ternak, lama usahaternak, dan jumlah ternak. Perbedaan dalam tiap karakteristik tersebut dapat memengaruhi hasil peternak dalam proses budidaya ternak sapi
perah. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Karakteristik Responden di Kampung Areng
Karakteristik Responden Jumlah
Total Biogas
Non biogas 1.
Jenis kelamin a.
Laki-laki 30
22 52
b. Perempuan
1 5
6 2.
Usia tahun a.
35 6
13 19
b. 35-45
14 7
21 c.
46-55 10
5 15
d. 56-65
1 2
3 3.
Tingkat pendidikan a.
Tidak lulus SD 8
4 12
b. SD
21 19
40 c.
SMP 1
1 d.
SMA 1
3 4
e. PT
1 1
4. Status kepemilikan sapi
a. Milik sendiri
22 20
42 b.
Gabunganmaro 3
3 6
c. Milik sendiri dan
gabungan maro 6
4 10
5. Lama usahaternak tahun
a. 10
7 14
21 b.
10-20 21
10 31
c. 21-30
3 3
6 6.
Jumlah ternak ekor a.
1-3 11
21 32
b. 4-6
17 6
23 c.
7-9 3
3
Sumber : Laporan Profil Desa Cibodas 2013
5.2.1 Jenis kelamin
Berdasarkan tabel di atas, persentase jumlah responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 89.66 sedangkan perempuan hanya 10.34, artinya secara
perbandingan tingkat persentase jumlah responden laki-laki sembilan kali lipat lebih banyak dari perempuan. Perbedaan jumlah responden laki-laki dan
perempuan yang cukup besar ini menunjukkan bahwa usahaternak sapi perah merupakan usaha yang cukup berat jika hanya dijalankan oleh perempuan. Hal ini
dapat terlihat dari kegiatan yang dilakukan pada usahaternak sapi perah yang meliputi pencarian pakan ke hutan dengan menempuh jarak yang cukup jauh,
kemudian memikul rumput yang berat pikulannya sekitar 15-20 kg. Dengan kegiatan yang cukup berat tersebut, maka tidak heran jika mayoritas responden
pada usahaternak sapi perah tipe I adalah laki-laki. 5.2.2
Usia
Responden memiliki tingkat usia yang bervariasi yaitu dari usia 20 hingga 60 tahun. Menurut Soegiharto 2004 menyatakan bahwa umur petanipeternak
digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu petanipeternak taruna yang berusia 15-25 tahun, petanipeternak muda yang berusia 25-44 tahun dan petanipeternak dewasa
yang berusia di atas 45 tahun. Mayoritas responden berada pada kisaran usia 35- 45 tahun sebesar 36.21 sehingga tergolong peternak muda, sedangkan
persentase paling sedikit yaitu 5.17 pada usia di atas 56 tahun. Data tersebut menunjukkan meskipun usahaternak sapi perah merupakan jenis usaha yang
cukup berat namun masih dapat dijalankan oleh usia yang non produktif. Selain itu, jumlah responden usia produktif usia kurang dari 35 tahun yang cukup
banyak yaitu sebesar 32.76 menunjukkan bahwa usahaternak sapi perah masih diminati oleh kaum muda yang biasanya lebih memilih untuk mencari pekerjaan
di perkotaan.
5.2.3 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan responden akan memengaruhi tingkat adopsi teknologi baru. Tingkat pendidikan responden di Kampung Areng cukup beragam namun
masih tergolong rendah karena sebagian besar responden yaitu sekitar 68.97 adalah lulusan sekolah dasar SD, bahkan 20.69 tidak lulus SD. Terdapat satu
responden yang lulus hingga perguruan tinggi, itupun dengan alasan tuntutan di tempat pekerjaan utamanya.
Pada umumnya tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan tingkat adaptasi yang lebih lambat terhadap teknologi dan mengalami kesulitan dalam
memahami informasi, baik dalam proses budidaya maupun perlakuan terhadap limbah ternak yang dihasilkan. Menurut Mosher 1987 tingkat pendidikan
memiliki peran penting dalam memahami penggunaan teknologi untuk dapat meningkatkan produktivitas usaha pertanian atau peternakan, karena dengan
semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan lebih mudah memahami dan menerapkan teknologi baru. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Sutawi 2007