Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Diversifikasi

lxxv mengingat produksi bayam lebih tinggi dibandingkan ketiga komoditas lainnya yaitu hampir 80 persen dari total produksi dan lahan efektif untuk produksi komoditas sayuran segar yang diusahakan oleh Parung Farm di kebun yang terletak di daerah Parung. Produksi yang lebih tinggi ini membutuhkan alokasi dana yang cukup besar untuk memproduksi ayam misalnya penyediaan input serta pemeliharaannya. Apabila melihat dari karakteristik tanaman sendiri bayam relatif lebih rentan terhadap serangan cuaca dan hama dan penyakit dibandingkan dengan komoditas kangkung. Serangan hama dan penyakit ini berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas sayuran. Perusahaan berusaha menanggulangi dampak daru cuaca dan hama dengan penggunaan greenhouse. Penyakit yang umumnya menyerang tanaman bayam adalah rebah kecambah sementara untuk tanaman kangkung penyakit yang umumnya menyerang adalah busuk akar yang diakibatkan jamur. Penyakit ini biasanya terjadi saat bulan-bulan dimana curah hujan tinggi yang mengakibatkan kelembapan yang tinggi di daerah sekitar penanaman.

6.3 Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Diversifikasi

Risiko produksi yang dijelaskan pada awal pembahasan merupakan risiko yang dihadapi perusahaan untuk tiap komoditi yang diproduksi perusahaan. Dalam pengusahaannya Parung Farm melakukan diversifikasi antara tanaman bayam dan kangkung. Diversifikasi yang dilakukan tidak memerlukan penambahan biaya untuk pembelian peralatan pertanian karena peralatan yang dibutuhkan pada kedua tanaman sama. Tabel. 14 . Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas pada Bayam dan Kangkung di Parung Farm Komoditi Variance Standard Deviation Coefficient Variation Portofolio 0,012122 0,110102 0,07084 Bayam 0,008805 0,09437 0,0673 Kangkung 0,03007 0,1734 0,0805 Pada Tabel 14 dapat dilihat perbandingan risiko produksi berdasarkan produktivitas yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan bayam dan kangkung lxxvi dan portofolionya. Nilai coefficient variation menunjukkan bahwa untuk tiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio komoditas bayam dan kangkung lebih rendah dari kangkung dan lebih tinggi dari bayam. Tabel 15 . Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan pada Bayam dan Kangkung di Parung Farm Komoditas Variance Standard Deviation Koefisien Variasi Portofolio 16.063.173.577,30 126.740,58 0,07990 Bayam 23.263.482.177,57 152.523,71 0,09000 Kangkung 642.223.915,18 25.342,33 0.02725 Pada Tabel 15 dapat dilihat perbandingan risiko produksi berdasarkan pendapatan yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan bayam dan kangkung dan portofolionya. Nilai coefficient variation menunjukkan bahwa untuk tiap nilai pendapatan yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio komoditas bayam dan kangkung berhasil mendapatkan nilai risiko yang lebih rendah dari spesialisasi kangkung. Pada Tabel 16 dapat dilihat variasi portofolio untuk komoditas bayam dan kangkung. Dasar proprsi dari portofolio ini adalah proporsi alokasi pengguanaan lahan. Hasil perhitungan nilai risiko terkecil diperoleh pada fraksi bayam 20 persen dan kangkung 80 persen. Tabel 16 . Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan pada Bayam dan Kangkung di Parung Farm denagan Berbagai Skenario Komoditas Variance Standard Deviasi Koefisien Variasi BY 20 KK 80 2.578.466.974,14 50.778,61 0,0464 BY 25 KK75 3.264.714.035,25 57.137,68 0.0503 BY 35 KK65 4.879.834.713,11 69.855,81 0,0573 BY 45 KK55 6.818.457.465,16 82.573,95 0,0634 BY 50 KK50 7.909.082.119,01 88.933,02 0,0662 Keterangan BY : Bayam KK : Kangkung Berdasarkan informasi di lapangan tanaman bayam merupakan usahatani yang cukup rentan terhadap perubahan cuaca dan hama penyakit. Pada saat musim penghujan produktivitas tanaman menurun tajam. Hal ini dikarenakan tanaman tidak mendapatkan cukup sinar matahari untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan tanaman untuk mengangkut zat hara dari akar ke tubuh tanaman. Pada lxxvii akhirnya hal ini berakibat pada bobot akhir pohon bayam. Pada musim kemarau perusahaan mengalami puncak produksi untuk usahatani bayam. Hal ini dikarenakan tanaman mendapat cukup sinar matahari. Pada tahun beberapa tahun terakhir tanaman bayam sulit mencapai produktivitas tertinggi seperti pada tahun- tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan perubahan cuaca. Walaupun memiliki peluang penurunan produktivias yang cukup tinggi bayam juga mampu mencapai produkivitas tinggi pada musim kemarau. Hal ini menurunkan peluang kerugian yang dialami perusahaan. Tanaman kangkung jarang mengalami penurunan produksi hingga produktivitasnya cukup stabil walaupun jarang mencapai produktivitas tinggi. Portofolio yang dilakukan perusahaan berhasil menurunkan tingkat risiko pendapatan yang dialami bayam. Walaupun portofolio tidak berhasil untuk menghasilkan tingkat risiko yang lebih kecil dari kegiatan spesialisasi perusahaan memilih untuk menjalankan diversifikasi dalam kegiatan usahanya. Hal ini dikarenakan selain permintaan pasar untuk bayam dan kangkung cukup baik, juga sebagai antisipasi risiko kerugian jika salah satu tanaman gagal panen. Bayam merupakan tanaman yang cukup berisiko tinggi karena sebagian besar menggunakan tehnik aeroponik dalam proses penananaman. Aeroponik adalah metode hidroponik yang menggunakan udara sebagai media tanam. Tehnik ini memiliki keunggulan menghasilkan produktivitas tanaman yang cukup tinggi karena tanaman mendapatkan lebih banyak oksigen dibandingkan dengan tehnik hidroponik lainnya. Oksigen diperlukan tanaman untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk mendistribusikan bahan makanan. Kelemahan dari metode ini adalah besarnya biaya yang dibutuhkan serta ketergantungan tanaman pada peralatan yang digunakan. Pengairan pada aeroponik dilakukan selama 24 jam dan apabila mesin mati minimal selama 20 menit maka perusahaan mengalami gagal panen untuk sebagian besar komoditas bayam. Untuk mengantisipasinya perusahaan menanam kangkung yang yang memiliki dampak risiko yang lebih kecil saat peralatan gagal berjalan. Parung Farm merupakan perusahaan pertanian yang menggunakan metode hidroponik. Penggunaan hidroponik selain untuk meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya produksi, meningkatkan nilai jual juga diharapkan dapat lxxviii menurunkan peluang terjadinya risiko. Hidroponik dengan disertai greenhouse yang digunakan perusahaan terbukti dapat menghasilkan nilai varians yang cukup kecil yaitu berkisar antara 0.008805 hingga 0.03007 untuk produktivitas tanaman. Kecilnya nilai ini disebabkan perusahaan menggunakan teknologi yang dikuasai oleh para pekerja, pengawasan controlling secara berkala, evaluasi kinerja perusahaan secara berkala tiap bulannya dan inovasi serta pengembangan ide baru yang bersumber dari pegawai perusahaan dan mahasiswa yang melakukan penelitian. Sumber risiko terbesar yang dialami perusahaan adalah cuaca. Manajemen risiko yang dilakukan adalah mengadakan controlling pada lahan produksi dan menambah jumlah semaian bibit untuk antisipasi pada bulan- bulan hujan. Manajemen perusahaan tidak membuat manajemen risiko yang lebih jauh seperti peningkatan kualitas bangunan greenhouse, walaupun greeenhouse yang lebih baik dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan risiko lebih jauh, karena perusahaan beranggapan biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan greenhouse tidak sebanding dengan keuntungan yang akan didapat perusahaan. Selain itu penambahan biaya produksi akan berakibat pada peningkatan harga jual produk. Peningkatan biaya dapat mengakibatkan menurunnya daya saing perusahaan dan perusahaan kehilangan pasar. Karena itu perusahaan menganggap cukup dengan manajemen risiko yang dilakukan saat ini.

6.4 Pemetaan Risiko