I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian sejak dahulu telah memberikan peranan yang besar dalam upaya pembangunan di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik 2012
memperlihatkan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan distribusi sebesar 14,7 persen merupakan sektor kedua terbesar dalam
menyumbang Produk Domestik Bruto PDB. Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru
khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2009 Badan Pusat Statistik mencatat bahwa subsektor peternakan
menyumbang Rp 36.743,6 Milyar 12,4 persen dari jumlah total PDB sektor pertanian secara nasional. Permintaan terhadap komoditi peternakan sebagai
sumber protein hewani diperkirakan akan semakin meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran akan gizi masyarakat.
Salah satu diantara hasil komoditi peternakan yang telah dikenal luas adalah susu. Susu merupakan komoditas penting dan strategis. Dari aspek
kandungan nilai gizi, susu dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi masyarakat dan mencegah terjadinya lost generation generasi yang penuh dengan keterbatasan,
seperti kualitas individu yang rendah, baik ditinjau dari segi kesehatan, kecerdasan dan kemampuan berpikir, maupun mental. Susu juga memiliki nilai
ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai penyedia lapangan kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2009.
Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya konsumsi susu dari
10 literkapitatahun pada tahun 2009 menjadi 11,84 literkapitatahun pada tahun 2010.
1
Pada tahun 2011 diperkirakan konsumsi tersebut tumbuh menjadi 14 liter per kapita. Konsumsi tersebut masih lebih rendah dibandingkan negara lain di
sekitar Indonesia dimana konsumsi susu di Thailand, Malaysia dan Singapura rata-rata mencapai 30 literkapitatahun, sedangkan negara-negara Eropa
mencapai 100 literkapitatahun.
2
1
http:health.kompas.comread2011042303472412Konsumsi.Susu.Cair.di.Indonesia. Rendah. [26 Mei 2011]
2
http:ariefdaryanto.wordpress.com20070923persusuan-indonesia-kondisi-permasalahan- dan-arah-kebijakan. [3 Mei 2011]
2 Kondisi produksi susu segar Indonesia sebagian besar 91 dihasilkan
oleh usaha rakyat dengan skala usaha 1-3 ekor sapi perah setiap peternak. Produksi susu dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, tetapi produksi
susu nasional belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2009. Perkembangan
produksi susu Indonesia dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1.
Perkembangan Produksi Susu Indonesia Tahun 2005 - 2009
Tahun Produksi ton
2005 535,962
2006 616,549
2007 567,683
2008 646,953
2009 679,331
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan 2011
Menurut menteri pertanian suswono, realisasi produksi susu nasional tahun 2010 mencapai 690.000 ton.
3
Produktivitas susu nasional tersebut belum bisa mengimbangi kebutuhan susu di dalam negeri. Dari kebutuhan susu nasional
sebesar 1,5 miliar litertahun, sebanyak 67 sekitar 1 miliar liter masih harus diimpor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2009.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2009, rendahnya produksi susu di Indonesia disebabkan oleh keterbatasan pakan
hijauan, ketersediaan sumber bibit sapi perah yang baik karena sifat genetik sapi yang menurun antara lain akibat perkawinan inbreeding yang dapat menurunkan
produktivitas susu hingga 20. Selain itu rendahnya penanganan penyakit pada sapi perah di beberapa daerah penghasil susu mengakibatkan banyaknya penyakit
mastitis dan penyakit brucelois yang dapat mengganggu kemampuan sapi perah dalam memproduksi susu.
Industri pengolahan susu memiliki prospek yang baik untuk
dikembangkan di Indonesia Ariningsih 2007. Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran produk - produk olahan
3
http:www.surabayapost.co.id.02052011Mei-ini-Harga-Susu-Naik. [3 Mei 2011]
3 susu. Permintaan susu di Indonesia akan meningkat seiring dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi susu, peningkatan pendapatan atau daya beli dan juga peningkatan populasi penduduk Indonesia. Hasil sensus
penduduk 2010 BPS 2011 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 119.630.913 orang dan
perempuan sebanyak 118.010.413 orang. Dalam waktu 10 tahun terakhir pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan
per tahun sekitar 1,49 persen. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya merupakan peluang bagi industri pengolahan susu untuk meraih
konsumen-konsumen baru yang jumlahnya sangat besar. Industri pengolahan susu yang ada di Indonesia menghasilkan beberapa
jenis susu olahan yaitu susu kental manis, susu bubuk, dan susu cair yang berupa susu pasteurisasi dan susu Ultra High Temperature UHT. Data Euromonitor
2007 memperlihatkan mayoritas produksi susu di Indonesia adalah berbentuk susu bubuk 60 persen, kemudian berbentuk susu kental manis 35 persen, dan 5
persen bentuk cair.
