Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN

1. usaha peternakan sapi perah rakyat yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang memiliki sapi perah kurang dari 10 ekor sapi laktasi dewasa atau memiliki jumlah keseluruhan kurang dari 20 ekor sapi perah campuran. 2. Perusahaan peternakan sapi perah, yaitu usahaternak sapi perah untuk tujuan komersil dengan produksi utama susu sapi, yang memiliki lebih dari 10 ekor sapi laktasi dewasa atau memiliki jumlah keseluruhan lebih dari 20 ekor sapi perah campuran Pradana 2009. Suratiyah 2008 menjelaskan bahwa usahaternak dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu: 1 Usaha yang bersifat tradisional, yaitu peternakan kecil yang mempunyai 1- 2 ekor ternak ruminansia besar, kecil, bahkan ayam kampung. Usaha ini hanya bersifat sambilan dan untuk saving saja. 2 Usaha backyard, yaitu peternakan ayam ras, sapi perah, ikan. Tujuan usaha selain memenuhi kebutuhan juga untuk dijual, oleh karena itu memakai input teknologi, manajemen, dan pakan yang rasional. Dalam perkembangannya ditunjang dengan sistem PIR Perusahaan Inti rakyat. 3 Usaha komersial, yaitu peternak yang telah benar-benar menerapkan prinsip-prinsip ekonomi, profit oriented, dan efisiensi. Usaha ini meliputi pembibitan, usaha pakan ternak, usaha penggemukan, dan lain-lain. Usahaternak sapi perah merupakan usaha yang menguntungkan dibandingkan dengan usahaternak yang lain. Beberapa keuntungan usahaternak sapi perah menurut Nurlina et.al 2011 adalah : a Peternakan sapi perah termasuk usaha yang tetap, karena fluktuasi harga, produksi dan konsumsi tidak begitu tajam. Produksi susu dalam suatu peternakan sapi perah tidak banyak bervariasi dari tahun ke tahun dibandingkan dengan hasil pertanian lainnya. b Sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori. Persentase efisiensi sapi perah mengubah pakan menjadi protein sebesar 33.6 dan kalori sebesar 25.8. Parameter lain bahwa sapi perah lebih efisien dari sapi pedaging adalah produksi susu yang dihasilkan oleh sapi perah rata-rata 4 500 liter per tahun yang menyediakan zat-zat makanan bagi manusia, hal ini setara dengan protein dan kalori dari 2 ekor sapi pedaging yang beratnya masing-masing 500 kg. c Memiliki jaminan pendapatan yang tetap. Petani penghasil palawija dan sayur mayur mendapatkan hasil secara musiman, peternakan sapi pedaging mendapatkan hasil setahun sekali, sedangkan peternakan sapi perah memperoleh pendapatan dua minggu sekali atau sebulan sekali secara tetap sepanjang tahun. d Penggunaan tenaga kerja yang tetap dan tidak musiman. Usaha peternakan sapi perah menggunakan tenaga kerja secara terus menerus sepanjang tahun, tidak ada waktu menganggur sehingga dapat memilih pekerja yang baik dan mengurangi pengangguran serta menambah pendapatan seseorang. e Pakan yang relatif murah dan mudah didapat karena sapi perah dapat menggunakan berbagai jenis hijauan yang tersedia atau sisa-sisa hasil pertanian, misalnya rumput, dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas bir dan ampas kecap. f Kesuburan tanah dapat dipertahankan. Dengan memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk maka fertilisasi dan kondisi fisik tanah dapat dipertahankan. Pupuk kandang sapi perah lebih baik nilainya daripada pupuk kandang sapi potong karena pakan utama sapi perah banyak menggunakan pakan hijauan.

2.2 Limbah Peternakan

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan lain-lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair, seperti feses, urin, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lainnya. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak sapi perah menghasilkan 2 kg limbah padat feses Sihombing 2000. Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas ataupun sisa pakan Soehadji 1992. Limbah padat merupakan semua limbah yang