Perumusan Masalah Analisis Risiko Produksi Bayam dan Kangkung Hidroponik pada Parung Farm Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

xix Seperti usaha lain pada umumnya usaha pertanian bayam dan kangkung memiliki risiko tersendiri pada tiap subsistem. Risiko ini perlu diperhitungkan dalam perencanaan bisnis sehingga perlu adanya identifikasi risiko. Hal ini untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin terjadi dan membuat perencanaan manajemen risiko. Dengan membuat manajemen risiko perusahaan dapat meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi. Beberapa risiko yang terdapat pada usaha pertanian adalah risiko produksi, risiko harga dan risiko pemasaran. Risiko produksi berdampak pada kegagalan panen atau penurunan jumlah panen dari hasil yang diharapkan. Risiko harga mencakup fluktuasi harga jual dan kenaikan harga input produksi. Risiko pemasaran mencakup pada keberhasilan penjualan dan pemasaran hasil produksi ke tangan konsumen. Tabel 3 dan Tabel 4 memperlihatkan bahwa komoditas bayam dan kangkung mengalami fluktuasi jumlah produksi. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa bayam mengalami kenaikan dari tahun 2004 hingga tahun 2006 namun mengalami penurunan pada tahun 2007. Kondisi ini mengisyaratkan adanya risiko produksi pada tanaman bayam dan kangkung. Risiko ini perlu diidentifikasi dan dikaji lebih lanjut. Salah satu perusahaan pertanian yang memproduksi bayam dan kangkung di kabupaten Bogor adalah Parung Farm.

