menyediakan zat-zat makanan bagi manusia, hal ini setara dengan protein dan kalori dari 2 ekor sapi pedaging yang beratnya masing-masing 500 kg.
c Memiliki jaminan pendapatan yang tetap. Petani penghasil palawija dan
sayur mayur mendapatkan hasil secara musiman, peternakan sapi pedaging mendapatkan hasil setahun sekali, sedangkan peternakan sapi perah
memperoleh pendapatan dua minggu sekali atau sebulan sekali secara tetap sepanjang tahun.
d Penggunaan tenaga kerja yang tetap dan tidak musiman. Usaha peternakan
sapi perah menggunakan tenaga kerja secara terus menerus sepanjang tahun, tidak ada waktu menganggur sehingga dapat memilih pekerja yang
baik dan mengurangi pengangguran serta menambah pendapatan seseorang.
e Pakan yang relatif murah dan mudah didapat karena sapi perah dapat
menggunakan berbagai jenis hijauan yang tersedia atau sisa-sisa hasil pertanian, misalnya rumput, dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah,
ampas tahu, ampas bir dan ampas kecap. f
Kesuburan tanah dapat dipertahankan. Dengan memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk maka fertilisasi dan kondisi fisik tanah dapat dipertahankan.
Pupuk kandang sapi perah lebih baik nilainya daripada pupuk kandang sapi potong karena pakan utama sapi perah banyak menggunakan pakan
hijauan.
2.2 Limbah Peternakan
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk
ternak, dan lain-lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair, seperti feses, urin, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,
tulang, tanduk, isi rumen, dan lainnya. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak sapi perah menghasilkan 2 kg limbah padat feses Sihombing
2000. Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari
suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas ataupun sisa pakan Soehadji 1992. Limbah padat merupakan semua limbah yang
berbentuk padatan atau dalam fase padat kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak. Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk
cairan atau berada dalam fase cair air seni, air pencucian alat-alat, sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas.
2.3 Pemanfaatan Limbah Peternakan untuk Biogas
Menurut Wahyuni 2009, biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai
secara alami dalam kondisi anaerob. Pada umumnya biogas terdiri atas gas metana CH
4
50-70, gas karbon dioksida CO
2
30-40, hidrogen H
2
5-10, dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit. Temperatur ideal proses fermentasi
untuk pembentukan biogas berkisar 30 C. Biogas memliki berat 20 lebih ringan
dibandingkan dengan udara dan memiliki nilai panas pembakaran antara 4 800 –
6 200 kkalm
3
. Nilai ini sedikit lebih rendah dari nilai pembakaran gas metana murni yang mencapai 8 900 kkalm
3
.
Haryati 2006 menjelaskan bahwa proses pencernaan anaerob merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu pemecahan bahan organik oleh aktivasi bakteri
metanogenik dan bakteri asidogenetik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik sepeti kotoran
binatang, manusia, dan sampah organik rumah tangga. Biogas merupakan salah satu teknik tepat guna untuk mengolah limbah
peternakan, pertanian, limbah industri, dan rumah tangga untuk menghasilkan energi. Teknologi ini memanfaatkan mikroorganisme yang tersedia di alam untuk
merombak dan mengolah berbagai limbah organik yang ditempatkan pada ruang kedap udara anaerob. Hasil pengolahan limbah tersebut berupa biogas dan
pupuk organik, baik pupuk padat maupun cair yang bermutu baik. Pemanfaatan biogas untuk energi contohnya sebagai pengganti bahan
bakar, khususnya minyak tanah untuk kebutuhan rumah tangga seperti memasak. Pemanfaatan biogas merupakan salah satu sumber energi alternatif ramah
lingkungan yang cocok dan strategis untuk dikembangkan. Nilai kesetaraan biogas dengan bahan bakar lain dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3 Nilai Kesetaraan Biogas Dibandingkan dengan Bahan Bakar Lain
Biogas Bahan Bakar Lain
1 m
3
Elpiji 0.46 kg Minyak tanah 0.62 liter
Minyak solar 0.52 liter Bensin 0.8 liter
Gas kota 1.50 m
3
Sumber: Wahyuni 2009
Pengolahan limbah kotoran sapi menjadi biogas memberikan manfaat, di antaranya Wahyuni 2009:
1. Membantu menurunkan emisi gas rumah kaca yang bermanfaat dalam
memperlambat laju pemanasan global. 2.
Menghemat pengeluaran masyarakat, dengan memanfaatkan biogas sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah atau kayu bakar untuk
memasak dan dapat digunakan sebagai pembangkit listrik. 3.
Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan dihasilkannya pupuk organik yang berkualitas atau dapat menghemat biaya pembelian pupuk
bagi yang memerlukannya. 4.
Pemakaian kayu dan minyak tanah akan berkurang. 5.
Mewujudkan lingkungan yang bersih karena dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
6. membuka lapangan kerja baru.
2.4 Pemanfaatan untuk Pupuk Organik
Pembuatan bio gas akan menghasilkan dua macam produk, yaitu produk utama berupa gas dan produk sampingan berupa lumpur bahan organik. Lumpur
ini terdiri dari dua bagian, yaitu padatan dan cairan. Bagian yang padat dijadikan kompos setelah dikeringkan beberapa hari, sedangkan yang bagian cair dijadikan
pupuk organik cair. Menurut Rahayu et.al 2009, pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian tanaman
sayuran karena pada kotoran ternak terkandung unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo yang dibutuhkan oleh
tanaman. Bahan baku pupuk organik sangat mudah diperoleh karena memanfaatkan
sampah atau limbah organik. Bahan bakunya bisa berupa dedaunan, jerami,