Menurut DeGenova 2008 pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas
untuk mengenal satu sama lain, mempelajari, bersosialisasi, dan memilih pasangan dengan pilihan mutual. Proses pacaran dilakukan sebagai dasar
pernikahan.
4. Definisi Kepuasan Pernikahan
Menurut Hawkins dalam Olson dan McCubbin, 1983 kepuasan pernikahan merupakan evaluasi perasaan subjektif akan kebahagiaan dan
pengalaman menyenangkan yang dialami oleh masing-masing pasangan dalam pernikahan dengan mempertimbangkan keseluruhan aspek dalam penikahan.
Menurut DeGenova 2008; Bradbury, Fincham Beach 2000 kepuasan pernikahan merupakan sejauh mana pasangan puas dan memiliki perasaan yang
positif terhadap hubungan pernikahan serta terpenuhinya harapan dan kebutuhan pasangan dalam hubungan pernikahan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan adalah evaluasi perasaan subjektif akan kebahagiaan, pengalaman menyenangkan,
perasaan yang positif terhadap hubungan pernikahan serta terpenuhinya harapan dan kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
5. Aspek-Aspek Kepuasan Pernikahan
Menurut Olson McCubbin 1983 terdapat beberapa aspek dalam pernikahan yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pernikahan, antara
lain : a.
Personality issue Aspek ini melihat penyesuaian diri dengan tingkah laku, kebiasaan-
kebiasaan serta kepribadian pasangan. Melihat bagaimana persepsi indivdu terhadap perilaku dan sifat pasangan. Sifat contohnya lambat, pemarah,
pemurung, pecemburu, dan posesif, juga melihat bagaimana ketergantungan, dan kecenderungan pasangan dalam mendominasi di dalam rumah tangga.
Biasanya sebelum menikah individu berusaha menjadi pribadi yang menarik untuk mencari perhatian pasangannya bahkan dengan berpura-pura
menjadi orang lain. Setelah menikah, kepribadian yang sebenarnya akan muncul. Setelah menikah perbedaan ini dapat memunculkan masalah. Persoalan tingkah
laku pasangan yang tidak sesuai harapan dapat menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku pasangan sesuai yang diinginkan maka akan
menimbulkan perasaan senang dan bahagia. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila individu bisa menyesuaikan
diri dengan pasangan dan merasa puas dengan kepribadian pasangan. Sedangkan kepuasan pernikahan dikatakan tidak tercapai apabila individu kurang menerima
atau kurang nyaman dengan kepribadian dan perilaku pasangan.
Universitas Sumatera Utara
b. Communication
Aspek ini melihat bagaimana perasaan, keyakinan dan sikap individu dalam berkomunikasi dengan pasangannya. Seberapa penting peran komunikasi di
dalam hubungan pernikahan. Area ini berfokus pada rasa senang yang dialami pasangan suami istri dalam berkomunikasi dimana mereka saling berbagi dan rasa
yakin terhadap pasangan, persepsi pasangan dalam menerima dan memberikan informasi, dan respon yang diberikan saat berkomunikasi dengan pasangan.
Laswell 1991 membagi komunikasi pernikahan menjadi lima elemen dasar, yaitu: keterbukaan diantara pasangan openness, kejujuran terhadap
pasangan honesty, kemampuan untuk mempercayai satu sama lain ability to trust, sikap empati terhadap pasangan empathy, dan kemampuan menjadi
pendengar yang baik listening skill. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila pasangan menyadari dan puas
dengan tipe komunikasi yang ada di dalam pernikahan. Sedangkan kepuasan pernikahan dikatakan tidak tercapai apabila kurang puas dengan komunikasi di
dalam pernikahan. c.
