LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
100
3.2 EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan capaian kinerja secara umum sebagaimana sudah diuraikan dalam
subbab sebelumnya. Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per sasaran strategis. Beberapa sasaran strategis yang terkait digabungkan menjadi satu
dalam analisis ini.
1. Sasaran Peningkatan Pertumbuhan dan Kontribusi Terhadap PDRB Provinsi Lampung
Tujuan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
dan mengurangi
ketimpangan pembangunan daerah yang dijabarkan dalam sasaran peningkatan pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Lampung
didukung 8 delapan indikator sebagaimana tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Peningkatan pertumbuhan dan
kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Provinsi Lampung
No Indikator
Capaian 2014 2015
Target Akhir
RPJMD 2019
Capaian sd 2015
terhadap 2019
Target Realisasi
Realisasi 1
Pertumbuhan Ekonomi
5,08 6,00-6,35
5,13 85,50
7,00-7,50 73,29
2 Indeks Gini
0,35 0,33
0,33 100
0,32 96,87
3 PDRB atas dasar
harga berlaku 231.008.426
245.330.948 253.162.538,30 103,19
318.996.629
79,36 4
PDRB atas dasar harga konstan
189.809.458,54
201.577.645 199.525.419,80 98,98
262.203.722
76,10 5
PDRB per kapita berlaku
28,78 30,63
31,19 101,83
39,45 79,06
6 Laju
pertumbuhan sektor
pertanian, kehutanan,
perikanan 3,39
3,69 3,66
99,18 4,48
26,56
7 Nilai Tukar
Petani NTP 103,16
103,53 103,17
99,65 104,84
98,41 8
Nilai Tukar Nelayan NTN
111,7 113,72
105,86 93,09
114,29 92,62
Sumber : Data Olahan Biro Organisasi Setdaprov. Lampung, 2016
Pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2015 cukup menggembirakan meskipun terjadi perlambatan ekonomi global dan nasional. Ekonomi Lampung
tahun 2015 tumbuh 5,13 persen menguat dibanding tahun 2014 sebesar 5,08
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
101
persen dan diatas angka pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 4,73 dan secara spasial berada pada posisi ke empat4 di Sumatera setelah
Kepualauan Riau, Sumatera Barat dan Bengkulu.
Grafik 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi se Sumatera Tahun 2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan serta Informasi dan Komunikasi sebesar 11,67
persen dan 10,84 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Luar Negeri sebesar 17,40 persen, diikuti oleh
pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 13,06 persen dan pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani Rumah Tangga LNPRT sebesar
7,05 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh konsumsi rumah tangga,
seiring dengan terjaganya daya beli masyarakat dan terkendalinya inflasi. Investasi juga tumbuh moderat, meskipun ekspor luar negeri Lampung
mengalami penurunan dan impor juga mengalami kontraksi. Penurunan ekspor disebabkan oleh perlambatan ekonomi Negara-negara tujuan ekspor.
Perekonomian Lampung tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp.
253.162.538,30 Juta dan PDRB perkapita mencapai 31,19 juta.
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
102
Ekonomi Lampung triwulan IV tahun 2015 bila dibandingkan triwulan IV tahun 2014 y-on-y tumbuh sebesar 5,33 persen menguat bila dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4, 69 persen. Ekonomi Lampung triwulan IV tahun 2015 mengalami kontraksi 8,38
persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya q-to-q. Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan yang mengalami kontraksi 28,81 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan ekspor luar negeri dan pengeluaran konsumsi
rumah tangga. Laju pertumbuhan sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan tahun 2015 sebesar 3,66 persen meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar
3.39 persen.
Grafik 3.2 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung, Sumatera dan Nasional
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016.
Salah satu indikator yang menjadi penanda ketimpangan pendapatan adalah indeks gini. Besarnya Indeks Gini berkisar antara 0 dan 1. Semakin
mendekati 0 artinya distribusi pendapatan semakin merata. Sebaliknya, semakin mendekati 1 artinya distribusi pendapatan semakin tidak merata.
