Personality issue Kepuasan Pernikahan

“Pernikahan pariban merupakan pernikahan sama anak mamak, nikah sepupu. Kakak sama abang itu pariban kandung. Di daerah kakak nikah sama pariban atau ngambil pariban untuk dijadikan istri atau suami namanya manyunduti. “ R2, W1, 15-27 Responden merasa yakin untuk menerima pariban sebagai suami karena sudah mengenal pasangan dan keluarga pasangan dengan baik “Apa ya, hehehee… awalnya karena pacaran makanya menikah. Alasan untuk menerima pariban untuk dijadikan suami itu, karena udah sama- sama tau, karena apa lagi ya, jadi susah bilangkannya. Mungkin karena suka aja ya selain emang orang Bouk baik kali sama kakak makanya dulu pacaran ya terima-terima aja. Apalagi diajak menikah tambah diterima dari keluarga kakak juga terima waktu suami melamar.” R2, W2, 1-23

II. Kepuasan Pernikahan

a. Personality issue

MN merupakan pribadi yang periang. Sedangkan pasangan merupakan pribadi yang pendiam. Menurut MN penyesuaian yang dilakukan hanya pada hal- hal tertentu seperti kondisi pasangan yang jarang berada di rumah. “Penyesuaian sama suami gak terlalu ada penyesuaian, karena kan abang itu pendiam, udah dari dulu nya gitu. Gak berubah-berubah. Hehehe. Tapi ada beberapa sifat yang memang harus diterima dari suami .” R2, W1, 42-52 “Penyesuaian yang sudah dilakukan itu, paling sama keberadaan suami. Dulu kan belum menikah, jadi suami jarang pulang karena nyupir gak jadi masalah. Tapi setelah menikah ternyata butuh penyesuaian dengan gak ada suami di rumah. Ada yang berbeda aja rasanya. ” R2, W1, 53-67 Beberapa sifat pasangan yang membuat MN keberatan seperti marah, susah bangun pagi. Walapun tidak suka dengan beberapa sifat pasangan namun MN tidak sampai kecewa dengan hal itu. Universitas Sumatera Utara “Ehmmm sebenarnya kadang gak suka, karena kita lagi pengin ditanyai eh si suami diam aja. Udah gitu ya gak cuma sifat diam dia aja yang buat kakak keberatan, sifatnya yang suka marah-marah gak jelas. Kalau ditanyai kenapa marah-marah eh malah tambah marah, jadinya kakak yang diam.” R2, W2, 72-87 “… Yang paling gak disukai dari suami itu, sifatnya yang susah bangun pagi, uh itu paling buat kesal, tapi gak sampai buat kecewa lah, palingan saya merepet-repet aja biar suami bangun. Masa kalah cepat bangunnya sama anak sendiri. “ R2, W1, 78-92 “Kakak kepenginnya suami bangun pagi biar bisa jadi imam buat shalat shubuh.” R2, W1, 93-98 Menurut MN perilaku pasangan tidak berubah baik dari sebelum menikah dengan setelah menikah. “Perilaku yang berbeda, gak ada. Suami tetap aja manusia pendiam sepanjang masa. Hehehe … Dari dahulu sampai sekarang kalau ngomong harus di Tanya dulu.” R2, W1, 68-77 Menurut MN penyesuaian pernikahan lebih mudah dilakukan karena MN dan pasangan sudah saling mengenal dari kecil. “Menurut kakak lebih gampang iya karena kan udah kenal emang sama suami dari kecil malahan, untuk sifat-sifat buruk udah tau. Cuma setelah menikah beda tuh, dulu cuma sepupuan sekarang udah jadi suami istri. Menyesuaikan dengan kondisi tersebut karena kan udah hidup bersama. Harus lebih sabar aja menghadapi perbedaan dari semua sifat kakak dan abang. Tapi lebih gampang lah kakak rasa. Gak ada rasa segan gitulah. Kalau gak suka ya langsung di bilang.” R2, W2, 159-179

b. Communication