1.2 Perumusan Masalah

Parung Farm merupakan perusahaan pertanian yang menggunakan teknologi hidroponik dan greenhouse dalam menjalankan usahanya. Perusahaan memilih teknologi ini dengan tujuan untuk penurunan biaya produksi, minimalisasi risiko dan optimalisasi produksi. Hidroponik memiliki keunggulan karena memungkinkan bertani tanpa menggunakan lahan tanah, lebih bebas dari hama dan gulma serta produksi tanaman tinggi dari segi kualitas dan kuantitas Prihmantoro Indriani 1998. Ada tiga kelompok sayuran yang diproduksi oleh Parung Farm yaitu selada, non selada dan tomat dengan jumlah total sepuluh varietas tanaman. Walaupun hidroponik merupakan ciri khas dari Parung Farm, perusahaan ini juga memproduksi jenis sayuran lain tanpa menggunakan hidroponik seperti kangkung organik yang ditanam di lahan tanah. xx Tabel 5 . Rata-Rata Produktivitas Sayuran Parung Farm Oktober 2008 No Jenis Sayuran yang Diusahakan Rata-Rata Produktivitas Sayuran kgm 2 packm 2 1. Selada Keriting 1,775 7,10 2. Selada Merah Red Oaklef 1,650 6,60 3. Selada Hijau Green Oaklef 1,570 6,28 4. Caisim 1,750 7,00 5. Bayam Hijau 1,960 7,84 6. Kangkung 1,875 7,50 7. Kailan 1,850 7,40 8. Bayam Merah 0,950 3,80 9. Pak-Choi Hijau 1,860 7,44 10. Pak-Choi Putih 2,000 8,00 Sumber :Parung Farm 2008 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pak-choi putih memiliki rata-rata produktivitas tertinggi dari semua sayuran yang ditanam. Bayam hijau dan kangkung memiliki produktivitas tertinggi setelah pak-choi putih. Penelitian difokuskn pada komoditas bayam hijau dan kangkung. Hal ini dikarenakan selain kedua sayuran ini merupakan produk unggulan Parung Farm juga pak-choi hijau terletak di kebun yang tidak diperkenankan untuk dilakukan penelitian. Parung Farm memiliki tiga kebun yang terletak di daerah Parung, Cisarua dan Sukabumi. Khusus untuk kebun di daerah Parung digunakan untuk menanam bayam hijau dan kangkung. Hal ini dikarenakan faktor cuaca daerah Parung hanya cocok untuk kedua jenis tanaman tersebut. Risiko yang umumnya terjadi pada pertanian adalah risiko hasil produksi, risiko harga atau pasar, risiko institusi, risiko manusia dan risiko keuangan Hartwood et al. Resiko produksi merupakan peluang penurunan hasil produksi xxi dari hasil yang diharapkan atau kegagalan panen. Hal ini akan berpengaruh besar pada penerimaan perusahaan. Tabel 6 . Data Produksi Parung Farm Januari 2009 hingga Desember 2009 dalam ton No. Bulan Komoditi Bayam Kangkung 1. Januari 1,725 0,875 2. Februari 1,875 0,938 3. Maret 2,063 0,900 4. April 2,025 1,050 5. Mei 1,988 1,050 6. Juni 1,875 1.013 7. Juli 1,988 0,975 8. Agustus 2,063 0,975 9. September 1,913 1,088 10 Oktober 1,538 0,750 11. November 1,710 0,863 12. Desember 1,860 0,825 Sumber : Parung Farm, 2010 Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa terjadi fluktuasi jumlah produksi pada bayam dan kangkung. Puncak penurunan pada kedua komoditas terjadi pada bulan Oktober dan terus mengalami penurunan hingga bulan Februari. Pada bulan April hingga Agustus jumlah produksi cukup stabil dan tidak mengalami kenaikan yang cukup berarti. Bayam dan kangkung mengalami kenaikan produksi pada musim kemarau dan mengalami penurunan di musim penghujan dibandingkan bulan-bulan pada musim kemarau. Penurunan yang dialami tidak terus menerus, adakalanya jumlah produksi meningkat seperti pada xxii bulan November dan Desember. Hal ini menandakan Parung Farm memiliki risiko produksi. Risiko ini mengakibatkan fluktuasi pada hasil produksi yang dihasilkan. Faktor yang menyebabkan risiko produksi adalah kondisi cuaca yaitu lama penyinaran dan curah hujan, gangguan hama dan penyakit serta pengalaman dan keahlian pekerja. Bayam merupakan komoditas sayuran yang paling rentan terkena dampak perubahan cuaca. Untuk mengantipasinya perusahaan memutuskan melakukan produksi bayam dalam greenhouse, berbeda dengan kangkung yang ditanam di lahan terbuka. Tanaman bayam merupakan tanaman berdaun lebar yang cukup rentan dengan terpaan hujan. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan struktur daun rusak dan tidak memenuhi standar kualitas. Tanaman bayam dan kangkung juga membutuhkan banyak sinar matahari untuk tumbuh. Kurangnya penyinaran akan menyebabkan tanaman membutuhkan waktu lebih lama hingga umur panen. Pada bulan Oktober hingga bulan Februari merupakan musim penghujan. Curah hujan yang tinggi juga akan menyebabkan media tanam terserang jamur. Salah satu manajemen risiko yang dilakukan perusahaan untuk tanaman bayam adalah penggunaan greenhouse. Penggunaan greenhouse memberikan keuntungan melindungi tanaman dari risiko terpaan hujan dan membantu memperpendek waktu menumbuhkan tanaman. Namun penggunaan greenhouse juga berisiko dalam penyebaran secara cepat penyerangan hama penyakit ke tanaman lain karena lingkungan yang terisolasi. Diversifikasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan perusahaan agribisinis untuk mengurangi risiko usaha. Diversifikasi dapat dilakukan dengan mengusahakan lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang sama. Dengan melakukan diversifikasi pelaku usaha masih memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan jika salah satu komoditi mengalami kegagalan panen atau penurunan produksi secara drastis. Parung farm melakukan diversifikasi dengan menanam bayam dan kangkung pada satu lahan. Selain untuk mengurangi risiko usaha diversifiksi ini juga ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan penerimaan perusahaan. Perencanaan produksi dan distribusi tanaman yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko usaha. xxiii Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitan ini, yaitu : 1. Apa saja resiko produksi yang dihadapi Parung Farm? 2. Berapa besar tingkat risiko yang dihadapi Parung Farm? 3. Bagaimana penerapan manajemen risiko produksi yang dilakukan perusahaan untuk menekan risiko dalam memproduksi bayam dan kangkung?

1.3 Tujuan Penelitian