Penurunan indeks gini yang berhasil dicapai tahun 2015 mencapai 100
dari target 0,33 atau memiliki capaian sangat tinggi. Dibandingkan dengan target
akhir RPJMD, capaian ini mencapai 97,87 dari target indeks gini sebesar 0,32.
6,49 6,26
5,73 5,06
4,79 6,19
5,82 5,27
4,66 6,43
6,53 5,97
5,08 5,13
1 2
3 4
5 6
7
2011 2012
2013 2014
2015 Nasional
Sumatera Lampung
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
103
Apabila dilihat dari sisi disparitas pendapatan penduduk di Provinsi Lampung dilihat dari angka Indeks Gini Rasio, ketimpangan pendapatan semakin
rendah dari 0,36 pada tahun 2013 menjadi 0,33 pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa angka kesenjangan pendapatan semakin mengecil
pendapatan masyarakat semakin merata.
Grafik 3.3 Indeks Gini Provinsi Lampung Tahun 2010
– 2014
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2016.
Capaian nilai tukar petani NTP tahun 2015 sebesar 99,65 dari yang ditargetkan sebesar 103,53 mampu terealisasi sebesar 103,17. Hal ini
menunjukkan bahwa capaian kinerja masuk kategori sangat tinggi dan mampu menyumbang sebesar 98,41 pada capaian target RPJMD 2019.
NTP merupakan indikator outcome penting untuk menilai keberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan di daerah. Dalam
rangka mewujudkan target peningkatan produksi 1 juta ton GKG pada tahun 2016, maka pada tahun 2015 telah dilakukan :
a. Gerakan pengembangan pengelolaan tanaman terpadu GP-PTT seluas 1.000 Ha
b. Bantuan Alat Pembuat Pupuk Organik APPO sebanyak 8 unit. c. Bantuan alat dan mesin pertanian berupa transplanter 10 unit, pengadaan
pompa air 40 unit, pengadaan pompa air 10 unit; kemudian Perluasan lahan sawah 2.100 Ha dan perkuatan kelembagaan petani dan akses pasar.
Selain itu pula untuk mewujudkan swasembada daging, melalui program inseminasi buatan IB bagi 30.000 akseptor dan pelarangan pemotongan betina
produktif serta peningkatan pelayanan kesehatan hewan dalam rangka
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
104
pencanangan bebas rabies di Pulau Pisang dan Tabuhan. Perkembangan angka NTP di Provinsi Lampung tahun 2011
– 2015 disajikan pada Grafik 3.4 di bawah.
Grafik 3.4 Capaian Nilai Tukar Petani Provinsi Lampung Tahun 2011-2015
Sumber : BPS Lampung, Maret 2015
Pada grafik di atas terlihat bahwa nilai NTP di Provinsi Lampung cenderung meningkat selama 4 tahun terakhir. Peningkatan nilai NTP tersebut
sangat menggembirakan, karena hal itu mencerminkan bahwa kemajuan pembangunan pertanian di Provinsi Lampung berdampak langsung terhadap
peningkatan daya beli atau daya tawar petani.
2. Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan Pangan Per Kapita Masyarakat Untuk Memenuhi Kecukupan Energi dan Keamanan Pangan
Tujuan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
dan mengurangi
ketimpangan pembangunan daerah yang dijabarkan dalam sasaran terpenuhinya kebutuhan pangan per kapita masyarkat untuk memenuhi kecukupan energi dan
keamanan pangan didukung oleh indikator Skor Pola Pangan Harapan PPH Konsumsi sebagaimana tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.6 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan Pangan Per
Kapita Masyarakat Untuk Memenuhi Kecukupan Energi dan Keamanan Pangan
No Indikator
Capaian 2014
2015 Target
Akhir RPJMD
2019 Capaian
sd 2015 terhadap
2019 Target
Realisasi Realisasi
Skor Pola Pangan Harapan PPH
Konsums 83,4
84,1 84,1
100 86,2
97,56 Sumber : Data Olahan Biro Organisasi Setdaprov. Lampung, 2016
20 40
60 80
100 120
140
2011 2012
2013 2014
2015 121,48
125,41 124,53
131,96 103,17
NTP
NTP
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
105
Untuk tahun 2015, capaian kinerja skor Pola Pangan Harapan PPH
Konsumsi menunjukkan kinerja yang sangat tinggi 100. Capaian ini juga
menyumbang sebanyak 97,56 dari target pada akhir RPJMD 2019
.
Pada tahun 2015, skor PPH meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu skor
PPH pada tahun 2015 sebesar 84,1, sedangkan pada tahun 2014 sebesar 83,4. Peningkatan ini lebih diakibatkan oleh peningkatan konsumsi hewani.
PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk
memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan
agama. Mutu konsumsi pangan penduduk dapat dilihat dari skor pangan dietary score dan dikenalnya sebagai skor PPH. Semakin tinggi skor PPH,
konsumsi pangan semakin berimbang dan seimbang. Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang akan mampu memenuhi
kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut mencakup kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buahbiji
berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor PPH di nilai dengan angka 100.
Kegunaan PPH merupakan instrumen sederhana untuk menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut
jenis pangan yang dinyatakan dalam skor PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk
merencanakan kebutuhan konsumsi pangan pada tahun tahun mendatang. Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh
beraspadi-padian, sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar, untuk itu perlu ditingkatka kampanye peningkatan pengolahan
makanan yang berbahan pangan dari umbu-umbian. Konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga masih kurang, masih bisa ditingkatkan mengingat
Provinsi Lampung merupakan penghasil ikan dan daging yang cukup besar. Untuk itu gerakan makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan,
namun yang lebih penting lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena harga produk hewani cukup mahal. Maka perlu dipertimbangan di
kegiatan kawasan rumah pangan lestari KRPL di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan.
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
106
Tabel 3.7 Perbandingan Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya
Kebutuhan Pangan Per Kapita Masyarakat Untuk Memenuhi Kecukupan Energi dan Keamanan Pangan Tahun 2012 - 2015
Indikator Kinerja
Tahun 2012
2013 2014
2015 Tar
get Reali
sasi Tar
get Realis
asi Tar
get Reali
sasi Targ
et Realisa
si Skor Pola
Pangan Harapan
PPH Konsumsi
89,8 86,5
96,33 91,5
84,3 92,13
93,3 83,4
89,39 84,1
84,1 100
Keterangan Angka sementara Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, Tahun 2015
Dari tabel 3.7 di atas, dapat dilihat bahwa skor PPH konsumsi dari tahun 2012 sampai dengan 2015 menunjukkan trend menurun. Skor Pola
Pangan Harapan PPH konsumsi pangan pada tahun 2012 di targetkan 89,8 dan teralisasi 86,5 atau 96,33, dan pada tahun 2013 ditargetkan 91,5 dan
terealisasi 84,3 atau 92,13, tahun 2014 ditargetkan 93,3 dan terealisasi 83,4 atau 89,39 dan pada tahun 2015 ditargetkan 84,1 dan terealisasi 84,1 angka
sementara atau 100.
Grafik 3.5 Realisasi Skor Pola Pangan Harapan Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2015
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, 2016
81 82
83 84
85 86
87
2012 2013
2014 2015
86,5
84,3 83,4
84,1
Skor PPH
Skor PPH
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
107
Permasalahan :
Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mewujudkan diversifikasi dan ketahanan pangan di Provinsi Lampung pada tahun 2015 adalah :
1. Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum, sehingga menurunnya daya beli masyarakat
disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan sehingga kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan
masih didominasi pangan sumber karbohidrat, serta masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang, serta sayur dan
buah; 2. Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasaran kurang
memadai serta terjadinya bencana alam. 3. Pembinaan dan pemberdayaan kemandirian pangan pada desa rawan
pangan dan kelompok rawan pangan dihadapkan pada kendala sarana dan infrastruktur serta kemampuan tenaga pendamping dan penyuluh
lapangan. 4. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem pemasaran hasil-
hasil pangan merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen pangan khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik
dan hari-hari besar disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin system pemasaran yang adil dan
bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras dan lunak untuk mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya kemampuan
teknis petugas dan pelaku pemasaran. 5. Konsumsi beras per kapita masih tinggi, hal ini dikarenakan harga pangan
pokok bersumberdaya pangan lokal sebagai pengganti beras harganya masih relatif lebih tinggi daripada harga beras, selain itu juga adanya
anggapan yang salah dimasyarakat yaitu belum makan kalau belum makan nasi serta masih terbatasnya dukungan sosialisasi, promosi dalam
penganekaragaman konsumsi pangan melalui berbagai media 6. Keterbatasan dalam memberikan dukungan program bagi dunia usaha
dan asosiasi yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal.
