75 78.33 65.00 70.27 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 9: Grafik Peningkatan Rata-rata Kelas Gambar 9 menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang dilihat dari rata-rata kelas dari data awal sebesar 67.52 menjadi 72.85 setelah melalui siklus I dan meningkat menjadi 78.33 pada siklus II. Rata-rata kelas dari data awal ke siklus I meningkat sebesar 5.33 dan meningkat sebanyak 5.48 di siklus II. Gambar 10: Grafik Peningkatan Jumlah Siswa yang Mencapai KKM Gambar 10 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM dalam satu kelas dari kondisi awalnya 52.71 menjadi 59.46 setelah melalui siklus I 62 64 66 68 70 72 74 76 78 80 Rata-rata

67.52 75

72.85 78.33

Data Awal Target Siklus I Siklus II 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Mencapai KKM

52.71 65.00

59.46 70.27

Data Awal Target Siklus I Siklus II dan meningkat menjadi 70.27 pada siklus II. Jumlah siswa yang mencapai KKM dari data awal meningkat sebanyak 6.75 dan di siklus II meningkat lagi sebanyak 10.81 dibanding siklus I. Peningkatan prestasi belajar siswa kelas VB SD Negeri Denggung dipengaruhi oleh penggunaan media bagan pada saat pembelajaran. Peningkatan perhatian siswa secara umum dipengaruhi oleh media bagan yang digunakan dalam pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Sudjana dan Riva’I dalam Kustandi 2011: 25 bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran, media bagan digunakan dengan cara menunjukkan kepada siswa materi yang akan mereka pelajari dalam satu KD dalam bentuk bagan dan siswa sendiri yang membuat bagan. Fungsi dari media bagan adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi Kustandi, 2011: 48. Bagan akan memperjelas dan meringkas materi pada pelajaran IPS yang sangat banyak. Selain itu bagan akan membuat materi lebih tertata. Semakin tertata informasi maka akan semakin mudah siswa dalam mengingatnya. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Mandler dalam Santrock 2007: 319 bahwa semakin tertata informasi yang anda sajikan, semakin mudah murid anda mengingatnya. Gambar 11: Bagan Siklus I Bagan pada gambar 11 adalah bagan yang menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari siswa pada siklus I. Bagan materi di atas membantu siswa memahami keterhubungan antar materi pokok. Hal yang sama juga dilakukan pada siklus II. Gambar 12: Bagan Siklus II Gambar 12 adalah bagan yang menunjukkan keterhubungan antar materi pokok yang akan mereka pelajari dalam siklus II. Bagan siklus II dibuat dalam media powerpoint yang ditunjukkan kepada siswa dengan bantuan LCD. Setiap pertemuan selain pertemuan ketiga siklus II, siswa membuat bagan sendiri. Apabila siswa sendiri yang membuat media bagan maka siswa lebih mudah mengingat materi. Hal tersebut dikarenakan siswa harus membaca dan memilih materi mana yang akan dituliskan di bagan. Beberapa siswa mengatakan bahwa ia lebih paham dengan pengajaran yang dilakukan oleh peneliti dibanding pembelajaran sebelumnya. Seperti yang telah dikatakan oleh Bettencourt dalam Suparno 2010 bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Rata-rata kelas siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Nilai tertinggi siswa pada siklus I adalah 93.33 dan yang terendah adalah 48.03. Siswa yang dengan nilai terendah memang mendapat nilai ulangan yang rendah yakni 21.05. Siswa tersebut mengerjakan hanya sekitar 10 menit, siswa diminta untuk mengecek kembali tetapi tidak mau. Pada siklus II siswa tersebut mendapat nilai 76.67 dengan nilai evaluasi adalah 58.33. Pada siklus II nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah 41.67. Siswa yang mendapatkan nilai terendah adalah siswa yang sedang sakit. Ia tidak mengikuti 2 kali pertemuan dari tiga kali pertemuan pada siklus II. Nilainya kognitifnya bukan nilai yang terendah namun ia tidak memiliki nilai psikomotorik dan afektif pada pertemuan kedua sehingga membuat nilainya menjadi paling rendah. Prestasi belajar siswa dilihat dari 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Peningkatan nilai rata-rata dan jumlah siswa yang mencapai KKM dari siklus I ke siklus II kerena nilai afektif dan psikomotorik siswa pada siklus II lebih tinggi. Banyak siswa yang mendapat nilai afektif dan psikomotorik 100 bahkan hanya sedikit siswa yang dibawah 70. Hal tersebut disebabkan karena hasil pekerjaan siswa membuat bagan lebih rapi dan lengkap dibandingkan dengan siklus I. Perbedaan bagan pada siklus I dan siklus II ada pada petunjuk pengerjaannya, pada bagan