4
Pangsa pasar untuk produsen susu bubuk di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 sedangkan untuk pangsa pasar susu cair mayoritasnya
dikuasai oleh PT Ultra Jaya yakni sebesar 55 persen Nugrahani 2011. Tabel 2
. Produsen Susu Bubuk di Indonesia Tahun 2011
5
No Perusahaan
Pangsa Pasar
1 Danone Group
32 2
Nestle Indonesia 31
3 PT Kalbe Farma Tbk
9 4
PT Frische Vlag Indonesia 8
5 PT Fontera Brand Indonesia
6 6
PT Wyeth Indonesia 4
7 PT Abbott Indonesia
3 8
PT Mead Johnson Indonesia 3
Sumber: AC Nielsen 2011
4
http:health.kompas.comread2011042303472412Konsumsi.Susu.Cair.di.Indonesia. Rendah. [26 Mei 2011]
5
http:www.indonesiafinancetoday.comread16543Produsen-Asing-Kuasai-87-Pasar-Susu- Bubuk-Indonesia. [25 Maret 2012]
4 Industri sapi perah di Indonesia mempunyai struktur yang relatif lengkap
yakni peternak, pabrik pakan dan pabrik pengolahan susu yang relatif maju dan kapasitas yang cukup tinggi, dan tersedia kelembagaan peternak yakni Gabungan
Koperasi Susu Indonsia GKSI namun industri sapi perah indonesia berada dalam kondisi yang sakit Yusdja 2005 dimana usaha peternakan rakyat tidak
menguntungkan dan tidak mungkin berkembang sedangkan usaha swasta semakin menciut. Struktur produksi susu sapi perah terdiri atas usaha skala besar, UB
lebih dari 100 ekor, usaha menengah, UM 30-100 ekor, usaha kecil, UK 10- 30 ekor dan usaha rakyat, UR 1-9 ekor yang umumnya merupakan anggota
koperasi. Koperasi susu memiliki posisi rebut tawar bargaining position yang
sangat lemah berhadapan dengan industri pengolahan susu IPS baik dalam menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan serta harga yang diperoleh.
6
Para peternak sapi skala rakyat dan koperasi susu memiliki posisi rebut tawar yang rendah karena terkendala dalam pemasaran susu yang diproduksi. Industri
pengolahan susu IPS mengunakan susu impor sebagai bahan baku dan tidak menyerap susu susu domestik sehingga banyak susu yang kemudian rusak dan
harus dibuang. Menghadapi kendala pemasaran susu, dewasa ini beberapa produsen
penghasil susu turut serta dalam memproduksi susu siap minum yang langsung dipasarkan kepada konsumen akhir. Contohnya adalah Koperasi Peternak
Bandung Selatan KPBS yang telah menjual langsung produknya kepada konsumen akhir dalam bentuk kemasan siap minum. Dengan cara ini konsumen
dapat memperoleh susu dengan harga lebih murah, sedangkan peternak memperoleh hasil usaha yang lebih layak. Oleh sebab itu, pada saat ini
perusahaan-perusahaan besar dan menguasai pangsa pasar susu akan bersaing dengan perusahaan pengolahan susu skala mikro, kecil dan menengah.
Mengingat bayaknya jumlah perusahaan yang memproduksi susu baik pada skala besar maupun pada skala kecil, hal tersebut akan menyebabkan terjadi
persaingan yang tinggi antar perusahaan. Untuk dapat memenangkan persaingan perusahaan yang memperoduksi susu harus dapat menghasilkan produk yang
dapat memberikan kepuasan kepada pelanggannya.
6
http:duniasapi.comidinstitusi272-sejarah-pemasaran-susu.html. [26 Mei 2011]
5
1.2. Perumusan Masalah