53
hiasan Tirai, batu stalaktit yang sudah menyatu dengan stalakmit yang sering disebut batu Kolom, lapisan batu pasiran, stalaktit yang tumbuh pada dinding
goa yang sering disebut batu Cloustum. Panorama dan keindahan Goa Pindul bisa kita lihat dengan adanya batu kristal dan batu kristalin serta hiasan
dinding tirai yang berbentuk bulat, ada yang menyerupai jantung, sumur, dan batik. Serta bisa kita melihat proses terjadinya batu stalaktit dan air berlian.
Selain itu masih terdapat kekayaan alam lain yaitu Goa Sriti serta keindahan dari Sungai Oya.
Kekayaan alam, budaya serta peninggalan benda bersejarah yang berada di Desa Bejiharjo memiliki potensi untuk menjadi daya tarik wisata,
khususnya wisata alam, budaya dan edukatif. Wisata alam dengan pemandangan dari goa-goa yang menunjukkan keindahan bawah tanah dan
keindahan Sungai Oya, budaya dengan berbagai kegiatannya seperti kesenian karawitan, wayang sada, gejog lesung, rasulan, kemudian wisata edukatif
dengan adanya artefak maupun monumen bersejarah. Kekayaan alam, budaya serta peninggalan benda bersejarah tersebut dapat menjadi sarana positif bagi
perkembangan Desa Bejiharjo untuk menjadi salah satu ikon wisata bagi Kabupaten Gunungkidul dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Deskripsi Program
Program pelatihan peningkatan kualitas layanan jasa kuliner bagi kaum perempuan di Desa Wisata Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul mempunyai
tujuan sebagai berikut:
54
a. Membangun kesadaran mengenai layanan kuliner di obyek wisata yang higienis dan berkualitas
b. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam penyediaan layanan kuliner yang higienis dan berkualitas yang mendukung pada warga
masyarakat di Bejiharjo Dalam pelaksanaannya program pelatihan ini diikuti oleh peserta
sebanyak 25 orang. Kegiatan pelatihan yang dilakukan menggunakan metode pembelajaran berorientasi pengalaman danatau masalah, serta menekankan
kepada pembelajaran orang dewasa. Metode tersebut adalah ceramah dan diskusi, learning by project, dan refleksi. Langkah-langkah kegiatan
pelatihan adalah sebagai berikut: a. Melakukan Persiapan
Kegiatan PPM diawali dengan mempersiapkan hal-hal teknis yang mendukung pelaksanaan kegiatan seperti seminar proposal,
penentuan kelompok sasaran, mempelajari karakteristik obyek wisata, perijinan, dll.
b. Melakukan Koordinasi dengan Kelompok Sasaran Tim kegiatan mendatangi langsung kelompok sasaran dan
menjelaskan mengenai tujuan kegiatan dan mekanisme kegiatan yang akan dilaksanakan serta kesediaan kelompok sasaran untuk mengikuti
kegiatan pelatihan. Dalam koordinasi pun disepakati mengenai waktu dan tempat kegiatan akan berlangsung.
55
c. Melakukan Kegiatan Pelatihan Kegiatan pelatihan peningkatan layanan kuliner ini dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut: 1 Penyadaran mengenai urgensi kelompok sasaran di obyek wisata
Proses penyadaran dilakukan dengan memberikan materi mengenai fungsi kelompok sasaran dalam konteks pengembangan
wilayahnya. Dalam proses pembelajarannya, fasilitator berusaha mengembangakan pemahaman kelompok sasaran mengenai
fungsinya dalam memajukan masyarakat sekitar. Kelompok sasaran juga diharapkan mampu berwirausaha baik secara kelompok
maupun individual. 2 Penentuan kebutuhan belajar atau materi pelatihan
Identifikasi kebutuhan belajar pada kelompok sasaran dilakukan dengan menggunakan metode curah pendapat dengan tim
pelaksana. Proses identifikasi dilakukan dengan tiga tahapan yaitu: a penyampaian tujuan kegiatan, b penyampaian ide atau gagasan
dari kelompok, dan c penentuan kesepakatan bersama. Penentuan kesepakatan bersama mengenai kebutuhan belajar dilakukan dengan
cara mempertimbangkan kelayakan sumber daya dan waktu yang dibutuhkan.
Akhirnya, kebutuhan belajar bersama yang disepakati adalah kebutuhan untuk menghasilkan produk makanan yang lebih modern
dan higienis berbahan baku daging ayam, yang dipandang dapat
56
dijual kepada pengunjung obyek wisata di wilayah tersebut. Selain itu ada juga pelatihan membuat olahan makanan yang bersifat siap
untuk dipasarkan berupa olahan makanan ringan. 3 Pembelajaran praktik pembuatan olahan kuliner
Praktik pembuatan olahan kuliner dilakukan dengan dua tahap pertemuan yaitu praktik pembuatan olahan lauk pauk berbahan dasar
daging ayam dan juga olahan makananan ringankue yang siap dipasarkan. Praktik diawali dengan demonstrasi dan dilanjutkan
dengan praktik langsung. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, nara sumber
memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap setiap menu makanan yang dipelajari. Diharapkan agar setiap anggota mampu berkreasi
dengan materi makanan yang telah dipelajari. Selain itu, peserta pelatihan juga diberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang
bagaimana melayani pelanggan dengan baik dan benar sehingga dapat membuat pelanggan nyaman dan senang.
4 Materi peningkatan kualitas layanan jasa kuliner Tidak hanya memberikan pengetahuan dan ketrampilan
mengolah makanan, inovasi produk, dan juga penguatan peran kelompok usaha dalam pelatihan ini juga dilengkapi materi pelatihan
tentang peningkatan kualitas layanan jasa kuliner. Materi ini diberikan guna untuk melengkapi kemampuan peserta dibidang
layanan jasa kuliner, yakni tidak hanya pengetahuan dan ketrampilan
57
namun penting juga sikapperilaku. Sikap perilaku yang dimaksud disini adalah cara peserta dalam melayani pelanggan.
Pemberian materi diawali dengan penyadaran tentang pentingnya sikap yang baik dan profesional dalam melayani
pelanggan. Setelah itu, materi mengenai dimensi pelayanan yang harus diterapkan dalam pelayanan terhadap pelanggan. Dimensi
tersebut ada 5, yaitu: 1 dimensi kehandalan, 2 dimensi daya tanggap, 3 dimensi kepastian atau jaminan, 4 dimensi empati, dan
5 dimensi berwujud atau bukti langsung. Meskipun usaha kuliner yang mereka miliki masih dalam taraf sederhana, namun kelima
dimensi ini juga dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Dengan begitu, diharapkan usaha layanan jasa kuliner yang terdapat
di sekitar objek wisata Goa Pindul dapat meningkat kualitas pelayanannya sehingga dapat juga meningkatkan penghasilan
peserta pelatihan. d. Melakukan Refleksi atas Pelaksanaan Kegiatan
Evaluasi kegiatan pelatihan dilakukan dengan memfokuskan pada efektivitas pelatihan yang dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan: pendekatan
self evaluation.
Adapun dalam
pengumpulan data menggunakan: 1 wawancara, digunakan untuk melihat motivasi, pandangan, dan hasil belajar kelompok sasaran, dan
2 pengamatan, dilakukan untuk mengetahui peran serta warga belajar. Evaluasi terhadap penyelenggaraan dan faktor pendukung dan
58
penghambat pelatihan dilakukan secara bersama-sama oleh tim pelaksana.
3. Identitas responden