Pengertian Belajar Siswa Pengertian Motivasi Belajar Siswa a. Pengertian Motivasi

keterampilan, nilai-nilai dan cara pandang dari seseorang. 23 Belajar menurut Dave Meier sebagaimana telah dikutip oleh Martinis Yamin di dalam bukunya kiat membelajarkan siswa, adalah proses mengubah pengalaman jadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktivan. 24 Sedangkan menurut Rachman Natawidjaya dan Moein Moesa bahwa belajar adalah proses perubahan yang terus-menerus terjadi dalam diri individu yang tidak ditentukan oleh keturunan, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor dari luar. 25 Guru sebagai orang yang mengatur proses belajar harus merancang, memilih, dan menata peristiwa di luar diri anak serta sekaligus mengawasinya. Aspek lain yang perlu diperhatikan guru adalah memahami yang belajar dan situasi belajar. Beberapa ciri belajar menurut Soegeng Santoso, yaitu: 1 Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi secara terus-menerus, contohnya belajar membaca lalu dapat membaca. Setelah membaca lalu pengetahuannya bertambah. 2 Belajar adalah perbuatan sadar karena itu setiap peristiwa belajar selalu mempunyai tujuan. Proses belajar selalu mempunyai arah tujuan secara sadar, guru yang mengajar selalu mempunyai tujuan. 3 Belajar terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual. Belajara hanya terjadi jika dialmi sendiri oleh yang bersangkutan. 4 Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku yang mengintegrasikan semua aspek antara lain norma, fakta, sikap, pengertian, kecakapan, dan keterampilan. 5 Belajar adalah proses interaksi dan bukan sekadar proses penyerapan yang berlangsung tanpa usaha yang aktif dari individu yang belajar. Perubahan akan terjadi jika yang belajar mengadakan reaksi tehadap 23 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012, Cet. Ke-3, h. 12-14. 24 Yamin, op. cit., h. 75. 25 Soegeng Santoso, Dasar-Dasar Pendidikan TK, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, Cet. Ke-9, h. 3. 3. situasi belajar. 6 Perubahan tingkah laku berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks. 26 Menurut konsep behaviorisme, kognitivisme dan konstruktivisme dalam Sukmadinata. Telah disimpulkan, secara umum belajar memiliki beberapa prinsip, yaitu: a Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan berkembang merupakan dua hal yang berbeda, tetapi erat hubungannya. Pada perkembangan dituntut belajar, sedangkan melalui belajar terjadi perkembangan individu yang pesat. b Belajar berlangsung seumur hidup c Keberhasilan belajar dipengaruhi faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif. d Belajar mencakup semua aspek seluruh kehidupan, seperti menurut Ki Hajar Dewantara, belajar harus mengembangkan cipta kognitif, rasa afektif, karsa motivasi, dan karya psikomotor. e Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu. f Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru, baik yang formal, informal, maupun nonformal. g Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi. h Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang amat kompleks. i Belajar dapat terjadi hambatan-hambatan, berupa: belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, dari lingkungan, kurang motivasi, kelelahan atau kejenuhan belajar. j Belajar dalam hal tertentu memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain. Menurut Gagne sebagaimana yang telah dinukil oleh Udin S Winataputra dkk di dalam bukunya teori belajar dan pembelajaran, ada delapan jenis belajar dalam proses belajar yang terjadi pada diri siswa, yaitu: 26 Ibid. 1 Belajar Isyarat Signal Learning Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat, misalnya: berhenti berbicara ketika mendapat isyarat telunjuk menyilang mulut sebagai tanda tidak boleh ribut. 2 Belajar Stimulus-Respon Stimulus-Response Learning Belajar stimulus-respon terjadi pada diri individu karena ada rangsangan dari luar, misalnya: menendang bola ketika ada bola di depan kaki. 3 Belajar Rangkaian Chaining Learning Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti konsep merah-putih, panas-dingin, ibu- bapak, kaya-miskin, dan sebagainya. 4 Belajar Asosiasi Verbal Verbal Association Learning Belajar asosiasi verbal terjadi bila individu telah mengetahui sebutan bentuk dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal, misalnya: perahu itu seperti badan itik atau wajahnya seperti bulan kesiangan. 5 Belajar Membedakan Discrimination Learning Belajar diskriminasi tejadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membedakan hal-hal yang jumlahnya banyak, misalnya: membedakan tumbuhan atas dasar urat daunnya, suku bangsa menurut tempat tinggalnya. 6 Belajar Konsep Concept Learning Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang abstrak, misalnya: binatang, tumbuhan, manusia, juga aturan-aturan yang mengatur hubungan antar negara termasuk hukum internasional. 7 Belajar Hukum atau Aturan Rule Learning Belajar hukum atau aturan tejadi bila individu menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau atau yang diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari data tersebut menjadi suatu aturan, misalnya: ditemukan bahwa benda memuai bila dipanaskan, harga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan, dan sebagainya. 8 Belajar Pemecahan masalah Problem Solving Learning Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya: mengapa bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan. 27 Siswa atau anak didik sebagaimana telah dinukil oleh Siti Aisyah dkk adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Anak didik adalah pokok persoalan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Sebagai pokok persoalan, anak didik menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa pun tanpa kehadiran anak didik. Jadi, anak didik merupakan kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi pendidikan. 28 Menurut Sutari Imam Barnadib, Suwarno dan Siti Mechati anak didik memiliki karakteristik sebagai berikut. a Belum memiliki pribadi sosial sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidikan b Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. c Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu, yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, inteligensi, emosi, kemampuan berbicara anggota tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, dan biologis warna kulit, bentuk tubuh serta perbedaan individual. Guru perlu memahami karakteristik anak didik tersebut sehingga mudah melaksanakan interaksi edukatif. 29 27 Winataputra, dkk, op. cit., h. 1.9-1.11. 28 Siti Aisyah, dkk., Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Universitas Terbuka, 2009, Cet. Ke- 10, h. 3. 11. 29 Ibid

