar yang baik saat pasangan berbicara. Namun untuk hal-hal tertentu DS lebih memilih diam daripada berbohong pada pasangan. “Apa ya paling masalah kerjaan gitu ya, masalah rumah. Masalah yang berhubungan dengan anak-anak. Namun kakak ada juga hal-hal tertentu yang kakak gak ceritakan sama suami. Biasanya kalau kek gitu kakak lebih milih diam daripada ngomong kakak kan gak mau cerita takutnya malah jadi bohong. Jadi lebih milih diam aja. Missal di temapt kerja ada masalah kakak gak akan cerita sama suami. Namnya juga kerja ya pasti ada aja masalah dan kelakuan teman-teman kerja yang aneh-aneh .” R4, W1, 279-307 “Iyaaa.. didengarkan. Ya biasa kalau suami bercerita kakak jadi pendengar yang baik. Dalam agama juga seorang istri harus patuh pada suamikan, jadi kalau suami omong harus di dengarkan.” R4, W1, 268-278 Universitas Sumatera Utara Perbedaan dalam nada berkomunikasi antara DS dengan pasangan bukanlah masalah bagi DS. Dilahirkan dan dibesarkan dari orangtua dengan adat Batak yang kental membuat DS terbiasa menghadapi orang-orang yang bicara dengan nada tinggi. Bahkan saat pasangan berbicara dengan nada tinggi itu merupakan hal yang biasa bagi DS bukan karena pasangan sedang marah tapi seperti itulah nada bicara khas Budaya Batak. “Perbedaan dalam komunikasi pasti ada. Kalau untuk yang nada suara, biasanya abang lebih tinggi nada suaranya daripada kakak. Tapi ya kakak mandangnya bukan karena suami marah tapi ya memang begitulah lah adanya. Lagipula orang Batak kan biasa nada suaranya tinggi, malah aneh kedengarannya kalau orang Batak n gomongnya lembut.” R4, W2, 320-339 Dalam hubungan pernikahan menurut DS komunikasi memainkan peran yang penting karena dengan komunikasi kehidupan dalam berumah tangga menjadi lancar dan rumah tangga akan terhindar dari masalah. Dengan komunikasi hubungan pernikahan menjadi lebih baik apalagi kalau komunikasi selalu dijaga dengan baik. “Komunikasi tentu saja penting di dalam sebuah ikatan pernikahan. Kalau tidak ada komunikasi bagaimana di dalam keluarga bisa bicara dengan baik. Kalau semua diam aja kan gak enak juga. Kakak tau sifat kakak gak banyak ngomong dek, tapi kakak juga susah untuk menjadi orang yang banyak cerita seperti suami. Makanya kakak dah mulai banyak bicara supaya komunikasi dalam rumah tangga kakak tetap terjalin dengan baik. Komunikasi memang penting dalam sebuah pernikahan, kalau pernikahan tanpa ada komunikasi bagaimana itu dalam rumah tangga gak pernah ngomong. Kan gak nyaman juga ya. Dalam satu rumah tapi komunikasi gak ada kan gak enak dek, sunyi aja. Kan dengan berkomunikasi kita bisa mengeluarkan apa yang ingin kita ucapkan. Dengan komunikasi juga akan tercapai kepuasan dalam rumah tangga apabila komunikasi terbuka antara suami-istri. Tinggal kakak lah sekarang berlatih untuk mulai mau banyak cerita sama suami.” R4, W2, 340-394 Universitas Sumatera Utara

c. Conflict resolution

DS mengaku jarang memiliki masalah dengan pasangan. Jika ada masalah akan segera diselesaikan bersama pasangan. “Sebenarnya ada masalah coba diomongin. Walaupun kakak diem kalo lagi ada masalah apalagi kalau menyangkut masalah dengan suami, masalah tempat kerja biasanya kakak diem, tapi biasanya suami langsung ngerti dan nanya, kenapa? Ada masalah apa? Gak bisa bohong lah sama suami. Pasti dia langsung tahu. ” R4, W1, 332-350 Jika terjadi perbedaan pendapat, DS biasanya lebih memilih untuk mengalah supaya masalah tidak semakin rumit dan biasanya penyelesaian masalah dalam rumah tangga DS mengalir begitu saja. Sehingga keputusan untuk mencari solusi tidak ditentukan oleh siapa-siapa. Namun pasangan akan mencoba mencari solusi agar masalah cepat selesai. DS mengaku jarang bicara saat diajak mendiskusikan masalah dalam rumah tangga. “Yang suka mengalah saat ada masalah itu biasanya kakak lebih sering. Apa lagi untuk sekarang. Kakak yang lebih banyak mengalah. Namanya kita seorang istri ya harus mengalah pada suami, bukankah kodrat seorang istri ada di bawah suami. Jadi harus lebih banyak mengalah dan sabar dek, begitulah kalau berumah tangga, pasti ada masalah. Nah harus ada yang menjadi air bukan menjadi api supaya masalah gak tambah besar.” R4, W2, 395-418 “Gimana ya, sekarang mengalir gitu aja. Siapa yang gak ngerasa senang ya di bilangi lalu di ajak diskusi. Begitu sebaliknya abang juga kalau gak cocok ya di bilangin sama kakak. Jadi gak ada yang selalu mengambil keputusan saat ada masalah siapa. Saling mengerti aja. Tapi yang sering itu abang yang cari solusi, karena kakak kan diam aja orangnya. Di tanya juga jawabnya ya sekedarnya aja.” R4, W2, 419-440 Cara penyelesaian masalah yang menimpa rumah tangga DS dengan pasangan bisa menjadi pemicu masalah selanjutnya. Hal ini dikarenakan cara Universitas Sumatera Utara pasangan yang suka bercanda saat menyelesaikan masalah. Namun DS selalu memberikan dukungan kepada pasangan apabila pasangan sedang tertimpa masalah. “Cara penyelesaian konflik yang kakak harapkan itu udah terpenuhi ya, kalau ada masalah di omongin di diskusikan sampai didapat solusi terbaik. Tapi terkadang sifat suami yang suka bercanda membuat kakak gak suka. kakak lagi marah eh malah lagi mecahin masalah serius kok malah bercanda.” R4, W1, 351-368 “Kalau suami punya masalah baik itu masalah di tempat ngajar. Biasanya kakak coba bantu jadi pendengar keluh kesah suami. Selalu mendorong suami untuk melewati masalah yang sedang ia hadapi. Meyakinkan kalau semua masalah pasti selesai.” R4, W1, 369-384 Cara penyelesaian masalah dalam rumah tangga DS membuat DS merasa senang karena selalu ada proses diskusi walaupun DS sering diam ketika pasangan bertanya mengenai solusi untuk masalah yang sedang dihadapi oleh DS dan pasangan. “Dalam menyelesaikan masalah sampai sekarang kakak dan abang selalu mendiskusikan hal tersebut terus abang lah yang nyari solusi apa yang akan dilakukan. Kakak biasanya terima aja dengan solusi yang abang buat, kakak jarang ngasih solusi makanya semua diserahkan sama suami.” R4, W2, 441-457

d. Financial management

Pengaturan keuangan dalam rumah tangga DS sepenuhnya dipegang dan diatur oleh DS. Dalam mengatur segala keperluan rumah tangga DS tetap meminta izin dan kesepakatan dengan pasangan. Pasangan meminta DS untuk mengatur keuangan karena pasangan merupakan orang yang royal. Universitas Sumatera Utara “Keuangan kakak yang megang. Cuma untuk pengeluaran tetap di diskusikan sama suami. Kan duit keluarga, pengeluaran yang dipake juga untuk keluarga. Jadi masih harus ada ijin suami kalau untuk beli sesuatu yang agak mahal .” R4, W1, 404-417 “Kalau untuk mengatur keuangan, suami yang memberikan ijin kepada kakak untuk mengatur keuangan karena abang kan boros, makanya abang ngasih wewenang sama kakak untuk mengatur keuangan. Jadinya kakak lah yang mengatur keuangan keluarga. “ R4, W2, 458-472 DS mengaku setelah ia mendapat wewenang dari suami untuk mengatur keuangan rumah tangga, ia menjadi lebih hati-hati dalam membelanjakan uang pengeluaran. DS juga selalu membuat anggaran rumah tangga secara rinci. “Kalau mengatur keuangan, kakak yang diminta suami untuk mengatur keuangan, katanya biar belajar bertanggung jawab dimulai dari hal sederhana seperti ini mengatur keuangan. Makanya kakak yang ngatur keuangan, Cuma kalau suami butuh sesuatu tinggal bilang sama kakak. Sejak di mulainya kakak menjadi istri dan mendapat mandate untuk mengatur keuangan rumah kakak menjadi merasa punya tanggung jawab besar dan harus berhati-hati nih dalam membelanjakan uang pengeluaran.” R4, W1, 418-448 “Iya hehehe… Kakak membuat perincian sampe beli yang paling murah pun di tulis. Jadi kalau seperti itu kalau keuangan sudah terlihat menipis kakak akan bilang sama abang. Supaya pengeluaran agak dikurangi. Agak irit sedikit jangan terlalu banyak pengeluaran. Abang kan orangnya royal jadi kakak lah yang harus mengimbangi pengeluaran dalam keluarga.” R4, W2, 496-515 DS tidak pernah merasa keberatan dengan tugas yang diberikan pasangan dalam mengatur keuangan rumah tangga, justru DS merasa kalau urusan keuangan adalah urusan seorang istri. “Gak dek, namanya seorang istri harus bisa mengelola keuangan rumah tangga dengan baik. Kalau gak susah lah dalam rumah tangga. Bisa-bisa gaji suami seminggu dah habis kalau gak kita buat berapa Budget setiap bulan. Kakak berusaha membuat serinci mungkin, nanti kakak buat Universitas Sumatera Utara daftarnya supaya gak lupa uangnya di pake kemana aja. Jadi kalau keuangan mulai menipis dan suami tanya kemana aja uangnya kakak kan bisa kasih liat.” R4, W2, 473-495

