LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
199 dan Total Coliform
Pulau Condong Tidak memenuhi baku mutu biota laut
Parameter Nitrat, Minyak-Lemak, Arsen dan Total Coliform
Status Mutu Air Sungai
Way Sekampung SK-01 untuk kelas II, III dan IV masuk
pada status cemar berat SK-02 untuk kelas II, III masuk pada
cemar berat dan IV masuk pada status cemar sedang
Way Seputih SP-01 untuk kelas II, III dan IV masuk
pada status cemar berat SP-02 untuk kelas II, III masuk pada
cemar berat dan IV masuk pada status cemar ringan
Way Tulang Bawang TB-01 untuk kelas II, III masuk pada
cemar berat dan IV masuk pada status cemar ringan
TB- 02 untuk kelas II, III masuk pada cemar berat dan IV masuk pada status
cemar ringan Way Terusan
TR- 01 untuk kelas II, III masuk pada cemar berat dan IV masuk pada status
cemar ringan Way Terusan
TR- 02 untuk kelas II, III dan IV masuk pada cemar berat
Way Pengubuan PB- 01 untuk kelas II, III masuk pada
cemar berat dan IV masuk pada status cemar ringan
PB- 02 untuk kelas II, III masuk pada cemar berat dan IV masuk pada status
memenuhi baku mutu Way Batang Hari
BT- 01 untuk kelas II masuk pada cemar berat, III masuk pada status cemar
sedang dan IV masuk pada status memenuhi baku mutu
BT- 02 untuk kelas II, III dan IV masuk pada status cemar berat
Way Kandis KD- 01 untuk kelas II, III dan IV masuk
pada status cemar berat KD- 02 untuk kelas II, III dan IV masuk
pada status cemar berat KD- 03 untuk kelas II, III dan IV masuk
pada status cemar berat Sumber: BPLHD Provinsi Lampung, 2015
25. Sasaran Peningkatan Manfaat Kawasan Hutan Provinsi Lampung dan Aspek Ekonomis dan Ekologis
Peningkatan manfaat kawasan hutan Provinsi Lampung dan aspek ekonomis dan ekologis yang diukur melalui indikator luas rehabilitasi hutan dan lahan
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
200
termasuk mangrove berkinerja sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan capaian realisasi sebesar 102,80 dari target 84.014 Ha atau terealisasi sebesar 86.364
Ha.
Tabel 3.62 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Peningkatan Manfaat Kawasan
Hutan Provinsi Lampung dan Aspek Ekonomis dan Ekologis
No Indikator
Capaian 2014
2015 Target
Akhir RPJMD
2019 Capaian
sd 2015 terhadap
2019 Target
Reali sasi
Realisasi 1
Luas Rehabilitasi
Hutan dan
Lahan Termasuk
Mangrove 66.705
84.014 86.364
102,80 175.770
18,03
Sumber : Data Olahan Biro Organisasi Setdaprov. Lampung, 2016
Luas rehabilitasi hutan dan lahan termasuk mangrove tahun 2015 ini lebih meningkat dibandingkan capaian tahun 2014 seluas 66.705 Ha atau meningkat
seluas 19.659 Ha 22,76. Capaian ini berkontribusi sebesar 18,03 persen pada capaian RPJMD 2019.
Rehabilitasi Hutan dan Lahan 5 tahun terakhir 2011-2015 menurunkan kerusakan kawasan hutan negara sebesar 11,35 dan menurunkan luas lahan
kritis sebesar 21,20 . Perkembangan luas rehabilitasi hutan dan lahan Ha Provinsi Lampung tahun 2011
– 2015 sebagaimana pada tabel 3.63 dan grafik 3.40 berikut :
Tabel 3.63 Perkembangan Luas Rehabilitasi Hutan dan Lahan Ha Provinsi
Lampung Tahun 2011 - 2015
NO. URAIAN
TAHUN JUMLAH
ha 2011
2012 2013
2014 2015
1. Luas
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
ha 112.494
54.960 59.952
17.309 25.291
270.006 - Dalam kawasan
hutan 82.687
11.853 11.300
1.750 6.419
114.009 -
Luar kawasan
hutan 29.807
43.107 48.652
15.559 18.872
155.997 2.