Conflict resolution Aspek ini berfokus untuk menilai sikap individu, perasaan, keyakinan
yang mengarah terhadap suatu masalah serta bagaimana pemecahannya di dalam sebuah hubungan pernikahan. Area ini juga berfokus pada keterbukaan pasangan
untuk mengenal dan memecahkan masalah yang muncul serta strategi dan prosedur yang digunakan untuk mendapatkan solusi terbaik. Area ini juga menilai
bagaimana anggota keluarga saling mendukung dalam mengatasi masalah
Universitas Sumatera Utara
bersama-sama serta membangun kepercayaan satu sama lain. Dan pasangan puas dengan cara pemecahan masalah yang dilakukan.
Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila adanya sikap yang realistis mengenai konflik di dalam hubungan pernikahan, dan nyaman dengan cara
pemecahan masalah yang dilakukan di dalam hubungan pernikahan. Sedangkan kepuasan pernikahan tidak tercapai apabila adanya rasa tidak puas dengan cara
pemecahan masalah dalam hubungan pernikahan. d.
Financial management Aspek ini menilai sikap dan cara pasangan mengatur keuangan, bentuk-
bentuk pengeluaran, dan pembuatan keputusan tentang keuangan. Aspek ini berfokus kepada apakah individu cenderung menjadi boros atau menabung,
memperhatikan masalah kredit dan utang, membuat keputusan dalam membelanjakan keuangan rumah tangga, adanya rasa puas terhadap status
ekonomi dalam hubungan pernikahan. Konsep yang tidak realistis, yaitu harapan-harapan yang melebihi
kemampuan keuangan, harapan untuk memiliki barang yang diinginkan, serta ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat menjadi masalah dalam
pernikahan Hurlock, 1980. Konflik dapat muncul jika salah satu pihak menunjukkan otoritas terhadap pasangannya dan ketidakpercayaan terhadap
kemampuan pasangan dalam mengelola keuangan. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila adanya rasa puas terhadap
pengaturan keuangan yang dilakukan oleh pasangan dan sikap yang realistis terhadap keuangan rumah tangga. Sedangkan kepuasan pernikahan tidak tercapai
Universitas Sumatera Utara
apabila menunjukkan adanya berbagai masalah karena pengaturan keuangan dalam hubungan rumah tangga.
e. Leisure activity
Aspek ini menilai pilihan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang yang merefleksikan aktivitas yang dilakukan secara personal atau bersama.
Area ini juga melihat apakah suatu kegiatan dilakukan sebagai pilihan bersama serta harapan-harapan dalam mengisi waktu luang bersama pasangan.
Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila menunjukkan adanya kecocokan, fleksibilitas, dan kesepakatan dalam menggunakan waktu bersama.
Sedangkan kepuasan pernikahan tidak tercapai apabila menunjukkan adanya ketidakpuasan dalam menghabiskan waktu luang bersama pasangan di dalam
hubungan pernikahan. f.
Sexual relationship Aspek ini menilai perasaan individu dan konsen pada kasih sayang dan
hubungan seksual. Merefleksikan kepuasan dalam mengekspresikan kasih sayang, rasa nyaman dalam membicarakan masalah seksual, sikap terhadap perilaku
seksual, hubungan seksual, keputusan dalam pengendalian kelahiran, dan perasaan tentang kesetiaan terhadap pasangan.
Penyesuaian seksual dapat menjadi penyebab pertengkaran dan ketidakbahagiaan apabila tidak tercapai kesepakatan yang memuaskan. Kepuasan
seksual dapat terus meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini dapat terjadi karena kedua pasangan telah memahami dan mengetahui kebutuhan mereka satu
sama lain, mampu mengungkapkan hasrat dan cinta mereka, dan dapat membaca
Universitas Sumatera Utara
tanda-tanda yang diberikan pasangan sehingga dapat tercipta kepuasan bagi pasangan suami istri.
Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila mencerminkan kepuasan dalam mengekspresikan kasih sayang dan sikap positif tentang peran seksualitas
dalam pernikahan. Sedangkan kepuasan pernikahan tidak tercapai apabila mencerminkan adanya ketidakpuasan dalam mengekspresikan kasih sayang dalam
hubungan pernikahan dan perselisihan atas keputusan mengenai pengendalian kelahiran.
g. Children and Marriage
Aspek ini menilai sikap dan perasaan tentang memiliki dan membesarkan anak, kesepakatan dalam jumlah anak. Fokusnya adalah seberapa besar pengaruh
anak dalam hubungan rumah tangga, kepuasan terhadap peran dan tanggung jawab sebagai orangtua dalam membesarkan anak. Bagaimana orangtua
menerapkan keputusan mengenai disiplin anak, cita-cita terhadap anak. Kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak. Orangtua
biasanya memiliki cita-cita pribadi terhadap anaknya yang dapat menimbulkan kepuasan bila itu dapat terwujud.
Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila ada kesepakatan mengenai jumlah anak yang diinginkan, persepsi mengenai pengaruh anak dalam hubungan
pernikahan, dan kepuasan terhadap peran dan tanggungjawab orangtua. Sedangkan kepuasan pernikahan tidak tercapai apabila kurangnya kesepakatan
mengenai keputusan untuk memiliki anak dan ukuran keluarga yang dimiliki,
Universitas Sumatera Utara
konsep yang berlebihan terhadap pengaruh anak dalam hubungan pernikahan, dan rasa tidak nyaman mengenai peran dan tanggung jawab orangtua.
h. Religious orientation
Aspek ini menilai sikap individu, perasaan dan perhatian mengenai makna keyakinan beragama serta bagaimana pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam pernikahan. Jika seseorang memiliki keyakinan beragama, dapat dilihat dari sikapnya yang perduli terhadap hal-hal keagamaan dan mau beribadah.
Umumnya, setelah menikah individu akan lebih memperhatikan kehidupan beragama. Orangtua akan mengajarkan dasar-dasar dan nilai-nilai agama yang
dianut kepada anaknya. Mereka juga akan menjadi teladan yang baik dengan membiasakan diri beribadah dan melaksanakan ajaran agama yang mereka anut.
Kepuasan pernikaha akan tercapai apabila mencerminkan pandangan yang lebih tradisional bahwa agama merupakan komponen yang sangat penting di
dalam sebuah pernikahan. Sedangkan kepuasan pernikahan tidak tercapai apabila mencerminkan interpretasi yang lebih individualitas dan kurangnya peran agama
dalam pernikahan. i.
Family and Friends Aspek ini dapat melihat bagaimana perasaan dan perhatian pasangan
terhadap hubungan kerabat, mertua serta teman-teman. Aspek ini juga merefleksikan harapan dan perasaan senang menghabiskan waktu bersama
keluarga besar dan teman-teman. Pernikahan akan cenderung lebih sulit jika salah satu pasangan menggunakan sebagian waktunya bersama keluarganya sendiri, jika
Universitas Sumatera Utara
ia juga mudah dipengaruhi oleh keluarganya dan jika ada keluarga yang datang dan tinggal dalam waktu lama Hurlock, 1980.
Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila mencerminkan hubungan yang nyaman dengan keluarga dan teman. Sedangkan kepuasan pernikahan tidak
tercapai apabila mencerminkan adanya ketidaknyamanan ketika bersama keluarga dan teman-teman, dan adanya potensi untuk munculnya konflik.
j. Egalitarian role
Aspek ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang beragam dalam kehidupan pernikahan. Fokusnya adalah pada pekerjaan, peran
rumah tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua. Suatu peran harus mendatangkan kepuasan pribadi. Pria dapat bekerjasama dengan wanita
sebagai rekan baik di dalam maupun di luar rumah. Suami tidak merasa malu jika penghasilan istri lebih besar juga memiliki jabatan yang lebih tinggi. Wanita
mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya serta memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki untuk mendapatkan
kepuasan pribadi. Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila menunjukkan adanya peran
yang beragam dalam pernikahan. Sedangkan kepuasan pernikahan tidak tercapai apabila menunjukkan kurangnya kepuasan, yang mengindikasikan adanya peran
suami-istri secara tradisional dalam pernikahan dan tanggung jawab dalam rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
B. Budaya Batak 1. Defenisi Budaya Batak