e. Leisure activity

Aktivitas yang dilakukan DS biasanya lebih sering dihabiskan dengan keluarga daripada menghabiskan waktu sendiri. Lebih banyak dengan anak-anak. DS dan suami lebih sering menghabiskan waktu dengan menonton TV atau juga membawa anak-anak jalan-jalan di sore hari. “Kalau aktivitas yang dilakukan biasanya dilakukan bersama-sama. Palingan sore-sore bawa anak-anak keliling-keliling. Nonton TV di rumah, biasanya suka nonton kartun anak-anak sama anak-anak sambil ngajarin anak mana perilaku yang bagus untuk ditiru mana yang seharusnya gak ditiru. “ R4, W1, 505-522 “Untuk pemilihan aktivitas sama ya, tergantung kadang ayahnya yang ngajak, kadang kakak yang ngajak. Biasanya kakak kalu udah suntuk di rumah ngajak suami jalan-jalan sambil nengok pantai. .” R4, W1, 523-534 Untuk aktivitas yang dihabiskan berdua dengan pasangan menurut DS jarang terjadi karena DS dan pasangan sama-sama tidak suka jalan-jalan apalagi untuk menghabiskan waktu berdua. Bahkan menurut DS sekarang pasangan lebih banyak menghabiskan waktu dengan rekan-rekannya. “Sebenarnya kakak sama abang kan kurang suka jalan-jalan, jadi jarang melakukan aktivitas bersama. Palingan kakak di rumah aja. Ya di sinilah kakak ngabiskan waktu sama anak-anak ntah nonton, main-main sama anak. Apalagi sekarang abang kan dah mulai nyari-nyari kerja sampingan, jadi semakin sering di luar. Malah lebih sering ngumpul sama kawannya daripada di rumah.” R4, W2, 516-536 Untuk hal tersebut DS sebenarnya merasa keberatan, namun DS mencoba memaklumi kondisi tersebut. Lagipula pasangan selalu terbuka dengan semua Universitas Sumatera Utara aktivitas yang ia lakukan dengan teman-temannya. DS hanya selalu menekankan agar pasangan pulang sebelum Maghrib. “Dibilang keberatan, ya keberatan ya. Namanya udah malam, suami masih di luar sama kawan-kawannya. Memang sebelum Maghrib dah pulang dan katanya mau nyari kerjaan buat tambah-tambah keuangan. Kakak coba memaklumi aja lah dek. Kakak dirumah kan di didik supaya udah berada di rumah sebelum Maghrib tiba, jadi kalau suami belum pulang kalau udah Maghrib kakak akan nelponin terus.” R4, W2, 537-558

f. Sexual relationship

Menurut DS hubungan seksual yang dialami dalam rumah tangga dengan pasangan berjalan lancar. Walaupun diawal pernikahan menurut DS masa penyesuaian yang paling susah. Seiring berjalannya waktu DS dan pasangan bisa menjadi lebih saling mengerti. “Penyesuaian dalam hal seksual, gimana ya. Awalnya susah ya. Tapi lama-lama belajar dengan sendirinya. Dan Alhamdulillah sekarang lancar- lancar aja.” R4, W1, 535-543 Pasangan merupakan orang yang terbuka dalam membicarakan mengenai seksual sebaliknya DS tidak terlalu terbuka pada hal-hal tertentu. Kertebukaan pasangan dalam membicarakan masalah seksual ditanggapi DS dengan baik, DS akan mendengarkan pasangan namun DS merasa tidak siap untuk membicarakan masalah seksual. “Suami terbuka sekali dalam hal berhubungan seksual. Pokoknya suami itu selalu mengutarakan keinginan dia kalau lagi campur, pengin kek gini pengin kek gitu. Tapi kakak gak terlalu terbuka.” R4, W1, 550-561 Gimana ya, kalau masalah itu kakak agak-agak tertutup tapi kakak berusaha membuat diri kakak merasa nyaman kalau suami lagi ngajak mendiskusikan masalah hubungan seksual. Ya, kakak mencoba mengerti Universitas Sumatera Utara aja maunya suami apa, tapi kadang kakak lagi gak mau, kakak bilangkan kakak gak mau. Kalau udah gitu suami nanya tu kenapa gak mau. Menurut kakak yang penting saling mengerti aja. Kakak ngerasa bagus suami terbuka mengenai masalah seksual, tapi kakak yang gak siap buat membahas masalah seperti itu.” R4, W2, 559-587 Saat pasangan ingin melakukan hubungan suami istri, dan DS tidak menyanggupi hal tersebut maka pasangan akan bertanya pada DS mengenai alasan kenapa tidak ingin melakukan hubungan seksual. Kemudian DS akan menjelaskan alasan kenapa DS tidak ingin melakukan hubungan seksual. “Biasanya suami kakak akan bertanya apa alasan kakak gak mau, terus kakak jelasin, kalau kakak capek kakak akan bilang capek, kalau memang kakak lagi malas, kakak jelasin. Supaya suami gak marah makanya kakak jelasin alasan kakak. Tapi ya namanya laki-laki ya kalau kakak bilang gak bisa, pasti ekspresi mukanya langsung kelihatan gak senang.” R4, W2, 588-605 Harapan DS dalam hubungan seksual tidak hanya kepada perilaku seksual saja, namun mengenai kesetiaan pasangan terhadap DS. Menurut DS pasangan bukan tipe seorang suami yang suka selingkuh. “Masalah selingkuh mudah-mudahan gak pernah dan jangan sampai lah maunya ada masalah seperti itu. Walaupun marak sekarang berita tentang perselingkuhan suami yang istrinya bekerja tapi InsyaAllah kakak kan mencoba memberikan yang terbaik untuk suami supaya gak sampai terjadi masalah perselingkuhan. Kan biasanya suami-suami selingkuh karena kurang kasih sayang dan perhatian dari rumah .” R4, W1, 562-587 “Untuk masalah itu Alhadulillah kakak gak pernah terfikir seperti itu. Kakak percaya sama abang. Gak ada lah fikiran kek gitu. Mudah- mudahan gak pernah terjadi, anak- anak kasihan.” R4, W2, 626-651 Universitas Sumatera Utara

