Pengolahan dan Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit

66 adalah distribusi aliran yang tidak merata dan parit tertimbun lumpur. Parit dapat dibangun secara manual atau mekanis di sepanjang baris tanaman, namun tidak mengganggu jalan pemanen dan transportasi TBS. Selain untuk aplikasi lahan, limbah cair dan fraksi lumpur hasil proses pengolahan limbah cair PKS secara anaerobik juga dapat dimanfaatkan sebagai penambah nutrisi kompos berbahan dasar tandan kosong kelapa sawit TKKS. Hal ini dapat dilakukan apabila pihak industri kelapa sawit menerapkan teknologi kompos untuk mengolah TKKS yang dihasilkan. Penambahan limbah cair ini berguna untuk memenuhi kebutuhan air untuk meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang digunakan sebagai inokulum pada proses pengomposan TKKS. Penambahan limbah cair ini dilakukan selama 9 minggu masa pengomposan dengan volume 5 m 3 per ton TKKS yang diolah menjadi kompos. Jenis pemanfaatan hasil olahan limbah cair PKS yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan biogas yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah cair PKS secara anaerobik sebagai sumber energi. Biogas yang telah ditampung dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk membangkitkan energi listrik yang kemudian dapat digunakan pada proses pengolahan di PKS.

2. Pengolahan dan Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit

Jenis limbah padat PKS yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah tandan kosong kelapa sawit TKKS. TKKS merupakan limbah padat yang dihasilkan di stasiun pemipilan pada PKS, yaitu stasiun tempat dilakukannya proses pemipilan atau pemisahan brondolan dengan tandan kosong. Dahulu, TKKS dimanfaatkan oleh industri kelapa sawit sebagai bahan bakar, yaitu dengan cara membakar TKKS pada incenerator. Oleh karena pembakaran TKKS tersebut menimbulkan polusi udara yang cukup mengganggu, maka pemerintah akhirnya melarang kegiatan tersebut. Selain itu, sejak dulu juga TKKS telah dimanfaatkan di lahan perkebunan sebagai mulsa. Saat ini, telah banyak metode pengolahan dan pemanfaatan TKKS yang dikembangkan dan dapat diterapkan oleh pihak industri kelapa sawit. TKKS memiliki potensi yang sangat besar untuk diolah menjadi produk tertentu karena kandungan unsur hara dan serat di dalamnya. Teknologi pengolahan TKKS yang telah berkembang saat ini diantaranya yaitu teknologi pemanfaatan TKKS sebagai 67 bahan dasar pembuatan kompos, papan partikel dan pulp. Di Indonesia, telah terdapat beberapa industri kelapa sawit yang menerapkan teknologi kompos TKKS. Sementara itu, pengolahan TKKS untuk dijadikan produk papan partikel dan pulp telah banyak diterapkan di Malaysia. Pada penelitian ini, metode pengolahan TKKS yang dibahas adalah teknologi kompos dengan metode pemanfaatan TKKS sebagai mulsa dan kompos TKKS pada lahan perkebunan. Pemanfaatan TKKS sebagai mulsa dan kompos didasarkan pada kandungan bahan organik pada TKKS itu sendiri. Semua jenis bahan organik akan terdegradasi secara alami oleh mikroba dan insekta. Waktu yang diperlukan untuk terdegradasi secara sempurna tergantung kepada kandungan serat dan lignin, kondisi lingkungan, dan jenis mikroba serta insekta yang ada. Percepatan degradasi dapat dilakukan melalui proses pengomposan dengan bantuan bioaktivator. Gambar 4.1 menunjukkan perbedaan waktu yang diperlukan antara degradasi TKKS secara alami yang terjadi pada pemanfaatan sebagai mulsa dan degradasi TKKS yang dipercepat melalui proses pengomposan. Gambar 4.1 Proses perubahan TKKS menjadi kompos yang terjadi secara alami dan yang dipercepat melalui pengomposan dengan bioaktivator Taniwiryono, 2009 Dari ilustrasi yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa dikomposkan atau tidak dikomposkan, TKKS akhirnya akan menjadi kompos dan nutrisi yang terkandung akhirnya akan dimanfaatkan juga oleh tanaman. Pilihan antara dikomposkan atau tidak, sangat tergantung kepada fungsi utama yang diharapkan. Kalau tujuannya akan digunakan sebagai mulsa, maka pengomposan 68 tidak diperlukan. Namun jika akan digunakan sebagai pupuk organik maka pengomposan mutlak diperlukan. a. Metode mulsa Pemanfaatan TKKS sebagai mulsa dinilai cukup efektif karena dapat menurunkan temperatur tanah, mempertahankan kelembapan tanah karena mampu mencegah evaporasi menguapnya air tanah dan dapat menjaga kandungan nutrisi unsur hara dalam tanah. Pemanfaatan TKKS sebagai mulsa sangat dianjurkan pada lahan perkebunan yang mengalami musim kemarau yang cukup panjang. Selain itu, pada musim hujan, mulsa TKKS secara signifikan dapat mengurangi hilangnya nutrisi tanah akibat dari proses pencucian dan aliran permukaan atau menjaga terjadinya erosi tanah. Pemanfaatan TKKS sebagai mulsa di lahan perkebunan dilakukan dengan dosis tertentu berdasarkan umur tanaman kelapa sawit pada lahan perkebunan yang akan diterapkan mulsa. Dosis aplikasi TKKS yang direkomendasikan untuk tanaman belum menghasilkan TBM 1 dan 2 yaitu 180 kgpokok atau setara dengan 25 ton TKKShatahun populasi sekitar 136 pokokha. Untuk tanaman menghasilkan TM, dosis aplikasi TKKS pada jenis tanah mineral normal yaitu 250 kgpokok atau 35 tonhatahun, sementara pada tanah sangat berpasir dapat ditingkatkan menjadi 360 kgpokok atau 50 tonhatahun. Aplikasi TKKS sebagai mulsa hanya dilakukan satu kali per tahun pada areal yang sama. Dalam pengaplikasiannya, TKKS tidak boleh ditumpuk lebih dari satu lapisan agar tidak memacu pertumbuhan hama yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman kelapa sawit disekitarnya. Dengan aplikasi mulsa tersebut, penggunaan pupuk anorganik pada TBM 2 dan TM akan berkurang hingga 50 dari dosis rekomendasinya. b. Metode kompos Kompos merupakan limbah padat yang mengandung bahan organik yang telah mengalami pelapukan, dan jika pelapukannya berlangsung dengan baik disebut pupuk organik. Pengomposan adalah proses perombakan bahan organik segar menjadi kompos dengan bantuan mikroba pendegradasi lignin dan selulosa. Selama proses pengomposan berlangsung, air, panas dan CO2 akan terlepas ke udara. Pada Bab II, telah dijelaskan bahwa Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia telah mengembangkan dua macam metode pengomposan 69 TKKS, yaitu metode pengomposan dengan pembalikan dan metode pengomposan tanpa pembalikan. Tingkat konversi TKKS menjadi kompos pada kedua macam metode pengomposan tersebut rata-rata adalah 50, yaitu 1 ton TKKS akan menghasilkan sekitar 0,5 ton kompos TKKS. Pemanfaatan TKKS dalam bentuk kompos TKKS sebagai pupuk organik lebih tepat diterapkan pada lahan perkebunan yang tingkat curah hujannya merata sepanjang tahun.

B. MODEL PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK