Penilaian Risiko Pada Kegiatan Spesialisasi

lxxii Setelah perhitungan terhadap tingkat peluang dan pendapatan dilakukan maka dilakukan penyelesaian pengambilan keputusan dengan menggunakan expected return . Expected return yang dihitung berdasarkan jumlah dari nilai yang diharapkan terjadinya peluang dari masing-masing kejadian tertinggi, nomal dan terendah dari komoditas bayam dan kangkung yang pernah terjadi selama proses produksi. Expected return merupakan nilai harapan yang dihasilkan setelah memperhitungkan risiko yang ada. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 . Penilaian Expected Return berdasarkan Produktivitas dan Pendapatan pada Bayam dan Kangkung Komoditas Expected Return Produktivitas kgm 2 Pendapatan Rp Bayam 1,4021 1.755.393 Kangkung 2,1526 930.044 Pihak perusahaan perlu melakukan manajemen perencanaan pada kegiatan produksi untuk meminimalkan tingkat resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan produksi dimulai dari tahap pembibitan hingga pemanenan. Perencanaan produksi yang dilakukan oleh pihak perusahaan diantaranya dengan diversifikasi yaitu portofolio dimana dalam satu luasan lahan ditanam dua jenis komoditi tanaman. Hal ini akan berdampak pada peningkatan produksi dan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Produktivitas bayam dan kangkung pada Parung Farm pada setiap kondisi dapat dilihat dari produktivitasnya yang diperoleh dari data primer. Produktivitas tertinggi, normal dan terendah diperoleh berdasarkan pengalaman selama produksi. Adanya kondisi risiko produksi menyebabkan fluktuasi produktivitas bayam dan kangkung.

6.2 Penilaian Risiko Pada Kegiatan Spesialisasi

Penilaian risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan yang diperoleh komoditas bayam dan kangkung. Penilaian resiko produksi dapat dihitung dengan variance, standar deviation dan coefficient variation . Penilaian risiko produksi berdasarkan produktivitas yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 12. lxxiii Tabel 12 . Penilaian Risiko Produksi berdasarkan Produktivitas pada Bayam dan Kangkung Komoditas Variance Standard Deviation Coefficien Variation Bayam 0,008805 0,09437 0,0673 Kangkung 0,03007 0,1734 0,0805 Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa penilaian risiko berdasarkan produktivitas diperoleh nilai variance berbanding lurus dengan standar deviation. Semakin tingggi nilai variance yang diperoleh maka standard deviation yang diperoleh juga akan tinggi, hal yang sama juga berlaku kebalikannya. Hal ini terlihat pada komoditas kangkung yang memiliki nilai variance tertinggi yaitu sebesar 0.03007 dan juga memiliki nilai standar deviation 0.1734 yang lebih tinggi dari bayam yaitu sebesar 0.09437. Coefiicien variation diukur dari rasio standar deviasi dengan Expected Return. Kangkung memiliki coefiicien variation tertinggi yaitu sebesar 0.03007. Artinya untuk tiap satu satuan yang dihasilkan maka besarnya risiko yang dihadapi adalah 0.03007. Bayam memiliki nilai coefficien variation yang lebih rendah yaitu sebesar 0.0673 yang berarti untuk tiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0.0673. Semakin besar nilai coefiicien variation yang dimiliki maka semakn besar risiko yang dihadapi komoditas tersebut. Berdasarkan informasi yang tersaji dari Tabel 12 diketahui bahwa kangkung memiliki risiko produksi yang lebih tinggi berdasarkan produktivitas dibandingkan dengan usahatani bayam Menurut informasi di lapangan menunjukkan bahwa usahatani kangkung merupakan tanaman yang tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Penyebab umum penurunan produktivitas pada kangung adalah hama dan penyakit. Tanaman ini rentan terhadap penyakit seperti karat putih. Hal ini dikarenakan tanaman ditanam di daerah terbuka sehingga peluang terkena hama dan penyakit cukup besar. Produktivitas tanaman cukup stabil dan jarang mencapai kondisi tertinggi. Pada musim penghujan perusahaan menghadapi risiko tanaman kangkung terserang penyakit akar busuk. Hal ini dikarenakan pasokan air yang terlalu banyak. Akar tanaman bewarna kecoklatan lxxiv dan lembek. Kerusakan pada bagian akar cukup merugikan perusahaan karena akar tanaman merupakan bagian tanaman yang meyakinkan pembeli bahwa tanaman ditanam secara hidroponik. Penilaian risiko produksi juga dapat dilihat dari pendapatan dari tiap komoditi pada tiap periode masa tanam. Pendapatan tersebut bersumber dari hasil pemasaran atau penjualan sayuran bayam dan kangkung. Penilaian risiko produksi berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 . Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan pada Bayam dan Kangkung Komoditas Variance Standard Deviation Coefiicien Variation Bayam 23.263.482.177,57 152.523,71 0,09 Kangkung 642.223.915,18 25.342,33 0.02725 Berdasar Tabel 13 terlihat bahwa penilaian risiko berdasarkan pendapatan diperoleh nilai variance berbanding lurus dengan standar deviation dimana jika nilai variance tinggi maka standar deviation yang diperoleh juga akan lebih tinggi dan sebaliknya. Hal ini terlihat pada nilai variance dan standar deviation yang diperoleh bayam. Kangkung memiliki nilai coeficien variation yang lebih kecil dari pada bayam. Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan expected return . Kangkung memiliki coefficien variation yang lebih rendah dibandingkan bayam yaitu sebesar 0.02725. Artinya untuk tiap satu satuan yang dihasilkan maka besarnya risiko yang dihadapi adalah 0.02725. Semakin besar nilai coefiicien variation yang dimiliki maka semakin besar tingkat risiko yang dihadapi komoditas tersebut. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviation dengan expected return . Nilai coefficien variation menunjukkan bahwa di antara kedua komoditas ternyata kangkung yang mempunyai nilai yang lebih rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap satu rupiah yang dihasilkan ternyata usaha kangkung menghadapi risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan bayam. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa bayam memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan kangkung. Hal ini disebabkan karena lebih tingginya alokasi dana untuk biaya cost yang dikeluarkan untuk produksi bayam. Hal ini lxxv mengingat produksi bayam lebih tinggi dibandingkan ketiga komoditas lainnya yaitu hampir 80 persen dari total produksi dan lahan efektif untuk produksi komoditas sayuran segar yang diusahakan oleh Parung Farm di kebun yang terletak di daerah Parung. Produksi yang lebih tinggi ini membutuhkan alokasi dana yang cukup besar untuk memproduksi ayam misalnya penyediaan input serta pemeliharaannya. Apabila melihat dari karakteristik tanaman sendiri bayam relatif lebih rentan terhadap serangan cuaca dan hama dan penyakit dibandingkan dengan komoditas kangkung. Serangan hama dan penyakit ini berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas sayuran. Perusahaan berusaha menanggulangi dampak daru cuaca dan hama dengan penggunaan greenhouse. Penyakit yang umumnya menyerang tanaman bayam adalah rebah kecambah sementara untuk tanaman kangkung penyakit yang umumnya menyerang adalah busuk akar yang diakibatkan jamur. Penyakit ini biasanya terjadi saat bulan-bulan dimana curah hujan tinggi yang mengakibatkan kelembapan yang tinggi di daerah sekitar penanaman.

6.3 Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Diversifikasi