g. Children and marriage

Kehadiran anak membuat rumah tangga DS terasa lebh bahagia. Apapun jenis kelamin tetap anak membuat DS senang. “Pengaruh anak sangat membuat rumah tangga kakak bahagia. Lebih rame, lebih ribut ya dek… ada yang teriak-teriak saban hari. Anak itu anugerah ya dalam rumah tangga, jadi harus di rawat betul-betul. Ini aja lihat gak bisa diam. Makanya kakak pun pergi kerja nunggu si adek tidur dan neneknya datang jadi ada yang nengok-nengokkan selama kakak kerja. ” R4, W1, 588-609 “Pengaruh anak ada, besar malahan dek. Kalau pengaruh jenis kelamin anak juga ada. Kakak kan orang Batak, jadi orang Batak itu pernikahannya gak lengkap kalau belum memiliki anak laki-laki. Alhamdulillah kakak punya anak sepasang dek, lengkap sudah kebahagiaan kakak. Punya anak pertama laki-laki terus yang kedua perempuan. Jadi kalau besar si abangnya ini kan bisa jaga adiknya.” R4, W2, 721-741 Urusan mengasuh dan mendidik anak, DS melakukannya dengan pasangan dengan cara saling membantu dan mengerti. “Gak ada kesepakatan. Cuma kalau malam kakak lagi capek ya di bangunin ayahnya. Namanya masih kecil-kecil ya, jadi suka lasak, main kesana, main kemari. Dalam hal pengasuhan anak ayahnya dari sekarang udah menerapkan disiplin sama anak-anak maksudnya biar ke depan anak-anak lebih bisa menghargai waktu dan sebagainya. Jam mandi nanti jam-jam 5 sore harus mandi .” R4, W1, 629-651 “Harapan untuk pendidikan anak itu kalau bisa jauh lebih tinggi dari orangtua nya. Apalagi untuk berapa tahun ke depan kan kalau untuk sarjana aja rasanya udah susah untuk mencari kerja, jangankan nanti sekarang aja udah susah. Jadi harapannya anak-anak ini bisa menempuh pendidikan setinggi mungkin. .” R4, W1, 610-628 Pola asuh yang di terapkan DS kepada anak-anak tidak sama dengan pola asuh yang diterapkan oleh pasangan. DS tidak setuju dengan pola asuh yang diterapkan oleh pasangan karena pasangan terlalu keras dalam mendidik anak. Universitas Sumatera Utara Menurut DS saat anak dalam usia bermain anak-anak dibiarkan bermain kalau usia anak sudah besar barulah DS akan menerapkan disiplin terhadap anak. “Perbedaan dalam pola asuh ada lah sedikit ya. Abang kan agak royal misalnya membelikan jajan pada anak sedangkan kakak orangnya bukan pelit ya tapi mikir-mikir kalau belikan jajan anak. Apalagi jajanan sekarang kan lebih banyak gak sehatnya daripada yang bagus. Makanya kakak pilih-pilih. Misal abang gak gitu. Kakak emang berbeda dalam mengasuh anak dengan cara yang abang terapkan. Kalo kakak gak terlalu suka mengeraskan anak, abang lebih keras dalam mendidik anak walaupun jarang. Kakak karena emang dari kecil dapat didikan keras di rumah makanya kakak gak mau untuk melakukan hal yang sama untuk anak- anak.” R4, W2, 653-690 “Kakak gak setuju dengan pola asuh suami, karena terlalu keras sama anak. Rasa kakak saat anak di usia bermain kan gak bagus di kerasin, biar aja anak bermain. Ada saatnya nanti anak udah mulai di disiplinkan Misal udah usia masuk sekolah. Baru mungkin kakak mulai mendisiplinkan anak. Untuk sekarang mana yang terbaik untuk anak ajalah dulu. Kalau anak-anak udah dikerasin dari sekarang nanti malah jadi muak pula setelah masuk sekolah. Jadi sekarang biarlah anak-anak bermain dulu.” R4, W2, 691-720 Dalam rumah tangga DS dengan pasangan, tidak ada perbedaan dalam jumlah anak yang inginkan. DS dan pasangan menyerahkan semuanya kepada yang di atas. “Perbedaan jumlah anak. Maksudnya kakak pengin anak berapa terus suami pengin punya anak berapa gitu ya. Hehehe gak ada ya, berapa dikasih sama yang di atas aja lah. Berapa di kasih sama yang di atas aja. Yang penting sehat.” R4, W2, 742-754 Berasal dari Budaya Batak membuat DS memiliki pandangan terhadap hadirnya anak laki-laki dalam keluarga. Anak laki-laki dalam Budaya Batak merupakan penerus silsilah keluarga. Untuk itu pernikahan dalam Budaya Batak belum sempurna jika belum memiliki anak laki-laki. Universitas Sumatera Utara “… Kakak kan orang Batak, jadi orang Batak itu pernikahannya gak lengkap kalau belum memiliki anak laki-laki. Alhamdulillah kakak punya anak sepasang dek, lengkap sudah kebahagiaan kakak. Punya anak pertama laki-laki terus yang kedua perempuan. Jadi kalau besar si abangnya ini kan bisa jaga adik nya.” R4, W2, 721-741

h. Religious orientation

DS dan pasangan merupakan keluarga yang taat beragama. DS telah menerapkan pendidikan agama terhadap anak-anak dari mereka kecil. Mulai dari mengajari mengaji, gerakan shalat, menghafal doa-doa sederhana. Untuk pelaksanaan kegiatan agama di rumah biasanya DS akan melaksanakan shalat 5 waktu terkadang melakukan shalat berjama‟ah dengan pasangan. “Mendidik anak dalam hal agama biasanya anak diajarkan hal-hal dasar seperti gerakan shalat, mengucapkan Basmallah dalam memulai sesuatu, membaca doa sebelum tidur, sebelum makan, mulai memperkenalkan juz- amma. R4, W1, 678-692 Penerapan agama yang dilakukan DS terhadap anak-anak juga lebih kepada hal-hal sederhana. Menurut DS tidak sekedar diberitahu saja pada anak tapi juga harus diterapkan sehingga anak bisa paham. DS juga akan mengajak anak untuk melaksanakan ibadah. “Penerapan yang dilakukan terhadap anak itu mengajak anak shalat, ayahnya biasanya suka ngajak ke Masjid. Di ajak ngaji sama-sama. Kalaupun gak shalat ke Masjid, shalat berjama ‟ah di rumah. Anak kakak yang paling besar kan laki-laki makanya ayahnya pengin anaknya biasa jadi penuntun untuk adik-adiknya kelak dengan di bekali ilmu agama. Jadi tidak hanya sekedar teori aja namun prakteknya juga direalisasikan pada anak.” R4, W1, 693-717 Peran agama di dalam kehidupan berumah tangga merupakan hal yang sangat penting. Karena menurut DS apabila pasangan suami-istri rajin Universitas Sumatera Utara melaksanakan perintah agama maka akan ada rasa nyaman yang tercipta dalam kehidupan rumah tangga. “Peran agama di dalam sebuah keluarga itu penting sekali ya. Karena kakak juga dari kecil udah di tanamkan kalau di dalam rumah tangga agama harus di tegakkan harus di utamakan. Kalau dalam rumah tangga suami istri rajin menjalankan ibadah rasanya nyaman gitu, ada suatu rasa yang gak bisa di ungkapkan. Makanya kakak suka ngajak suami untuk melakukan shalat berjama‟ah seperti yang biasa kakak lakukan di rumah. Jadi aktivitas yang bisa dilakukan berdua ya dengan shalat itu. Alhamdulillah suami kakak juga tip eorang yang taat sama agama walaupun awalnya lebih individual, shalat sendiri tapi sekarang udah mulai sering shalat bareng.” R4, W2, 775-810 Harapan DS terhadap pasangan dalam hal agama cukup tinggi. Dan DS bersyukur memiliki pasangan yang memang taat dalam agama. “Harapan kakak terhadap suami dalam hal agama, InsyaAllah udah tercapai ya, punya suami yang taat beribadah itu udah bersyukur sekali apalgi selalu menjadi imam dalam keluarga.” R4, W1, 719-728

