Tingkat pendidikan Karakteristik Responden

5.2.6 Jumlah ternak

Mayoritas responden memiliki ternak dengan jumlah 1-3 ekor yaitu sebanyak 55.17. Kepemilikan jumlah ternak responden yang kurang dari 10 ekor menunjukkan bahwa jenis usaha yang dijalankan oleh responden merupakan jenis usahaternak rakyat. Jumlah populasi sapi perah di kelompok ini mengalami peningkatan dengan adanya bantuan sapi perah dari pemerintah yang berjumlah 25 ekor sapi laktasi siap kawin, dimana sapi tersebut merupakan sapi bergulir. Jika sapi tersebut menghasilkan pedet betina maka pedet tersebut harus diberikan kepada peternak lain yang belum mendapatkan bantuan dengan cara pengocokan, sedangkan jika sapi yang dilahirkan adalah pedet jantan maka sapi tersebut dipelihara dan tidak boleh dijual. Saat ini sudah terdapat 5 sapi yang siap digulirkan kepada peternak lain.

5.3 Kondisi Usahaternak Sapi Perah di Kampung Areng

Usahaternak sapi perah di Kampung Areng merupakan usahaternak sapi perah rakyat dengan kepemilikan sapi kurang dari 10 ekor per peternak. Di Kampung Areng terdapat dua kelompok ternak yaitu Kelompok Ternak Bakti Saluyu dan Kelompok Ternak Mekar Saluyu. Kelompok Ternak Mekar Saluyu merupakan hasil pemekaran dari Kelompok Ternak Bakti Saluyu. Kelompok Ternak Bakti Saluyu berdiri pada tahun 1999, kemudian pada tahun 2004 dilakukan pemekaran dikarenakan jumlah anggota yang terlalu banyak sehingga dibentuklah Kelompok Ternak Mekar Saluyu. Saat ini jumlah anggota di Kelompok Ternak Mekar Saluyu berjumlah 64 orang dengan kepemilikan sapi rata-rata sebanyak 3 ekor per peternak, sedangkan Kelompok Ternak Bakti Saluyu berjumlah 33 orang anggota dengan rata-rata kepemilikan sapi sebanyak 4 ekor per peternak. Untuk mencukupi kebutuhan pakan hijauanrumput hewan ternaknya, peternak menanam sendiri rumput di lahan miliknya sendiri atau di lahan milik Perhutani yang bekerja sama dengan KPSBU Koperasi peternak Susu Bandung Utara, karena mayoritas peternak di Kampung Areng merupakan anggota KPSBU.

5.4 Perkembangan Biogas di Kampung Areng

Pada awalnya bantuan biogas yang diberikan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Barat berupa instalasi biogas yang terbuat dari plastik, namun tidak berkembang dikarenakan daya tahannya yang rendah dan cepat rusak sehingga masyarakat tidak tertarik untuk menggunakannya. Pada tahun 2009, Hivos dan SNV Stichting Nederlandse Vrijwilligers yang merintis Program Biogas Rumah BIRU bekerja sama dengan KPSBU menawarkan kredit instalasi biogas dengan reaktor jenis kubah fixed dome berukuran 6 m 3 dengan harga Rp 6 200 000. Harga instalasi biogas tersebut mendapatkan subsidi sebesar Rp 2 000 000 sehingga biaya yang dibayar peternak sebesar Rp 4 200 000. Hivos Humanist Institute for Cooperation in full atau dalam Bahasa Belanda : Humanistisch Instituut voor Ontwikkelingssamenwerking adalah organisasi Belanda untuk pembangunan. Hivos memberikan dukungan finansial kepada organisasi di Afrika, Amerika Latin dan Asia, memberikan advokasi dan mendukung berbagi pengetahuan khususnya di bidang perubahan sosial, aktivisme digital dan inovasi pedesaan. Pada akhir tahun 2011, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan bantuan instalasi biogas berukuran 4 m 3 dengan jenis reaktor yang sama. Pemanfaatan biogas di Kampung Areng pada umumnya hanya digunakan untuk gas kompor, sedangkan ampasnya digunakan untuk pupuk organik dan media cacing tanah. Pupuk organik yang sudah dikeringkan dapat digunakan sendiri oleh peternak untuk memupuk kebun rumput dan lahan pertaniannya atau dijual kepada pengumpul atau petani lain dengan harga Rp 8 000 per karung. Ampas biogas juga dapat dijadikan pupuk dengan media cacing tanah. Harga jual pupuk dengan media ini dijual dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp 15 000 per karung, karena teksturnya yang lebih halus dibandingkan pupuk organik biasa. Sampai saat ini, hampir semua responden hanya memanfaatkan biogas untuk gas kompor, sedangkan pemanfaatan biogas untuk penerangan masih sangat sedikit dan belum meluas. Berdasarkan hasil wawancara dan survei langsung kepada responden, hanya 2 orang yang menggunakan biogas sebagai penerangan itupun sebagai penerangan cadangan apabila mati lampu dan belum bisa menggantikan listrik dari PLN.

5.5 Proses Pembuatan Biogas

Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester yang berfungsi untuk menampung gas metana hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis