HMT  yang  diberi  bahan  tambahan  guar  gum  bertujuan  untuk  mengetahui pengaruh  proses  HMT  terhadap  kualitas  sohun  yang  dihasilkan.  Setelah  itu,
juga  dilakukan  pembandingan  sohun  dari  pati  HMT  tanpa  penambahan hidrokoloid  dengan  sohun  dari  pati  HMT  dengan  penambahan  berbagai
hidrokoloid  yang  bertujuan  untuk  membandingkan  pengaruh  hidrokoloid terhadap  kualitas  sohun  yang  dihasilkan.  Pengaruh  penggunaan  pati  HMT
serta  penambahan  bahan  tambahan  dalam  pembuatan  sohun  dapat  diketahui dengan melakukan karakterisasi terutama yang berkaitan dengan karakteristik
fisik  sohun.  Karakteristik  yang  diuji  antara  lain  waku  rehidrasi,  berat
rehidrasi, KPAP cooking loss, tekstur, dan analisis warna. a.
Waktu rehidrasi
Pengujian  terhadap  karakteristik  waktu  rehidrasi  menunjukkan bahwa  pati  HMT  memiliki  waktu  rehidrasi  lebih  singkat  dibandingkan
pati  alaminya.  Sohun  yang  terbuat  dari  pati  alami  memiliki  waktu rehidrasi  sekitar  5.5  -  6  menit,  sedangkan  sohun  dari  pati  HMT  tanpa
penambahan  maupun  dengan  penambahan  hidrokoloid  memiliki  waktu rehidrasi  sekitar  4  -  4.5  menit.  Pada  pengujian  yang  dilakukan  terlihat
pula bahwa tidak terdapat perbedaan waktu rehidrasi di antara sohun dari pati  HMT  dengan  berbagai  penambahan  bahan  tambahan.  Penurunan
waktu  rehidrasi  ini  kemungkinan  berkaitan  dengan  karakteristik gelatinisasi  pati  ganyong  HMT.  Pati  ganyong  HMT  memiliki  kisaran
suhu  gelatinisasi  lebih  sempit  dibandingkan  pati  alaminya  sehingga menyebabkan  pati  HMT  lebih  cepat  tergelatinisasi  sempurna  setelah
introduksi gelatinisasi terjadi.
b. Kehilangan  Padatan  Akibat  Pemasakan  KPAP  dan  Berat
Rehidrasi
KPAP  Kehilangan  Padatan  Akibat  Pemasakan  menunjukkan banyaknya  padatan  sohun  yang  keluar  ke  dalam air  selama  pemasakan.
KPAP merupakan parameter mutu yang penting karena berkaitan dengan kualitas  sohun  setelah  pemasakan.  Semakin  rendah  nilai  KPAP
menunjukkan  bahwa  sohun  memiliki  tekstur  yang  baik  dan  homogen. Sohun  yang  terbuat  dari  pati  ganyong  alami  memiliki  nilai  KPAP  yang
lebih  rendah  yaitu  14.4158  dibandingkan  sohun  dari  pati  HMT  yaitu 19.0801.  Nilai  ini  berbeda  jauh  dengan  nilai  KPAP  bihun  dari  pati
beras  pada  penelitian  Hormdok  dan  Noomhorm  2007  yang    hanya 0.44 pada bihun dari pati alami dan 0.29  pada pati termodifikasi.
Menurut  Chansari  2005,  adanya  cooking  loss  disebabkan  karena adanya  molekul  yang  larut  akibat  kurang  terikatnya  pati  yang
tergelatinisasi  pada  permukaan  sohun  sehingga  cooking  loss  sangat bergantung  pada  derajat  gelatinisasi  pati  yang  digunakan.  Telah
dipaparkan sebelumnya bahwa pati HMT memiliki dua peak gelatinisasi dan kisaran suhu gelatinisasi yang cukup beragam yang mengindikasikan
bahwa  pati  HMT  memiliki  kestabilan  panas  yang  beragam.  Hal  ini memungkinkan  sohun  yang  terbuat  dari  pati  hasil  modifikasi  HMT
mengalami  peningkatan  nilai  KPAP  akibat  adanya  granula  pati  yang kurang  tahan  terhadap  panas.  Peningkatan  nilai  KPAP  pada  sohun  dari
pati HMT kemungkinan juga disebabkan karena meningkatnya kelarutan pada pati HMT.
Pada  penelitian  ini,  proses  HMT  telah  meningkatkan  kandungan amilosa pada pati hasil modifikasi karena adanya pembentukan amilosa
baru  yang  berasal  dari  rantai  luar  amilopektin.  Peningkatan  kandungan amilosa  pada  pati  HMT  dapat menyebabkan  perubahan  sifat fungsional
pati  salah  satunya  adalah  solubilitas.  Telah  banyak  penelitian  yang menjelaskan  mengenai  perubahan  fungsionalitas  pati  akibat  perubahan
ataupun  perbedaan  kandungan  amilosa,  contohnya  adalah  penelitian mengenai pati jagung dan pati ubi jalar.