i. Family and friends

DS memiliki hubungan yang baik dengan keluarga suami. Apalagi rumah mertua dekat dengan rumah DS dan pasangan. Jadi mertua sering bermain ke rumah, ketemu cucu-cucunya. “Baik-baik aja ya. Kan di sini juga tinggalnya dekat sama mertua. Jadi lebih dekat sama mertua. Lagipula mertua suka main ke sini sambil nengokin cucunya. Sedangkan rumah kakak kan di Medan, jadi jarang kumpul sama keluarga di Medan. Paling kalau ke Medan nunggu suami libur kerja dan kakak juga bisa libur kerja baru bisa berangkat .” R4, W1, 729-748 Hubungan baik yang terjalin antara DS dengan mertua bukan karena faktor saudara. Menurut DS mertua selalu baik dengan semua menantu-menantunya. Jadi Universitas Sumatera Utara mertua selalu bersikap adil terhadap semua menantu, tidak ada yang mendapat perlakuan istimewa. “Alhamdulillah hubungan sama ibu mertua baik. Kalau dibilang baik karena kakak adalah menantu sekaligus merangkap keponakan, gak juga ya. Karena ibu mertua kakak orangnya adil sama semua menantunya. Jadi kakak rasa sama ja. Hanya mertua lebih suka berkunjung ke rumah kakak karena emang dekat rumahnya, sedangkan menantu yang lain kan di luar kota, jadi jarang lah jumpa. Tapi kalau perlakuan sama lah sama semua me nantu.” R4, W2, 811-836 Masalah yang terjadi dengan mertua tidak pernah membuat DS merasa sakit hati malah sebaliknya DS menganggap kalau mertua sedang marah dan menceramahi itu seperti orangtua yang sedang memarahi anaknya. Sehingga hubungan baik tetap terjalin antara DS dengan mertua. “Masalah dengan ibu mertua, gak pala dek. Kalau mertua marah juga kan bukan bermaksud marah tapi lebih kepada menasehati supaya kakak lebih bagus dalam mengurus rumah tangga. Misalnya dalam mengurus anak kadang mertua ikut campur, bukan begini caranya tapi begini. Kakak coba terima aja. Ngasih masukan yang bisa membantu kakak juga dalam mendidik anak- anak.” R4, W2, 837-857 “Ya yang gak mengenakkan di hati, sama sikap mertua gitu. Biasanya gak pernah kakak masukkan ke hati. Mertua ngomong apa ya kakak anggap itu omelan orangtua sama anaknya. Jadi kakak gak pernah ngerasa gak enak sama mertua. Kakak kan udah tau ya sifat mertua gimana, jadi ya gak pernah kakak masukkan ke hati.” R4, W2, 858-875 Hubungan DS dengan teman-teman suami juga bagus. Apalagi kalau ada acara-acara. Biasanya DS dan pasangan pergi secara bersama-sama dengan teman-teman pasangan. “Hubungan dengan teman-teman suami juga baik. Apalagi kalau ada cara selalu pergi bareng. Rombongan gitu. Teman-teman suami yang kakak kenal juga yang sering datang main-main ke rumah, teman-teman pigi bareng .” Universitas Sumatera Utara R4, W1, 761-773 Menurut DS, ia lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga suami setelah ia menikah. Karena tempat tinggal keluarga DS yang jauh membuatnya jarang menghabiskan waktu dengan keluarga. “Lebih sering dengan keluarga suami daripada keluarga kakak. Ya mau gimana lagi, suami kerjanya di sini sedangkan keluarga kakak jauh di Medan. Kalo pun memutuskan tinggal di Medan belum tentu suami bisa dapat kerja di sana. Di Medan tingkat pengeluaran tinggi tidak seperti di sini. Jadi ya lebih baik di sini aja.” R4, W1, 774-793 Karena jarak yang jauh antara DS dengan keluarga membuat DS sering merasa rindu untuk berkumpul dengan keluarga besar. Yang bisa DS lakukan saat rindu hanyalah menelpon keluarga besarnya. “Rasa rindu ada lah, apalagi semua keluarga kakak di Medan, teman- teman kakak juga di medan. Sering kalau rasa rindu datang pengin pulang ke Medan, tapi kan gak mungkin, dari sini ke sana kan jauh. Abang juga kerja, gak mungkin kan saat kakak rindu minta antarkan ke Medan. Abang kan masih guru honor mana bisa suka hati. Kalau rindu kakak nelpon lah ke rumah tanya kabar semua keluarga yang di sana. Setelah dengar suara rindu kakak bisa berkur ang sedikit ya.” R4, W2, 918-943

j. Egalitarian role

Peran DS di dalam rumah tangga selain sebagai Ibu rumah tangga, DS juga bekerja. Pekerjaan DS tidak mengganggu perannya sebagai ibu rumah tangga dan mengurusi kedua anaknya yang masih kecil, sehingga anak-anak sepenuhnya DS yang urus. “Peran kakak dalam rumah tangga ya sebagai ibu rumah tangga, kerja juga. Jadi kakak kerja di apotek. Kakak Cuma penanggung jawab aja jadi masuk kerjanya gak terkait jam lah. Pokoknya setiap hari ada masuk. Jadi gak takut rumah gak terurus. Anak-anak terlantar. Gak. .” Universitas Sumatera Utara R4, W1, 794-809 Peran yang beragam di dalam rumah tangga tidak pernah membuat DS merasa kerepotan malah DS senang dengan semua peran yang ia jalankan. “Peran yang beragam maksudnya peran kakak di dalam rumah tangga selain jadi ibu juga bekerja ya. Iya peran kakak banyak, jadi ibu rumah tangga, jadi wanita karir walaupun belum karir-karir sekali, terus jadi pembantu di rumah hehehe… iya kakak kan yang mengurus rumah suami cuma membantu sekali-sekali. Jadi kakak ni kerja 24 jam kayaknya. Bangun pagi ngurus anak kasih makan anak, masak, nyuci, nyapu dan ngepel, agak siang pigi kerja, pulang kerja ngurus anak dan rumah lagi malamnya ngurus ayah anak lagi. Ribet sebetulnya dek tapi gak terasa.” R4, W2, 944-974 “Di bilang senang gimana ya kalau di pikir-pikir lebih banyak repotnya sebetulnya tapi anehnya kakak gak pernah ngerasa repot. Kakak malah senang menjalankan itu semua setiap harinya. Ada aja kayaknya semangat untuk melakukan semua pekerjaan itu. Gak ada capek, kalaudi lihat orang kan capek kali, udah kerja ngurus rumah. Ada juga yang nawari nyari orang buat bantu- bantu.” R4, W2, 975-1007 Menurut DS pasangan sangat mendukung DS untuk bekerja. Malah pasangan akan mengeluh bila DS hanya di rumah saja tidak bekerja. “Mendukung, malah suami yang gak mau kalo kakak di rumah aja. Sayang ilmunya kata suami. Lagipula karena pekerjaan kakak tidak terlalu menyita waktu kakak makanya suami juga mengijinkan untuk bekerja. Lagipula kata suami jaman sekarang kalau hanya sepihak yang kerja susah. ” R4, W1, 829-845

7. Interpretasi Intra Responden 4 Tabel 10. Interpretasi Intra Responden 4

Aspek Gambaran Responden Konfirmasi Teoritis Pernikahan pariban Pernikahan pariban merupakan pernikahan sama saudara sepupu, bisa sepupu langsung bisa juga tidak langsung. Menurut Tambunan 1982 Pernikahan pariban merupakan pernikahan dimana seorang pemuda di nikahkan dengan Universitas Sumatera Utara Pernikahan yang terjadi antara DS dengan pasangan merupakan pernikahan pariban. DS dan pasangan memiliki ikatan saudara. Pernikahan DS dan pasangan terjadi melalui perjodohan. DS dan pasangan memang sudah saling mengenal sejak kecil namun pertemuan DS dan pasangan menjadi jarang terjadi saat usia DS dan pasangan menginjak dewasa. Hingga akhirnya DS dan pasangan bertemu sekali-sekali saat masih kuliah. Itupun DS dan pasangan tidak pernah berfikir akan menikah. Hingga suatu hari pasangan datang ke rumah bermaksud melamar DS. pemudi yang tidak lain adalah anak dari tulang mama‟ pemuda. Kepuasan pernikahan : Personality issue Penyesuaian yang dilakukan DS terhadap suami berjalan dengan baik. DS merupakan pribadi yang serius dan cenderung pendiam. Sedangkan suami merupakan pribadi yang ceria dan terbuka. Perbedaan kepribadian antara DS dengan suami terkadang membuat DS sering merasa kesal. Sedangkan dalam perbedaan kebiasaan DS mencoba menyesuaikan diri dengan kebiasaan suami. Selain mencoba menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang biasa dilakukan oleh suami DS juga mengutarakan keinginan mengenai kebiasaan tersebut. Seperti melakukan Shalat berjama‟ah dan makan malam bersama tetap dilakukan secara bersama. Penyesuaian dalam pernikahan menurut DS lebih mudah dilakukan karena DS menikah dengan saudara. DS menikah dengan pariban. Walaupun memiliki pribadi Menurut Olson McCubbin 1983 setelah menikah perbedaan terkadang bisa menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku pasangan sesuai dengan yang diinginkan maka akan menimbulkan rasa senang dan bahagia. Universitas Sumatera Utara yang berbeda namun DS selalu mencoba mengerti dan memahami suami sehingga tercipta kepuasan pernikahan dalm rumah tangga DS dengan suami. Communication Hubungan komunikasi Antara DS dengan suami kurang lancar. DS lebih memilih diam saat membicarakan hal yang tidak ia sukai. Walaupun suami selalu mencoba untuk mencairkan komunikasi dalam pernikahan namun DS tetap sulit untuk terbuka. Suami yang terbuka membuat DS percaya dengan apa yang dikatakan oleh suami. Saat pasangan berbicara DS akan mendengarkan suami dengan baik. DS dan suami juga sering membicarakan hal-hal tertentu. Menurut DS peran komunikasi sangat penting dalam pernikahan, sehingga DS belajar untuk mulai banyak berinteraksi dengan pasangan agar komunikasi bisa terjaga dengan baik. Meskipun DS lebh sering diam, DS senang karena memiliki suami yang terbuka dalam berkomunikasi. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan akan tercapai apabila kedua pasangan merasa nyaman saat berkomunikasi, percaya dengan apa yang dikatakan oleh pasangan, mendengarkan serta mendukung pasangan, menganggap komunikasi merupakan hal yang penting hubungan pernikahan. Conflict resolution Dalam hubungan pernikahan DS dengan pasangan jarang mengalami masalah. Saat ada masalah akan segera diselesaikan dengan cara diskusi. Cara tersebut membuat DS senang karena masalah tidak pernah berlangsung lama. Biasanya DS lebih banyak mengalah agar masalah tidak semakin rumit. Setiap kali pasangan ada masalah DS selalu mendukung pasangan untuk melewati masalah yang dihadapi. Pernikahan pariban Puas ketika menghadapi konflik karena pasangan lebih terbuka membicarakan masalah. Menurut Olson McCubbin 1983 di perlukan adanya keterbukaan antara pasangan untuk mengenal dan untuk mendapatkan solusi yang terbaik serta saling mendukung dan percaya dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Universitas Sumatera Utara membuat DS dan suami harus menjaga agar tidak terjadi masalah yang serius antara DS dengan suami karena jika terjadi masalah kedua keluarga juga akan memiliki masalah. Financial management Dalam rumah tangga DS dengan suami. Pengaturan keuangan rumah tangga di pegang oleh DS. Karena suami merupakan orang yang boros makanya DS lah yang memegang keuangan. DS berusaha dengan baik mengatur keuangan rumah tangga dengan cara selalu membuat perincian dari apa yang di beli. DS juga terbuka pada pasangan mengenai pengaturan keuangan. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan dipengaruhi bagaimana cara pasangan mengatur keuangan dengan baik. Leisure activity Aktivitas yang DS lakukan lebih banyak dihabiskan dengan anak-anak dan pasangan. Menghabiskan waktu berdua dengan suami jarang terjadi. Suami lebih memilih bersama teman-teman daripada DS. DS memang keberatan dengan kondisi tersebut namun DS mencoba memahami kondisi tersebut karena suami berkumpul dengan teman-teman karena mencari pekerjaan tambahan. DS merasa puas dengan aktivitas yang ia lakukan dengan suami walau suami jarang mengajak DS menghabiskan waktu berdua. Menurut Olson McCubbin 1983 salah satu yang mempengaruhi kepuasan pernikahan adalah kegiatan yang dilakukan bersama pasangan. Sexual relationship Penyesuaian dalam hubungan seksual dalam rumah tangga DS dengan suami lancar. Bahkan seiring berjalannya waktu hubungan seksual antara DS dengan suami menjadi lebih baik. Walaupun saat DS tidak ingin melakukan hubungan seksual suami menjadi Menurut Olson McCubbin 1983 penyesuaian seksual dapat menjadi penyebab pertengkaran dan ketidakbahagiaan apabila tidak tercapai kesepakatan yang memuaskan. Universitas Sumatera Utara bertanya-tanya apa alasan DS tidak ingin melakukan hubungan seksual maka DS akan menjelaskan alasannnya. Suami orang yang terbuka dalam membicarakan mengenai hubungan seksual dan DS menanggapi hal tersebut dengan baik. DS setuju dengan keterbukaan pasangan namun DS merasa belum siap untuk membicarakan masalah seksual. Harapan terhadap hubungan seksual sudah terpenuhi menurut DS. Children and marriage Dalam rumah tangga kehadiran anak sangat berpengaruh besar bagi DS. Hadirnya anak membuat rumah tangga DS menjadi lebih bahagia. Karena berasal dari Budaya Batak membuat jenis kelamin anak mempengaruhi kebahagiaan pernikahan, dalam Budaya Batak memiliki anak laki-laki merupakan sebuah kebanggan karea anak laki-laki akan meneruskan silsilah keluarga. Untuk hal ini DS merasa sangat bersyukur karena memiliki anak laki-laki dan perempuan. Mengasuh dan mendidik anak merupakan tanggung jawab DS dengan suamii namun DS lebih banyak dalam mengasuh anak. DS juga memiliki harapan terhadap pendidikan anak, DS ingin agar anak-anaknya memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya. Menurut Olson McCubbin 1983 kesepkatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak akan mempengaruhi kepuasan pernikahan. Religious orientation DS dan suami merupakan pasangan yang taat dalam melaksanakan kegiatan agama. DS dan suami juga mengenalkan pendidikan agama dan penerapan agama terhadap Menurut Olson McCubbin 1983 setelah menikah orangtua akan mengajarkan dasar-dasar dan nilai-nilai agama yang di anut kepada anaknya. Universitas Sumatera Utara anak sedari kecil. Memiliki suami yang taat melaksanakan agama membuat DS senang. Meskipun ada perbedaan kebiasaan antara DS dengan suami dalam melaksanakan agama, namun suami selalu berusaha untuk menjadi imam dalam keluarga. Peran agama di dalam pernikahan sangat penting karena dengan agama yang kokoh dalam pernikahan maka kehidupan pernikahan juga akan terasa nyaman. Family and friends Hubungan DS dengan keluarga besar suami baik, hubungan baik tersebut bukan karena faktor menikah dengan pariban. Menurut DS, mertua bersikap baik pada semua menantu- menantunya. Hubungan baik juga terjalin dengan para ipar, teman-teman suami. Karena tinggal di kampung dengan suami membuat DS sering rindu pada keluarganya. DS juga lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga suami daripada keluarga sendiri. Saat menghabiskan waktu dengan keluarga, menurut DS ia sama- sama merasa nyaman saat berada di dalam keluarga suami maupun keluarganya. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan akan tercapai apabila memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, teman dan relasi. Memiliki hubungan yang baik dengan para keluarga, teman juga relasi akan mengurangi konflik yang terjadi. Menurut Scolnick dalam Lemme, 1995 Adanya rasa kebersamaan dan bersatu dalam keluarga merupakan kriteria kepuasan yang tinggi. Egalitarian Role Dalam rumah tangga, DS berperan sebagai ibu rumah tangga, peran sebagai seorang ibu, peran sebagai wanita karir. Peran berkerja tidak membuat anak-anak DS terlantar. Peran yang beragam dalam rumah tangga tidak membuat DS keberatan. Banyaknya peran membuat DS merasa sangat senang. Pasangan juga mendukung DS untuk bekerja. Menurut Olson McCubbin 1989 suatu peran dalam rumah tangga harus mendatangkan kepuasan pribadi. Universitas Sumatera Utara Gambar 4. Gambaran kepuasan pernikahan pariban pada responden 4 Responden 4 DS Kepuasan pernikahan pada responden 4 Kepuasan pernikahan yang dirasakan DS dalam rumah tangga ada pada aspek personality issue, communication, conflict resolution, financial management, sexual relationship, children and marriage, religious orientation, family and friends, egalitarian role. DS tidak puas dalam aspek leisure activity karena sebagai seorang yang berasal dari Budaya Batak membuat DS menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam keluarga. Suami DS lebih suka menghabiskan waktu bersama teman- teman daripada dirinya. Kepuasan pernikahan pada responden 4 berdasarkan aspek kepuasan pernikahan Personality issue: DS mencoba menerima kepribadian suami Communication: DS memiliki komunikasi yg baik dengan suami Conflict resolution: DS selalu menerima pemecahan masalah yang dibuat suami Financial management: DS selalu berusaha mengatur keuangan dengan baik Leisure activity: DS kurang suka dengan aktivitas yg dihabiskan suami bersama teman-temannya. Sexual relationship: DS merasa hubungan seksual semakin lancar Children and marriage: Kehadiran anak sangat membuat DS bahagia Religious orientation: Orientasi agama sangat penting dalam rumah tangga Family and friends: DS memiliki hubungan yang baik dengan keluarga suami Egalitarian role: DS memiliki peran yang beragama dalam rumah tangga AS DS Usia : 33 tahun Pekerjaan: Apoteker Pendidikan: Sarjana Usia : 32 tahun Pekerjaan: Guru Pendidikan: Sarjana Perjodohan Pernikahan ideal dalam Budaya Batak Pernikahan pariban Terjadinya pernikahan pariban Dijodohkan oleh orangtua Harapan orangtua Harapan Budaya Nilai yang diyakini responden dalam pernikahan Budaya Batak Istri menuruti perkataan suami Istri harus menghormati suami Meminimalkan masalah yang terjadi dalam rumah tangga Mengutamakan nilai kebersamaan dalam keluarga Mempunyai anak laki-laki Suami menjadi imam dalam keluarga Menjaga hubungan baik dengan keluarga besar Suami memiliki peran utama dalam rumah tangga Universitas Sumatera Utara