Penurunan Kerusakan Hutan
56,45 55,27
54,15 53,97
53,34 Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2016
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
201
Grafik 3.40 Perkembangan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Ha Provinsi Lampung
Tahun 2011 - 2015
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2016
Berdasarkan hasil Review data lahan kritis BP DAS WSS tahun 2013, tingkat kekritisan tertinggi terjadi di daerah hulu DAS yaitu :
1. Lampung Barat 86, 2. Tanggamus 80,98,
3. Way Kanan 71,66, 4. Pesawaran 71,05 dan
5. Lampung Tengah 51,8. Tingkat kekritisan ada korelasi dengan keberadaan ijin HKm, sehingga perlu
segera dilakukan penyuluhan, pengkayaan tanaman MPTS dan penguatan kelembagaan Hutan Kemasyarakatan HKm.
Dalam penguatan kelembagaan hutan kemasyarakatan HKm telah disepakatinya 9 MoU kerjasama melalui pola kemitraan yang terdapat di Reg. 45
mesuji 7 kelompok, Reg 40 gedongwani 1 kelompok dan Way Terusan 1 kelompok. Pembentukan 15 unit KPH dan bantuan bibit dalam program
Pengembangan Hutan Kemasyarakatan sebanyak 340.101 batang. Berdasarkan Permenhut No. 39Menhut-II2013 tentang Pemberdayaan masyarakat
setempat melalui kemitraan kehutanan. Kemitraan Kehutanan adalah kerjasama antara masyarakat setempat dengan Pemegang Izin pemanfaatan hutan atau
Pengelola Hutan, Pemegang Izin usaha industri primer hasil hutan, danatau Kesatuan Pengelolaan Hutan. Progres Pengembangan Hutan Kemitraan :
,0 50000,0
100000,0 150000,0
2011 2012 2013 2014 2015 112494,0
54960,0 59952,0
17309,0 25291,0
Luas Rehabilitasi Hutan dan Lahan Ha
Luas Rehabilitasi Hutan dan Lahan ha
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
202
a Kawasan Hutan Reg. 45 Mesuji, pola kemitraan antara PT. Silva Inhutani dengan masyarakat sudah dilakukan pada 9 kelompok tani, 2 di antaranya
sudah ada Mou naskah perjanjian. b Kawasan hutan Reg 44 sungai Muara Dua, sosialisasi terkait kemitraan
antara PT. Inhutani dengan masyarakat sebanyak 11 kelompok tani, Reg 46 Way Hanakau sebanyak 9 kelompok tani.
c Kawasan Hutan Reg. 40 Gedong Wani terdapat 2 kelompok tani yang sudah melakukan pola kemitraan.
d Kawasan Hutan Reg. 39 Tanggamus dan 47 Lampung Tengah baru
melakukan sosialiasi terkait pola kemitraan.