Solusi
Dalam upaya tindak lanjut pemecahan masalahhambatan yang dihadapi dalam peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat di provinsi
Lampung dilakukan beberapa hal, yaitu :
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
108
1. Peningkatan pengetahuan kelompok wanita tentang pentingnya pemanfaatan pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga. Dalam pemanfaatan pekarangan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi telah melaksanakan kegiatan
optimalisasi pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL, agar kegiatan ini berjalan secara berkelanjutan maka peranan
pendamping sangat penting, maka selalu dilakukan pelatihan dan pembinaan ke pendamping kelompok.
2. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana
umum distribusi, serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga
peran masyarakat
baik bersifat
individu skala
kecil, usaha
kelompokkoperasi hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan
dan penyimpanan perlu terus ditingkatkan. 3. Koordinasi
dalam perumusan
kebijakan distribusi
pangan, penyempurnaan program dan kegiatan dalam pengembangan system
distribusi melalui peningkatan pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan kelembagaan distribusi pangan masyarakat serta
peningkatan akses pangan. 4. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan
keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola konsumsi pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam
diversifikasi konsumsi pangan. 5. Fasilitasi kepada kelompok penerima manfaat untuk pengembangan
bisnis pangan lokal dan makanan tradisional, serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan industri dan bisnis
pangan lokal MP3L. 6. Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu
dan keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung seperti pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium.
3. Sasaran Meningkatnya Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Provinsi Lampung
Tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketimpangan pembangunan daerah yang dijabarkan dalam sasaran
meningkatnya pertumbuhan dan kontribusi sektor industri pengolahan
LKj Provinsi Lampung Tahun 2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
109
terhadap PDRB Provinsi Lampung didukung 1 satu indikator sebagaimana tabel 3.8 berikut :
Tabel 3.8 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Meningkatnya Pertumbuhan dan
Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Provinsi Lampung
No Indikator
Capaian 2014
2015 Target
Akhir RPJMD
2019 Capaian
sd 2015 terhadap
2019 Target
Realisasi Realisasi
1 Laju pertumbuhan
sektor industri pengolahan
4,51 7,48
7,48 100
7,46 100,26
Sumber : Data Olahan Biro Organisasi Setdaprov. Lampung, 2016
Pencapaian target kinerja yang menunjukkan capaian sebanyak 100
diatas menunjukkan capaian kinerja yang sangat tinggi. Capaian laju
pertumbuhan sektor industri pengolahan tahun 2015 ini lebih baik dari tahun 2014 sebesar 4,51. Capaian ini juga menyumbang sebanyak 100,26 dari
target kinerja pada akhir RPJMD. Kegiatan industri pengolahan di Lampung secara umum juga
menunjukkan peningkatan produksi. Sepanjang tahun 2010-2015 lapangan usaha industri pengolahan tumbuh 6,63 persen rata-rata per tahunnya.
Kegiatan industri di Lampung keseluruhannya merupakan pengolahan komoditi non migas, sedangkan minyak dan gas bumi yang ada baru sebatas
kegiatan eksplorasi sumber daya alam. Menurut jenis industri, produksi kertasbarang dari kertaspercetakan tahun 2014 mengalami pertumbuhan
tertinggi 12,17 persen. Selain itu produk lain yang juga tumbuh signifikan adalah industri barang galian bukan logam, industri alat angkutan, industri
mesin dan perlengkapannya, industri batu bara dan pengilangan minyak, industri logam dasar, serta industri tekstil dan pakaian jadi yang diperkirakan
tumbuh di atas 5 persen.
4. Sasaran Meningkatnya Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perdagangan pada PDRB Provinsi