66
dan posttest sebanyak 6 soal, untuk soal posttest terletak pada soal nomor 18 sampai nomor 23.
Dari hasil tabel analisis deskriptif posttest dimensi berwujud atau bukti langsung lihat lampiran hasil olah data penelitian halaman 112
dapat diketahui bahwa skor minimum untuk keenam soal adalah 16, dan skor maksimumnya 24. Untuk skor maksimum 16, berarti tiap-tiap soal
mendapatkan skor sempurna yaitu 4 kategori Selalu. Sedangkan mean untuk hasil jawaban posttest dimensi berwujud atau bukti langsung
adalah 21.48, dan standar deviasinya 2.104. Dimensi berwujud atau bukti langsung merupakan dimensi yang
sangat mudah dilihat dan dirasakan secara langsung oleh pelanggan. Observasi pada dimensi ini menggunakan tempat yang sama dengan
dimensi empati, yakni di tempat usaha catering Ibu “WS”. Meskipun hanya berupa keran biasa, namun didekat pendopo tempat pelanggan
makan, terdapat tempat yang dapat digunakan untuk mencuci tangan. Pada saat melayani catering, pelayan menggunakan baju batik baik
laki-laki maupun perempuan sehingga nampak rapi dan juga bersih. Makanan disajikan di tempat tradisional sehingga nampak etnik namun
tetap terjaga kebersihannya.
2. Hasil Uji Beda
a. Dimensi Kehandalan
Data mengenai dampak program pelatihan pada dimensi kehandalan dalam layanan jasa kuliner diperoleh melalui angket yang
67
diisi oleh peserta pelatihan. Data tentang pengukuran dimensi kehandalan pada soal pretest terdapat pada soal nomor 1 sampai dengan
nomor 3, nomor soal yang sama untuk soal posttest. Pilihan jawaban yang dipilih oleh responden kemudian dikategorikan dengan angka
untuk kemudian diolah. Salah satu olah data yang dilakukan yakni dengan menggunakan deskriptif statistik.
Berdasarkan analisis deskriptif oleh SPSS lihat lampiran hasil olah data penelitian halaman 112, menunjukkan perbedaan mean
antara jawaban soal angket pretest dan posttest pada dimensi kehandalan. Mean jawaban soal pretest 6.04 lebih kecil dari mean
posttest 10.52. Untuk lebih jelasnya perbedaan mean tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:
Gambar 2. Kualitas Layanan Kuliner Dimensi Kehandalan Dari data yang diperoleh melalui angket yang diisi oleh peserta
pelatihan, kemudian data diolah dan dilakukan uji beda wilcoxon diketahui bahwa pelatihan tersebut berdampak positif terhadap kualitas
layanan kuliner peserta khususnya pada dimensi kehandalan. Dari tabel
2 4
6 8
10 12
Pre Test Post Test
Mean Dimensi Kehandalan
68
uji beda wilcoxon untuk dimensi kehandalan lihat lampiran hasil olah data penelitian halaman 112, dapat diketahui bahwa:
Sig dimensi kehandalan 0.00 0.05, sehingga H0 ditolak
H1 diterima Jadi dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas layanan
kuliner pada dimensi kehandalan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Pelatihan memberikan dampak positif terhadap kualitas
pelayanan kuliner khususnya pada dimensi kehandalan. Besarnya dampak dilihat dari peningkatan rata-rata mean
�̅ dari sebelum pelatihan dengan sesudah pelatihan.
Mean �̅ sebelum pelatihan sebesar 6.04, dan mean �̅ sesudah
pelatihan sebesar 10.52. Besarnya dampak pelatihan diperoleh melalui pengurangan mean
�̅ sesudah tes dengan mean �̅ sebelum tes. Jadi, 10.52
– 6.04 = 4.48, sehingga dapat diketahui besarnya dampak pada dimensi kehandalan berdasarkan tersebut adalah 4.48. Hal ini
menunjukkan bahwa pelatihan memberikan dampak positif terhadap kualitas layanan jasa kuliner pada dimensi kehandalan.
b. Dimensi Daya Tanggap