Adapun pengembangan hutan kemasyarakatan HKm di hutan lindung di Provinsi Lampung sebagai berikut :
Tabel 3.64 Pengembangan Hutan Kemasyarakatan HKm di Hutan Lindung di
Provinsi Lampung Tahun 2015
No KABUPATEN
LUAS JUMLAH
PAK HKm ha
IUPHKm ha
Kelompok KK
1 Lampung Barat
26,396.09 20,183.42
50 11,991
2 Tanggamus
45,043.52 14,609.15
32 16,169
3 Lampung Utara
6,155.00 5,875.00
6 3,310
4 Lampung Tengah
13,088.00 5,792.00
32 5,991
5 Way Kanan
11,763.00 11,763.00
10 5,174
6 Lampung Selatan
3,132.00 -
5 1,643
7 Lampung Timur
920.00 -
1 623
8 Pringsewu
3,642.00 -
2 1,951
JUMLAH 110,139.61
58.222,57 138
46.852
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2016
Rehabilitasi hutan dan lahan selain melalui pola kemitraan dilakukan juga dengan pengembangan hutan rakyat dengan penanaman pohon kayu
–kayuan. Provinsi Lampung serius terhadap pengembangan hutan rakyat. Keseriusan
Pemerintah Provinsi Lampung dalam Pengembangan Hutan Rakyat diwujudkan melalui Instruksi Gubernur No. 1 Tahun 2010 tentang Gerakan Lampung
Menghijau. Tahun 2015 Provinsi Lampung melalui dana APBD telah melakukan
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
203
penanaman sebanyak 275.250 batang pohon, sedangkan melalui dana APBN dilakukan penanaman sebanyak 1.375.000 batang pohon. Jumlah batang dalam
penanaman hutan rakyat yang telah dilakukan sejak tahun 2010 sampai dengan 2015 baik yang berasal dari dana APBD maupun APBN dapat dilihat pada tabel
3.65 berikut :
Tabel 3.65 Data Penanaman Hutan Rakyat Tahun 2010
– 2015
No. TAHUN
PENANAMAN Batang JUMLAH
Batang
APBN APBD
1. 2010
15.050.000 300.000
15.350.000 2.
2011 29.900.000
330.000 30.230.000
3. 2012
16.375.000 360.900
16.735.900 4.
2013 15.000.000
380.000 15.380.000
5. 2014
6.000.000 210.000
6.210.000 6.
2015 1.375.000
275.250 1.650.250
JUMLAH 83.700.000
1.856.150 85.556.150
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2016
Permasalahan :
1. Tingginya kerusakan kawasan hutan yang disebabkan oleh perambahan dan pemanfaatan hutan oleh masyarakat
a. Perambahan hutan menjadi penyebab utama kerusakan kawasan hutan di Provinsi Lampung.
b. Hampir seluruh fungsi kawasan hutan mengalami perambahan : Hutan Lindung, Hutan Produksi dan bahkan Hutan Konservasi.
c. Menyebabkan tergangggunya fungsi pengatur tata air : kekeringan, banjir dan longsor.
2. Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya hutan a. Pemanfaatan potensi hasil hutan bukan kayu HHBK pada Hutan
Lindung. b. Pemanfaatan potensi hasil hutan kayu pada Hutan Produksi.
c. Pemanfaatan potensi jasa lingkungan dan wisata alam. 3. Adanya desa dalam kawasan hutan
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
204
a. Terdapat 33 desa dalam kawasan hutan dan 78 desa yang sebagian wilayahnya masuk dalam kawasan hutan.
b. Fasum dan Fasos, al : Kantor desa : 9 unit, Kantor Kecamatan : 1 unit, Kantor Polsek : 2 unit, Kantor Koramil : 1 unit, Sarana Pendidikan sd,
smp,sma : 20 unit, Sarana Ibadah masjid, gereja, pure : 26 buah, Jalan aspal : 20 lokasi, Pasar : 7 unit, Puskesmas : 6 unit, Jaringan PLN : 6 lokasi
dan Jaringan telpon : 2 unit. 4. Kurangnya Bahan Baku Industri Kayu
a. Kapasitas produksi rata-rata : 570.200 M3tahun b. Realisasi produksi rata-rata : 95.922 M3tahun 16,8
Solusi :
1. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan, diperuntukkan bagi masyarakat yang sudah terlanjur berkebun di dalam Hutan Lindung HL dan
Hutan Produksi HP, melalui : a. Pengembangan Hutan Kemasyarakatan HKm di HL.
b. Pengembangan Hutan Desa HD; Lokasi di Kawasan Hutan Lindung Gunung Rajabasa Reg. 3 Kabupaten Lampung Selatan.
c. Izin Usaha Hutan Tanaman Rakyat di KHPT Pesisir di Kabupaten Pesisir Barat.
d. Pengembangan Hutan Kemitraan.