C. Pembahasan

Responden 1, 2 dan responden 3, 4 merupakan pasangan yang menikah dengan pariban. Pernikahan responden 1 dan 2 merupakan pernikahan pariban yang terajdi karena proses pacaran. Sedangkan pernikahan responden 3 dan 4 merupakan pernikahan pariban karena dijodohkan. Pernikahan pariban merupakan pernikahan yang berlangsung dalam Budaya Batak dimana seorang pemuda Batak menikah dengan anak perempuan Tulang paman atau seorang pemudi Batak menikah dengan anak laki-laki Bouk bibi. Selama melangsungkan kehidupan pernikahan, kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh ke-4 responden berbeda-beda. Menurut Olson McCubbin 1983 kepuasan pernikahan adalah evaluasi perasaan subektif akan kebahagiaan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh masing-masing pasangan dalam pernikahan dengan mempertimbangkan keseluruhan aspek dalam pernikahan yaitu personality issue, communication, conflict resolution, financial management, leisure activity, sexual relationship, children and marriage, religious orientation, family and friends, egalitarian role. Aspek pertama personality issue. Menurut Olson McCubbin 1983 Aspek ini melihat penyesuaian diri dengan tingkah laku, kebiasaan-kebiasaan serta kepribadian pasangan. Melihat bagaimana persepsi indivdu terhadap perilaku dan sifat pasangan. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila individu bisa menyesuaikan diri dengan pasangan dan merasa puas dengan kepribadian pasangan. Sedangkan kepuasan pernikahan dikatakan rendah apabila individu kurang menerima atau kurang nyaman dengan kepribadian dan perilaku pasangan. Universitas Sumatera Utara Responden 1 merasa penyesuaian terhadap istri kurang lancar karena responden sulit untuk menerima kepribadian istri yang cerewet, sedangkan responden 2 berusaha untuk menyesuaikan diri dan mencoba menerima kekurangan yang ada dalam diri suami. Pada responden 3 berusaha untuk menyesuaikan diri dengan istri dan menerima kepribadian istri sedangkan responden 4 juga menerima kepribadian suami dan mencoba menyesuaikan diri dengan kepribadian suami. Aspek yang kedua communication. Menurut Olson McCubbin 1983 aspek ini melihat bagaimana perasaan, keyakinan dan sikap individu dalam berkomunikasi dengan pasangannya, seberapa penting peran komunikasi di dalam hubungan pernikahan, berfokus pada rasa senang yang dialami pasangan suami istri dalam berkomunikasi. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila pasangan menyadari dan puas dengan tipe komunikasi yang ada di dalam pernikahan. Sedangkan kepuasan pernikahan dikatakan tidak tercapai apabila kurang puas dengan komunikasi di dalam pernikahan Responden 1 dan 2 memiliki komunikasi yang lancar dalam rumah tangga karena selalu menjaga keterbukaan dan rasa saling percaya. Responden 1 dan 2 juga menganggap komunikasi hal yang penting dalam pernikahan. Sedangkan responden 3 mengalami komunikasi yang kurang lancar karena kurangnya keterbukaan istri dalam rumah tangga, meskipun responden 3 menganggap komunikasi hal yang penting dalam rumah tangga. Responden 4 juga menganggap komunikasi penting dalam rumah tangga, meskipun tertutup, responden tetap Universitas Sumatera Utara merasa senang dengan pola komunikasi dalam rumah tangga karena memiliki suami yang terbuka. Aspek yang ketiga conflict resolution. Menurut Olson McCubbin 1983 Aspek ini berfokus menilai sikap individu, perasaan, keyakinan yang mengarah terhadap suatu masalah serta bagaimana pemecahannya di dalam sebuah hubungan pernikahan, berfokus pada keterbukaan pasangan untuk mengenal dan memecahkan masalah yang muncul serta strategi dan prosedur yang digunakan untuk mendapatkan solusi terbaik. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila adanya sikap yang realistis mengenai konflik di dalam hubungan pernikahan, dan nyaman dengan cara pemecahan masalah yang dilakukan di dalam hubungan pernikahan. Sedangkan kepuasan pernikahan tidak tercapai apabila adanya rasa tidak puas dengan cara pemecahan masalah dalam hubungan pernikahan. Responden 1 merasa puas mengenai resolusi konflik dalam rumah tangga karena responden 1 dan istri selalu terbuka dalam membicarakan masalah, responden 1 selalu berusaha agar masalah dalam rumah tangga segera diselesaikan. Responden 2 merasa puas dengan resolusi konflik yang ada dalam rumah tangga karena adanya keterbukaan suami dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Sedangkan responden 3 merasa kurang puas dengan resolusi konflik dalam pernikahan karena pasangan tidak terbuka dan lebih banyak diam saat menyelesaikan masalah. Responden 3 juga menganggap setiap masalah yang terjadi dalam rumah tangga harus segera diselesaikan. Responden 4 meskipun jarang memberikan solusi saat pemecahan masalah namun responden 4 merasa puas dengan resolusi konflik dalam rumah tangga karena memiliki suami yang Universitas Sumatera Utara terbuka dalam menyelesaikan masalah. Dalam pernikahan pariban, masalah yang dialami oleh pasangan pariban jika tidak diselesaikan akan berdampak pada kedua keluarga besar. Aspek yang keempat financial management. Menurut Olson McCubbin 1983. Aspek ini menilai sikap dan cara pasangan mengatur keuangan, bentuk- bentuk pengeluaran, dan pembuatan keputusan tentang keuangan, berfokus pada kecenderungan pasangan untuk boros atau menabung, membuat keputusan dalam membelanjakan keuangan rumah tangga, adanya rasa puas terhadap status ekonomi dalam hubungan pernikahan. Adanya konsep yang tidak realistis mengenai barang yang diinginkan. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila adanya rasa puas terhadap pengaturan keuangan yang dilakukan oleh pasangan dan sikap yang realistis terhadap keuangan rumah tangga. Sedangkan kepuasan pernikahan rendah atau kurang tercapai menunjukkan adanya berbagai masalah karena pengaturan keuangan dalam hubungan rumah tangga. Responden 1 merasa puas dengan cara istri mengatur keuangan dalam rumah tangga. Responden 2 juga merasa puas karena suami percaya dengan pengelola keuangan rumah tangga yang dilakukan. Responden 3 merasa puas dengan cara istri mengelola keuangan karena istri menjadi terbuka, istri juga tidak pernah meminta barang yang tidak realistis. Responden 4 merasa puas dengan pengelolaan keuangan rumah tangga karena suami mempercayakan pengaturan keuangan kepada responden. Aspek yang kelima leisure activity. Menurut Olson McCubbin 1983. Aspek ini menilai pilihan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang Universitas Sumatera Utara yang merefleksikan aktivitas yang dilakukan secara personal atau bersama. Area ini juga melihat apakah suatu kegiatan dilakukan sebagai pilihan bersama serta harapan-harapan dalam mengisi waktu luang bersama pasangan. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila menunjukkan adanya kecocokan, fleksibilitas, dan kesepakatan dalam menggunakan waktu bersama. Sedangkan kepuasan pernikahan kurang tercapai menunjukkan adanya ktidakpuasan dalam menghabiskan waktu luang bersama pasangan di dalam hubungan pernikahan. Responden 1 merasa tidak puas dengan aktivitas yang dilakukan dengan pasangan karena pekerjaan yang menghabiskan waktu sehingga jarang berkumpul bersama keluarga. Responden 2 merasa tidak puas dengan aktivitas yang dihabiskan bersama suami karena suami jarang ada di rumah sehingga responden lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga, responden 2 sering merasa kesal dengan kondisi tersebut. Sedangkan responden 3 lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman daripada keluarga, responden 3 merasa puas dengan aktivitas yang ia lakukan sekarang dan tidak masalah dengan waktu yang sedikit dihabiskan dengan keluarga. Responden 4 lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga daripada diri sendiri. Kebiasaan suami yang suka menghabiskan waktu bersama teman daripada responden sempat membuat responden kesal namun responden mencoba untuk memahami kondisi tersebut. Responden 4 merasa tidak puas dengan aktivitas yang dihabiskan bersama pasangan. Aspek yang keenam sexual relationship. Menurut Olson McCubbin 1983 aspek ini menilai perasaan individu dan konsen pada kasih sayang dan Universitas Sumatera Utara hubungan seksual. Merefleksikan kepuasan dalam mengekspresikan kasih sayang, rasa nyaman dalam membicarakan masalah seksual, sikap terhadap perilaku seksual, hubungan seksual, keputusan dalam pengendalian kelahiran, dan perasaan tentang kesetiaan terhadap pasangan. Penyesuaian seksual dapat menjadi penyebab pertengkaran dan ketidakbahagiaan apabila tidak tercapai kesepakatan yang memuaskan. Kepuasan seksual dapat terus meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini dapat terjadi karena kedua pasangan telah memahami dan mengetahui kebutuhan mereka satu sama lain, mampu mengungkapkan hasrat dan cinta mereka, dan dapat membaca tanda-tanda yang diberikan pasangan sehingga dapat tercipta kepuasan bagi pasangan suami istri. