Pemasaran Sayuran Analisis Risiko Produksi Bayam dan Kangkung Hidroponik pada Parung Farm Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

lxiii Tanaman yang dipanen merupakan tanaman yang memenuhi syarat-syarat kualitas dan penampilan yang diinginkan perusahaan. Kangkung dipanen setelah berumur 26 hari. Luas tanaman kangkung yang dipanen adalah 15 m perhari. Pemanenan dilakukan tiap hari. Hal ini dilakukan untuk mengikuti keinginan pasar, menghemat biaya dan menaikkan pendapatan. Spesifikasi sayuran yang layak panen dan layak jual pada Parung Farm adalah sayuran yang tidak mengalami : g. Tip burn atau terbakar ujung daun. h. Bolting atau batang memanjang. i. Daun bolong atau merombeng. Apabila hanya 1-3 lembar daun yang bolong atau rusak perusahaan tetap mengemas sayuran setelah membuang bagian daun yang rusak. j. Terserang hama penyakit tanaman. k. Tangkai daun patah dan daun menguning. l. Menunjukkan gejala timbul penyakit. e. Pasca Panen Perlakukan pasca panen yang dilakukan perusahaan berbeda pada tanaman bayam dan kangkung. Kangkung dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan sisa kerikil,kotoran dan hewan kecil yang menempel pada tanaman. Kangkung merupakan tanman dengan akar serabut hingga kerikil, kotoran dan hewan kecil lebih menempel pada akar tanaman dibandingkan pada tanaman bayam. Pencucian pada tanaman kangkung mengggunakan air sumur. Tanaman kemudian dikemas dalam ruang pengepakan. Tiap kemasan berisi sayuran seberat 250 gram. 1 kg tanaman pada umumnya berisi 80 tanaman.Perusahaan menetapkan target 125 pack sayuran untuk tanaman kangkung perhari. Sayuran dicuci lagi di ruang pengepakan sebelum dikemas untuk menjamin strelisasi. Sayuran yang telah dikemas lalu disimpan dalam ruang pendingin cold storage bersuhu ruang 5 -8 C sebelum dikirim ke supermarket atau ke outlet. Lama penyimpanan adalah tiga hari pada outlet sedangakan pada ruang penyimpanan Parung Farm tanaman hanya disimpan selama 1 malam.

5.7 Pemasaran Sayuran

lxiv Terdapat tiga kelompok besar tanaman yang ditanam di Parung Farm yaitu selada, non selada dan tomat. Di kebun yang berlokasi di Parung perusahaan hanya menanam bayam dan kangkung sedangkan sayur lainnya ditanam di kebun lain. Sayuran yang termasuk dalam kelompok selada adalah selada keriting, Red Oaklef, Green Oaklef, Lollo Rossa, Romaine, Butterhead, Batavia, Siomax dan Endivee. Sayuran yang termasuk dalam kategori non selada non lettuce adalah Caisim, Bayam Hijau, Kangkung, Petsay, Kailan, Pak-Choi hijau dan Pak-Choi putih. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok tomat adalah Red Unique, Golden Unique, Cluster, Golden Shine, Fortune Unique, Cherry, Recento dan Oblong Beef. Target pasar yang dituju perusahan adalah kalangan menengah ke atas karena segemen tersebut merupakan pembeli potensial. Sistem penjualan yang dilakukan perusahaan adalah kontrak dengan pembelian putus. Perusahaan mengirimkan sayuran pada konsumen. Konsumen kemudian melakukan sortir sayuran. Apabila konsumen tidak puas maka sisa sayuran yang tidak lolos uji dapat diretur dikembalikan ke perusahaan. Sistem pembelian putus berarti konsumen membeli langsung semua sayuran yang lolos uji dan tidak berhak mengembalikan sayuran yang tidak laku dijual. Konsumen yang dimiliki Parung Farm adalah Giant dan Carefour di Pulau Jawa serta Kafe dan Restaurant. Perusahan mengirimkan sayuran ke supermarket atau ke outlet yang disediakan. Perusahaan berencana melakukan ekspor ke Singapura pada tahun 2012. Strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan : 1. Menggunakan label usaha pada kemasan sehingga konsumen akan mengetahui peruahaan yang memproduksinya. 2. Membuat website situs perusahaan di Internet sehingga semua orang baik di dalam dan di luar negeri dapat mengetahui eberadaan perusahaan, mengetahui produk yang ditawarkan dan segala macam informasi actual mengenai perusahaan. 3. Mengikuti berbagai macam pameran dengan maksud untuk memperkenalkan sekaligus memasyaratkan produk sayuran hidroponik. 4. Menyebarkan brosur Kepada konsumen dengan harapan masyarakat akan lebih mengerti mengenai pembudidayaan hidroponik. lxv