Berdasarkan profil gelatinisasinya, pati jagung termasuk dalam pati tipe B dengan kandungan amilosa sekitar 20.7, sedangkan pati ubi jalar
termasuk kategori pati tipe A dengan kandungan amilosa sekitar 19.7. Kedua  pati  tersebut  memiliki  selisih  kandungan  amilosa  yang  tidak
terlalu  jauh,  namun  keduanya  memiliki  perbedaan  fungsionalitas kemampuan pengembangan dan solubilitasnya. Pati ubi jalar cenderung
memiliki  kemampuan  pengembangan  yang  tinggi  dan  kelarutan  yang rendah,  sedangkan  pati  jagung  cenderung  memiliki  kemampuan
pengembangan  yang  rendah  dan  kelarutan  yang  tinggi.  Berdasarkan penelitian  tersebut  terlihat  bahwa  peningkatan  kandungan  amilosa  pada
pati  HMT  dapat  meningkatkan  kelarutan  pati  yang  berdampak  pada peningkatan nilai KPAP sohun.
Pada  Tabel  17  terlihat  bahwa  sohun  yang  terbuat  dari  pati  HMT
tanpa  penambahan  hidrokoloid  memiliki  nilai  KPAP  yang  lebih  tinggi dibandingkan  sohun  yang  terbuat  dari  pati  HMT  dengan  penambahan
guar  gum,  namun  kedua  nilai  tersebut  tidak  menunjukkan  perbedaan nyata.  Sohun  dari  pati  HMT  dengan  penambahan  CMC  memiliki  nilai
KPAP  yang  lebih  tinggi  namun  tidak  berbeda  nyata  dibandingkan dengan  sohun  dari  pati  HMT  tanpa  hidrokoloid  dan  sohun  dengan
penambahan  guar  gum.  Nilai  KPAP  terbesar  dimiliki  oleh  sohun  dari pati  HMT  dengan  penambahan  gum  arab.  Perbedaan  nilai  KPAP  pada
sohun  yang dibuat dengan berbagai bahan tambahan disebabkan karena hidrokoloid  yang  digunakan  memiliki  kemampuan  pengikatan  yang
berbeda.  Berdasarkan  data  KPAP  pada  penelitian  ini,  terlihat  bahwa penggunaan  pati  HMT  menghasilkan  sohun  dengan  nilai  KPAP  yang
lebih  tinggi  dibandingkan  sohun  dari  pati  alami  dan  penambahan hidrokoloid  pada  pati  HMT  juga  menghasilkan  sohun  dengan  nilai
KPAP  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  sohun  dari  pati  HMT  tanpa penambahan hidrokoloid.
Tabel  17. Nilai  KPAP  dan  berat  rehidrasi  sohun  ganyong  dengan
berbagai perlakuan penambahan hidrokoloid 1 Formula
KPAP Berat Rehidrasi
Pati HMT tanpa hk 19.0801
b
206.8196
a
Pati HMT + guar gum 17.7145
b
205.8611
a
Pati HMT + CMC 20.2309
b
201.5750
a
Pati HMT + gum arab 33.8987
a
190.2357
b
hidrokoloid
Pengujian  berat  rehidrasi  sohun  ganyong  menunjukkan  bahwa sohun  yang  terbuat  dari  pati  alami  memiliki  berat  rehidrasi  yang  lebih
rendah  yaitu  159.406  dibandingkan  sohun  dari  pati  HMT  yitu 206.8196. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sohun yang terbuat
dari  pati  HMT  memiliki  struktur  yang  lebih  porous  sehingga  lebih banyak  menyerap  air  dibandingkan  dengan  sohun  dari  pati  alaminya.
Selain  itu,  terlihat  juga  bahwa  sohun  dari  pati  HMT  tanpa  penambahan hidrokoloid  memiliki berat rehidrasi paling besar, sedangkan sohun dari
pati HMT dengan penambahan gum arab memiliki berat rehidrasi paling rendah.
Berdasarkan  data  KPAP  dan  berat  rehidrasi  sohun  dari  pati  HMT
pada  Tabel  17  terlihat  bahwa  sohun  yang  memiliki  nilai  KPAP  yang
lebih  besar  cenderung  memiliki  berat  rehidrasi  yang  lebih  kecil. Kecenderungan  penurunan  berat  rehidrasi  kemungkinan  bukan
disebabkan  karena  sedikitnya  jumlah  air  yang  diserap  oleh  untaian sohun, tetapi karena banyaknya pati yang terlarut sehingga menyebabkan
berkurangnya massa sohun yang dapat menyerap air.
c. Analisis Tekstur Sohun