35
a. Aksesbilitasnya baik sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi
b. Memiliki obyek-obyek menarik untuk dikembangkan sebagai obyek wisata
c. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan
yang datang ke desanya d. Keamanan di desa tersebut terjamin
e. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai
f. Beriklim sejuk atau dingin g. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh
masyarakat lain Selain persyaratan tersebut desa wisata harus memiliki atraksi wisata
yang menarik. Atraksi wisata yang menarik merupakan keseluruhan kegiatan keseharian penduduk setempat dengan fasilitas yang terdapat di
desa wisata tersebut. Wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan penduduk setempat dalam berbagai kegiatan seperti kursus membatik,
kesenian tradisional, kebudayaan masyarakat setempat, dll. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran masyarakat lokal
sangat berpengaruh dalam pengembangan desa wisata. Pengembangan konsep desa wisata ini dinilai efektif dalam rangka mengenalkan dan
memberikan peluang sebesar-besarnya kepada masyarakat pedesaan untuk memahami dunia pariwisata dan menikmati hasil dari kepariwisataan
tersebut.
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang mengangkat masalah mengenai dampak program kecakapan hidup dan pelatihan peningkatan
kualitas layanan jasa kuliner yaitu:
36
1. Penelitian oleh Marta Dwi Ningrum tahun 2015 mengenai “Dampak
Program Pendidikan Kecakapan Hidup di Taman Baca Masyarakat Mata Aksara bagi Perempuan di Desa Umbulmartani, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Sleman”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pendidikan kecakapan hidup di TBM Mata Aksara berdampak
terhadap sasaran program. Secara umum, dampak yang terlihat adalah bertambahnya kemampuan yang dimiliki oleh sasaran program baik
pada ketrampilan maupun pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Marta ini berupa penelitian kualitatif
deskriptif dengan menggunakan metode wawancara. Hal ini tentu berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Penelitian
penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode angket. Data yang diperoleh dari angket
kemudian dideskriptifkan dengan menjabarkan seberapa besar dampak program bagi kelompok sasaran.
2. Laporan PPM Reguler Tahun 2014 oleh Sujarwo, dkk. Dengan kegiatan yang berjudul “Pelatihan Peningkatan Kualitas Layanan Jasa Kuliner
bagi Kaum Perempuan di Desa Wisata Bejiharjo, Karangmojo, Gunungk
idul”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perubahan perilaku dari para perempuan sebagai kelompok sasaran.
Perubahan perilaku yang terjadi adalah: a Anggota kelompok sasaran memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam usaha
wirausahanya di bidang kuliner; b Para anggota kelompok sasaran
37
termotivasi untuk mengembangkan usaha yang lebih jauh; c Para anggota kelompok sasaran masih menyadari akan kebutuhan untuk
meningkatkan ketrampilan di bidang kuliner di masa yang akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Sujarwo, dkk berupa laporan
penelitian PPM reguler dari program pelatihan peningkatan kualitas jasa layanan kuliner. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian
peserta pelatihan akan pentingnya sikap yang baik dalam melayani pelanggan, higienitas makanan, dan ketrampilan inovasi produk.
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis mengkaji seberapa besar dampak dari program pelatihan ini terhadap perubahan
perilaku kelompok sasaran. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penyelenggaraan pelatihan selanjutnya dan juga
untuk kepentingan akademik yang berhubungan dengan dampak pelatihan dan kualitas layanan kuliner.
G. Kerangka Berpikir