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

lxvi Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. Risiko produksi dapat berupa penurunan hasil dari yang diharapkan bahkan kegagalan panen. Setiap usaha memiliki risiko produksi dalam kadar yang berbeda tergantung dari manajemen resiko yang diterapkan perusahaan. Parung Farm sebagai salah satu perusahan yang bergerak dalam usaha pertanian hidroponik juga memiliki risiko produksi dalam usahanya. Beberapa risiko yang umumnya dihadapi oleh usaha pertanian adalah risiko produksi, risiko pemasaran dan risiko harga. Perusahaan mengadakan kerjasama dengan pihak supplier dan konsumen produk sebagai salah satu manajemen risiko harga dan pemasaran. Dengan adanya kerjasama penambahan biaya produksi akibat kenaikan harga input cukup dapat dihindari. Adanya kerjasama dengan pembeli menjamin tersedianya pasar untuk produk yang dihasilkan dan harga jual yang cukup layak. Yang dibahas dalam penelitian ini difokuskan pada dua komoditas yang diusahakan oleh Parung Farm yaitu bayam dan kangkung. Risiko produksi yang dialami oleh Parung Farm sebagian besar diakibatkan oleh cuaca dan hama penyakit. Risiko produksi ini mengakibatkan hasil produksi menurun yang akan berdampak pada penurunan penerimaan. Adanya risiko produksi ini ditunjukkan dengan fluktuasi atau variasi hasil produksi. Tabel 9 . Produktivitas Bayam di Parung Farm pada Bulan Oktober hingga Desember 2010 Bulan Produktivitas kgm 2 Kangkung Hidroponik Kangkung non Hidroponik Oktober 2,0081 1,4677 November 2,0911 1,5332 Desember 2,3522 1,6001 Penggunaan metode hidroponik dan greenhouse merupakan salah satu manajemen risiko yang diterapkan perusahaan dengan perubahan teknologi. Dengan adanya peningkatan ini perusahaan berharap mampu mendapatkan tambahan produksi dengan penggunaan input yang lebih kecil. Dari Tabel 9 dapat lxvii dilihat bahwa penggunaan metode hidroponik pada Parung Farm mampu meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan hidroponik menurunkan serangan hama dan penyakit karena sebagian besar hama bersumber dari tanah. Tehnik pengairan pada hidroponik dimana akar langsung terkena larutan pupuk membantu pertumbuhan tanaman. Greenhouse yang digunakan oleh Parung Farm merupakan greenhouse sederhana. Bangunan tidak memiliki pengatur suhu atau alat pengatur lainnya yang memungkinkan isolasi total dengan lingkungan lain. Hal ini menjadikan perubahan cuaca masih menjadi sumber risiko terbesar di Parung Farm. Perusahaan tidak merasa perlu untuk melakukan konstruksi ulang atau menambah teknologi pada greenhouse yang dimiliki. Hal ini karena menurut manajemen perusahaan biaya pembangunan dan pemeliharaan yang dikeluarkan setelah renovasi ulang akan berjumlah lumayan besar dan tidak seimbang dengan hasil yang dikeluarkan. Perusahaan juga mempertimbangkan harga jual produk apabila dilakukan penambahan teknologi lebih lanjut. Penentuan risiko produksi pada komoditas bayam dan kangkung dilakukan dengan penilaian varians, standar deviasi dan koefisien variasi yang diperoleh dari hasil peluang terjadinya suatu kejadian. Peluang terjadinya suatu kejadian dapat dilihat dari kondisi tertinggi, normal dan terendah dari rata-rata produktivitas yang dihasilkan oleh masing-masing komoditas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-Rata Produktivitas dan Pendapatan Perusahan dalam Memperoleh Produktivitas Tertinggi, Normal dan Terendah Pada Bayam dan Kangkung Komoditas Kondisi Peluang Produktivitas kgm 2 Pendapatan Rp. Bayam Tertinggi 0,2018 1,5287 1.958.024 Normal 0,5573 1,4217 1.787.422 Terendah 0,2404 1,2520 1.858.024 Kangkung Tertinggi 0,3087 2,4102 854.841 Normal 0,6584 2,0398 917.815 Terendah 0,0327 1,9694 964.112 Dari Tabel 10 dapat dilihat besarnya peluang dan pendapatan yang diterima oleh perusahaan selama kegiatan produktivitas berlangsung. Kangkung lxviii memiliki potensi produktivitas sebesar 20-35 tonha. 10 Sedangkan tanaman bayam memiliki rata-rata produktivitas di Indonesia sebesar 22,63 kuintal per hektar 11 . Peluang tertinggi, terendah dan normal dihitung berdasar frekuensi berapa kali kejadian tersebut terjadi selama produksi berlangsung. Peluang perusahaan untuk mendapatkan produktivitas tertinggi, terendah dan normal dengan melihat periode waktu selama proses produksi berlangsung dapat diamati dari produktivitas dan pendapatan yang berubah-ubah. Adanya fluktusi pada penerimaan pendapatan dan produksi menunjukkan bahwa terdapat risiko produksi pada kegitan produktivitas bayam dan kangkung. Produktivitas dan range pendapatan yang dicapai kedua tanaman cukup berbeda. Komoditas bayam mencapai produktivitas 1,2520 kgm 2 hingga 1,5287 kgm 2 dan kangkung 1,9694 kgm 2 hingga 2,4102 kgm 2 . Sedangkan range pendapatan pada masing-masing komoditas adalah Rp.1893.000 hingga Rp.2.366.392 pada bayam dan Rp.1.063.500 hingga Rp.1.310.298 pada komoditas kangkung. Produktivitas tertinggi merupakan tingkat produksi tertinggi yang pernah dicapai perusahaan selama produksi berlangsung. Sedangkan tingkat produktivitas terendah adalah tingkat produksi terendah yang pernah dicapai perusahaan selama produksi berlangsung. Produktivitas dan pendapatan normal yang dimaksud adalah produktivitas dan pendapatan yang sering dicapai perusahaan selama proses produksi berlangsung. Produktivitas yang diharapkan dan ingin dicapai oleh perusahaan adalah produktivitas tertinggi karena akan berdampak langsung pada pendapatan yang diterima perusahaan. Untuk mencapai hal ini perusahaan perlu meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya produksi.

6.1 Sumber Risiko