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila mencerminkan kepuasan dalam mengekspresikan kasih sayang dan sikap positif tentang peran seksualitas dalam pernikahan. Sedangkan kepuasan pernikahan akan rendah apabila mencerminkan adanya ketidakpuasan dalam mengekspresikan kasih sayang dalam hubungan pernikahan dan perselisihan atas keputusan mengenai pengendalian kelahiran. Responden 1 merasa peran seksual dalam rumah tangga itu penting. Penyesuaian dalam hubungan seksual kurang lancar karena istri tidak terbuka dalam membicarakan mengenai hubungan seksual. Hal ini membuat responden 1 tidak puas dengan hubungan seksual dalam rumah tangga. Responden 2 merasa puas dengan hubungan seksual dalam rumah tangga karena hubungan seksual dalam rumah tangga sudah terpenuhi. Responden 3 merasa puas dengan hubungan seksual dalam rumah tangga. Walaupun dalam penyesuaian seksual kurang lancar karena istri kurang terbuka namun sikap istri yang mencoba menerima Universitas Sumatera Utara pembicaraan seksual membuat responden merasa puas. Selain itu responden 3 mencoba memahami istri dengan melihat bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh istri. Responden 4 merasa puas dengan hubungan seksual dalam rumah tangga. Penyesuaian seksual dirasa sulit pada awal menikah, seiring berjalan waktu responden dan suami menjadi lebih saling mengerti mengenai hubungan seksual dalam rumah tangga. Responden juga tidak keberatan dengan keterbukaan suami dalam membicarakan hubungan seksual. Aspek yang ketujuh children and marriage. Menurut Olson McCubbin 1983 aspek ini menilai sikap dan perasaan tentang memiliki dan membesarkan anak, kesepakatan dalam jumlah anak. Fokusnya adalah seberapa besar pengaruh anak dalam hubungan rumah tangga, kepuasan terhadap peran dan tanggung jawab sebagai orangtua dalam membesarkan anak. Bagaimana orangtua menerapkan keputusan mengenai disiplin anak, cita-cita terhadap anak. Kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila ada kesepakatan mengenai jumlah anak yang diinginkan, persepsi mengenai pengaruh anak dalam hubungan pernikahan, dan kepuasan terhadap peran dan tanggungjawab orangtua. Sedangkan kepuasan pernikahan rendah apabila kurangnya kesepakatan mengenai keputusan untuk memiliki anak dan ukuran keluarga yang dimiliki, konsep yang berlebihan terhadap pengaruh anak dalam hubungan pernikahan, dan rasa tidak nyaman mengenai peran dan tanggung jawab orangtua. Responden 1 merasa tidak puas dengan kehadiran anak dalam rumah tangga karena responden 1 belum memiliki anak laki-laki. Responden 2 merasa Universitas Sumatera Utara puas dengan kehadiran anak dalam rumah tangga, apapun jenis kelamin anak akan membuat responden bahagia. Sedangkan bagi responden 3 dan 4 anak sangat mempengaruhi kebahagiaan dalam rumah tangga karena membuat responden 3 menjadi lebih termotivasi dalam bekerja. Dalam pernikahan Batak sebuah pernikahan akan dikatakan sempurna apabila pasangan suami istri sudah memiliki anak laki-laki, karena anak laki-laki penerus marga keluarga. Aspek yang kedelapan religious orientation. Menurut Olson McCubbin 1983 Aspek ini menilai sikap individu, perasaan dan perhatian mengenai makna keyakinan beragama serta bagaimana pelaksanaannya dalam kehidupan sehari- hari dan dalam pernikahan. Jika seseorang memiliki keyakinan beragama, dapat dilihat dari sikapnya yang perduli terhadap hal-hal keagamaan dan mau beribadah. Umumnya, setelah menikah individu akan lebih memperhatikan kehidupan beragama. Orangtua akan mengajarkan dasar-dasar dan nilai-nilai agama yang dianut kepada anaknya. Mereka juga akan menjadi teladan yang baik dengan membiasakan diri beribadah dan melaksanakan ajaran agama yang mereka anut. Kepuasan pernikaha akan tercapai apabila mencerminkan pandangan yang lebih tradisional bahwa agama merupakan komponen yang sangat penting di dalam sebuah pernikahan. Sedangkan kepuasan pernikahan akan kurang tercapai apabila mencerminkan interpretasi yang lebih individualitas dan kurangnya peran agama dalam pernikahan. Responden 1 merasa puas dengan orientasi agama dalam pernikahan karena memiliki istri yang taat menjalankan perintah agama. Meskipun untuk orientasi agama responden sendiri, ia merasa masih kurang. Sedangkan responden Universitas Sumatera Utara 2 merasa tidak puas dengan orientasi agama dalam pernikahan karena suami bukan orang yang taat dalam menjalankan perintah agama. Dalam mendidik anak mengenai agama juga lebih banyak dilakukan responden 2. Menurut responden 2 agama sangat penting dalam hubungan pernikahan. Responden 3 dan 4 merupakan pasangan yang taat menjalankan ibadah agama dan menganggap agama hal yang penting dalam pernikahan. Responden 3 dan 4 merasa puas dengan orientasi agama dalam pernikahan. Aspek yang kesembilan family and friends. Menurut Olson McCubbin 1983 Aspek ini dapat melihat bagaimana perasaan dan perhatian pasangan terhadap hubungan kerabat, mertua serta teman-teman. Aspek ini juga merefleksikan harapan dan perasaan senang menghabiskan waktu bersama keluarga besar dan teman-teman. Pernikahan akan cenderung lebih sulit jika salah satu pasangan menggunakan sebagian waktunya bersama keluarganya sendiri. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila mencerminkan hubungan yang nyaman dengan keluarga dan teman. Sedangkan kepuasan pernikahan kurang tercapai apabila mencerminkan adanya ketedaknyamanan ketika bersama keluarga dan teman-teman, dan adanya potensi untuk munculnya konflik. Responden 1 merasa puas dengan hubungan terhadap keluarga dan teman istri karena selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga istri. Begitupun dengan responden 2 memiliki hubungan yang baik dengan keluarga suami. Responden 2 merasa puas dengan hubungan tersebut dan merasa nyaman saat menghabiskan waktu dengan keluarga suami. Meskipun memiliki hubungan yang baik dengan keluarga suami responden 2 sering merasa rindu dengan Universitas Sumatera Utara keluarga sendiri. Responden 3 selalu mengutamakan hubungan baik yang terjalin dengan keluarga istri, responden juga merasa nyaman saat menghabiskan waktu bersama dengan keluarga istri. Karena selalu mengutamakan hubungan kekeluargaan membuat responden puas dengan hubungan yang terjalin dengan keluarga istri. Responden 4 merasa puas dalam pernikahannya mengenai hubungan yang terjalin dengan keluarga suami karena memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan teman suami. Aspek yang kesepuluh egalitarian role. Menurut Olson McCubbin 1983 Aspek ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang beragam dalam kehidupan pernikahan. Fokusnya adalah pada pekerjaan, peran rumah tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua. Suatu peran harus mendatangkan kepuasan pribadi. Pria dapat bekerjasama dengan wanita sebagai rekan baik di dalam maupun di luar rumah. Suami tidak merasa malu jika penghasilan istri lebih besar juga memiliki jabatan yang lebih tinggi. Wanita mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya serta memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki untuk mendapatkan kepuasan pribadi. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila menunjukkan adanya peran yang beragam dalam pernikahan. Sedangkan kepuasan pernikahan kurang tercapai apabila menunjukkan kurangnya kepuasan, yang mengindikasikan adanya peran suami-istri secara tradisional dalam pernikahan dan tanggung jawab dalam rumah tangga. Responden 1 merasa kurang puas dengan perannya dalam rumah tangga. Karena kesibukkan bekerja membuatnya memiliki waktu yang sedikit untuk Universitas Sumatera Utara berkumpul dengan keluarga, hal ini membuat responden hanya bisa memiliki sedikit peran dalam rumah tangga yaitu sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah. Responden 2 merasa puas dengan peran yang dimiliki dalam rumah tangga meskipun ada keinginan untuk bekerja, namun hal itu tidak mengurangi rasa puas responden 2 dalam rumah tangga. Responden 3 dan 4 merasa puas dengan peran yang beragam dalam rumah tangga karena dengan banyaknya peran membuat hidup responden lebih bermakna. Dari hal tersebut terlihat bahwa kepuasan pernikahan tidak hanya dirasakan oleh pasangan yang menikah melalui proses pacaran tapi pasangan yang menikah dengan cara dijodohkan juga bisa mencapai kepuasan pernikahan. Berdasarkan hasil pembahasan, pernikahan melalui proses pacaran maupun menikah dengan cara dijodohkan tidak mempengaruhi kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh pasangan. Tabel 11. Gambaran Kepuasan Pernikahan Pada Pasangan Yang Menikah Dengan Pariban Dalam Suku Batak Aspek Pasangan 1 pacaran Pasangan 2 Dijodohkan Data diri Suami : TL Istri : MN Usia pernikahan: 4 thn Suami : AS Istri : DS Usia pernikahan: 6 thn Pernikahan pariban Pasangan 1 yaitu TL dan MN merupakan pasangan yang menikah melalui proses pacaran. Pernikahan TL dan MN merupakan pernikahan pariban karena TL dan MN berasal dari Suku Batak dan kedua orangtua mereka bersaudara. Pernikahan pariban Pasangan 2 merupakan pasangan yang menikah melalui proses perjodohan yang dilakukan oleh orangtua. Pernikahan AS dan DS merupakan pernikahan pariban karena AS dan DS berasal dari Suku Batak dan nenek kakek mereka bersaudara. Universitas Sumatera Utara terjadi karena TL jatuh cinta kepada MN kemudian melamar MN untuk menjadikan istri. Lamaran TL diterima oleh keluarga MN dengan senang hati karena akan terjadi pernikahan pariban, pernikahan yang ideal bagi orang Batak. Pernikahan pariban memiliki keuntungan karena akan mengikat tali kekeluargaan sekaligus memiliki kelemahan yaitu pernikahan pariban yang gagal akan membuat hubungan pernikahan kedua belah pihak bermasalah. Pernikahan pariban memiliki keuntungan karena akan mengikat tali kekeluargaan sekaligus memiliki kelemahan yaitu pernikahan pariban yang gagal akan membuat hubungan pernikahan kedua belah pihak bermasalah. Perjodohan antara AS dan DS membuat hubungan keluarga menjadi semakin dekat. Kepuasan pernikahan: Personality issue Dalam penyesuaian kepribadian pasangan, TL dan MN mengalami sedikit masalah. Harapan dan tingkah laku yang ditunjukkan pasangan selama proses pacaran ternyata sangat berbeda dengan yang TL rasakan setelah menikah sehingga TL merasa tidak puas dalam pernikahan sedangkan MN berusaha menerima kepribadian pasangan. Dalam penyesuaian kepribadian dengan pasangan AS dan DS mencoba untuk saling mengerti dan memahami, karena menikah dengan cara dijodohkan membuat AS dan DS melakukan penyesuaian lebih. AS dan DS juga selalu berusaha agar penyesuaian dalam rumah tangga berjalan dengan lancar. AS dan DS merasa puas terhadap kepribadian pasangan karena berusaha untuk menerima kekurangan pasangan. Communication Komunikasi dalam rumah tangga TL dan MN lancar. Perbedaan pola komunikasi antara TL yang pendiam dengan MN yang cerewet tidak membuat komunikasi Komunikasi dalam rumah tangga AS dan DS tergolong kurang lancar. Penyesuaian dalam berkomunikasi sulit karena DS sangat pendiam dan sensitive Universitas Sumatera Utara memburuk. Proses pacaran membuat MN bisa menerima sifat pasangan yang pendiam. Meskipun pendiam komunikasi tetap memgang peran penting dalam pernikahan TL dan MN. sehingga AS merasa serba salah ketika berbicara. AS menginginkan adanya pola komunikasi yang terbuka dan hal itu tidak didapatkan dari DS sehingga AS merasa tidak puas dengan komunikasi dalam rumah tangga. Conflict resolution Resolusi konflik dalam rumah tangga TL dan MN berjalan dengan lancar. Setiap ada masalah segera diselesaikan agar hubungan pernikahan tetap baik. Menjaga hubungan pernikahan merupakan salah satu faktor yang mendukung kebahagiaan dalam pernikahan Batak. Resolusi konflik dalam rumah tangga AS dan DS kurang baik, sikap tertutup DS saat ada masalah membuat AS merasa kurang suka begitu juga dengan pemecahan masalah selalu AS yang mencari solusi sedangkan pasangan hanya mengikuti solusi dari AS. AS tidak puas karena pasangan sangat tertutup. Financial management Pengaturan keuangan dalam rumah tangga berjalan dengan baik. TL puas dengan cara istri mengatur keuangan dan MN senang karena suami percaya dengan pengaturan keuangan yang ia buat. Pengaturan keuangan dalam rumah tangga AS dan DS berjalan dengan baik. AS sangat puas dengan cara DS mengatur keuangan. Pengaturan keuangan diserahkan kepada DS karena AS orangnya boros. Leisure activity TL dan MN jarang menghabiskan waktu bersama karena pekerjaan TL sangat menyita waktu. Hal ini membuat TL dan MN merasa tidak puas dengan aktivitas yang dilakukan bersama pasangan. AS dan DS memang jarang menghabiskan waktu berdua karena menurut AS ini saatnya mencari uang bukan menghabiskan wkatu berdua. Namun AS merasa puas karena tetap bisa bertemu dengan keluarga setiap hari sebaliknya DS kurang senang dengan aktivitas suami yang lebih banyak Universitas Sumatera Utara menghabiskan waktu dengan teman-teman. Sexual relationship Penyesuaian seksual dalam rumah tangga TL dan MN berjalan dengan lancar namun untuk membahas masalah seksual tidak lancar karena MN menganggap hal itu tabu untuk dibicarakan. Penyesuaian seksual lancar dalam rumah tangga AS dan DS, masalah komunikasi juga baik karena DS mencoba mendengarkan saat suami berbicara. Children and marriage Jenis kelamin anak mempengaruhi kebahagiaan dalam pernikahan TL dan MN. TL merasa kurang puas karena belum memiliki anak laki-laki sedangkan MN menganggap anak adalah anugerah jadi apapun jenis kelamin anak tidak jadi masalah. Dalam Budaya Batak anak laki-laki merupakan penerus keluarga dan jika belum memiliki anak laki-laki pernikahan dirasa belum sempurna. Anak sangat mempengaruhi kebahagiaan pernikahan AS dan DS. Memiliki anak sepasang sangat membuat keluarga mereka senang. Dalam Budaya Batak anak laki- laki merupakan penerus keluarga dan jika belum memiliki anak laki-laki pernikahan dirasa belum sempurna. Karena sudah memiliki anak laki-laki membuat AS merasa sangat senang. Religious orientation Orientasi agama dalam rumah tangga TL dan MN kurang lancar. Perbedaan dalam pelaksanaan kegiatan agama membuat MN tidak puas karena suami jarang melaksanakan ibadah sebaliknya suami merasa puas karena memiliki istri yang taat menjalankan ibadah agama. Dalam Budaya Batak agama memegang peranan yang penting dalam pernikahan, seorang yang menganggap agama Orientasi agama dalam rumah tangga AS dan DS berjalan dengan baik. Keluarga AS sangat taat menjalankan ibadah sehingga DS maupun AS merasa puas. AS dan DS juga menganggap penting agama dan sesuai dengan adat agama itu penting karena kalau menganggap agama penting seseorang akan lebih bisa menghargai kehidupannya. Universitas Sumatera Utara penting dalam pernikahan akan lebih bisa memakna hidup. Family and Friends Hubungan dengan keluarga berjalan dengan baik walaupun TL jarang bertemu dengan keluarga MN namun TL selalu menjaga hubungan baik. AS sangat menjunjung yang namanya ikatan kekeluargaan terutama dengan keluarga DS. Menikah dengan pariban mewajibkan AS untuk menjaga ikatan yang baik dengan keluarga. Egalitarian role Peran TL dalam rumah tangga hanya sebagai kepala keluarga sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga. Peran AS dalam rumah tangga tidak hanya sebagai kepala keluarga tapi AS juga kadang membantu istri sedangkan istri berperan tidak hanya sebagai ibu rumah tangga namun juga bekerja. Universitas Sumatera Utara 155 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian. Selanjutnya, akan dikemukakan saran praktis dan metodologis yang berguna bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah dengan pariban dalam suku Batak.

A. Kesimpulan 1. Kepuasan pernikahan pada pasangan pariban yang menikah melalui