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam

GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 30 Konsep dalam Islam, iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehinggan menghasilkan prestasi rohani iman yang disebut takwa. Amal saleh itu menyangkut keserasian dan keselarasan hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan dirinya yang membentuk kesalehan pribadi, hubungan manusia dengan sesamanya yang membentuk kesalehan sosial, dan hubungan manusia dengan alam yang membentuk kesalehan terhadap alam sekitar. Kualitas amal saleh ini akan menentukan derajat ketakwaan seseorang dihadapan Allah SWT. Menurut menteri agama RI tahun 1996 yang telah dikutip oleh Muhaimin dkk, bahwa usaha pembelajaran pendidikan agama Islam disekolah diharapkan agar mampu membentuk kesalehan pribadi dansekaligus kesalehan sosial, sehingga pendidikan agama diharapkan jangan sampai: 1 menumbuhkan semangat fanatisme; 2 menumbuhkan sikap intoleran dikalangan peserta didik dan masyarakat Indonesia; 3 memperlemah kerukunan hidup beragama serta persatuan dan kesatuan nasional. 31 Pendidikan agama Islam menurut Muhammad Alim dapat diartikan sebagai program yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungan antar umat beragama terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. 32

3. Pengertian Metode Snowball Throwing

30 Muhaimin, op. cit., h. 75-76. 31 Ibid., h. 76. 32 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Bandung: Rosdakarya,2011, Cet. Ke-2, h. 6.

a. Landasan Metode Snowball Throwing

Metode Snowball throwing adalah sebuah metode yang dilandasi dari pembalajaran kooperatif. Sebagaimana yang telah dikutip oleh Rusman tentang pengertian pembelajaran kooperatif menurut para ahli di dalam bukunya Model-Model Pembelajaran, yaitu: Menurut Abdulhak bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri. Menurut Nurulhayati pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. Menurut Ratna model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Menurut Sanjaya Cooverative Learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara belajar kelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 33 33 Rusman, Mode-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, Cet. Ke-5, h. 201- 203.

b. Pengertian Metode Snowball Throwing

Menurut Arman Arif, secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu: “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode bararti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa arab metode disebut “Thoriqot”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah “Cara yang teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai maksud” Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. 34 Menurut Heinich et al sebagaimana yang telah dikutip oleh Martinis Yamin dalam bukunya yang berjudul Kiat Membelajarkan Siswa, “Metode adalah prosedur yang sengaja dirancang untuk membantu siswa, mahasiswa belajar lebih baik, dan mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. ” 35 Menurut Jumanta Hamdayama, Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. 36 Pada pembelajaran snowball throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Menurut Bayor sebagaimana telah di nukil oleh Jumanta Hamdayama, “Snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif active learning yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. ” 37 Peran guru disini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya, penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Snowball throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO sebagaimana telah dikutip oleh 34 Ibid., h. 40. 35 Yamin, op. Cit., h. 199. 36 Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014, h.158. 37 Ibid. Depdiknas pada tahun 2001, yakni belajar mengetahui Learning to know, belajar bekerja Learning to do, belajar hidup bersama Learning to live together, dan belajar menjadi diri sendiri Learning to be. 38 Menurut Arahman Snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola kertas pertanyaan lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. 39 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang membagi murid dalam beberapa kelompok, yang nantinya masing-masing anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan membentuknya seperti bola, lalu bola tersebut dilempar ke murid yang lain selama durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya. Kegiatan melempar bola ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berfikir, menulis, bertanya, atau berbicara. Akan tetapi, mereka juga melakukan aktifitas fisik, yaitu menggulung kertas dan melemparkannya kepada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka akan menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas. Dalam metode snowball throwing, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah, baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan. 38 Ibid. 39 Ibid.

Dokumen yang terkait

Pengaruh strategi spiritual teaching terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI (Al-Islam) SMP Muhammadiyah Parakan Tangerang Selatan

17 95 104

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

1 4 249

Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Berasrama Dengan Nonasrama Di Smp Kharisma Bangsa Tangerang Selatan

6 45 123

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATIHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN 104208 CINTA RAKYAT.

0 2 23

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Metode Picture and Picture Pada Siswa Kelas IV SDN Mojodoyong 4 Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 14

PENERAPAN METODE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA SISWA KELAS IV SDN 02 MAYONG LOR KABUPATEN JEPARA

0 0 20

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI melalui Metode STAD

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu - UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KOMPETENSI DASAR MENCERITAKAN KISAH NABI MUSA AS DAN NABI ISA AS MELALUI METODE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS V SEMESTER GENAP

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 04 BELUK

0 0 13