siklus I siswa harus membuat sebuah bagan pada kertas kosong sedangkan pada siklus II siswa cukup melengkapi bagan dengan menjawab pertanyaan yang disediakan. Petunjuk pengerjaan yang lebih jelas membuat siswa lebih memahami apa yang harus di kerjakan. Contoh bagan yang dibuat oleh siswa dapat dilihat pada gambar 13. Gambar 13: Bagan Buatan Siswa pada Siklus I Gambar 14: Bagan Buatan Siswa pada Siklus II Bagan pada gambar 13 lebih lengkap dan jelas dibandingkan dengan bagan pada gambar 14. Hal tersebut dikarenakan panduan pada bagan siklus II lebih jelas dibandingkan dengan bagan siklus I. Hal lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada siklus I belum mencapai target adalah nilai afektif siswa. Nilai afektif siswa pada siklus I terbilang rendah karena hanya terdapat 10 siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 70. Nilai afektif siswa siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 dinilai dari ketelitian siswa dalam memberi komentar. Saat dilakukan gallery walk banyak siswa yang mengatakan “bingung” dan “malas”. Waktu untuk melakukan gallery walk juga sebentar sehingga siswa tidak fokus untuk memberikan komentar pada bagan yang dibuat teman lain. Akibatnya banyak siswa yang tidak memberikan komentar pada bagan teman. Hasil komentar siswa dapat dilihat pada gambar 15. Gambar 15: Komentar Siswa Bagan BPUPKI dan PPKI Dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama siklus I banyak siswa yang tidak memberikan komentar pada kelompok lain. Tidak berbeda pada pertemuan kedua. Komentar siswa yang sedikit membuat siswa mendapat nilai afektif yang rendah karena mereka tidak bisa mencapai nilai maksimal dari kriteria penilaian yang telah ditentukan. Contoh komentar siswa dapat dilihat pada gambar 16. Gambar 16: Komentar Siswa pada Bagan Perumusan Dasar Negara Pada perumusan dasar Negara banyak siswa tetap tidak memberikan komentar pada bagan yang dibuat teman lain. Banyak siswa yang mengosongkan kolom komentar. Gambar 17: Refleksi Siswa Menghormati Perjuangan Para Tokoh Pejuang 1 Gambar 18: Refleksi Siswa Menghormati Perjuangan Para Tokoh Pejuang 2 Pada pertemuan ketiga penilaian afektif dinilai dari hasil refleksi siswa untuk memilih sikap untuk menghormati perjuangan para tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Skor afektif pada pertemuan ke 3 lebih tinggi dibanding dengan skor afektif sebelumnya karena siswa mampu menemukan berbagai macam cara untuk menghormati peranan para tokoh pejuang. Gambar 17 mendapat nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil refleksi pada gambar18 karena hasil refleksi pada gambar 18 hanya mencopi dari buku sedangkan refleksi pada gambar 17 dapat menyebutkan berbagai macam cara lain selain yang ditulis pada buku. Prestasi belajar siswa pada siklus II telah meningkat sesuai dengan target capaian yang telah ditentukan. Meningkatnya prestasi belajar siswa dikarenakan penggunaan media bagan dan media audio visual dalam pembelajaran. Media audio visual membantu penelitian dalam kegiatan penjelasan. Media audio visual yang menarik perhatian membuat siswa memperhatikan saat mendapat penjelasan dari guru. Siswa yang memperhatikan saat penjelasan diharapkan dapat memahami materi lebih baik dibanding yang tidak memperhatikan. Selain membantu proses penjelasan materi, media audio visual juga digunakan peneliti untuk menjelaskan petunjuk pembuatan bagan. Media audio visual membuat siswa lebih memperhatikan saat penjelasan pembuatan bagan. Hal tersebut membuat siswa dapat membuat bagan dengan lebih baik lagi karena mereka bisa membuat bagan sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai psikomotorik siswa pada siklus II Secara umum prestasi belajar siswa kelas VB SD Denggung tahun ajaran 20122013 mengalami peningkatan setelah melalui tindakan siklus I dan siklus II dengan menggunakan media bagan. Hasil prestasi belajar siswa lebih meningkat pada siklus II karena siklus II memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus I. 147

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan dari penelitian yang dilakukan ini, dan saran.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VB SD Negeri Denggung dalam peningkatan perhatian dan prestasi belajar IPS menggunakan media bagan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1. Media bagan digunakan dengan cara melibatkan siswa untuk membuat bagan dalam upaya meningkatkan perhatian siswa kelas VB SD Negeri Denggung tahun ajaran 20122013 pada mata pelajaran IPS. Siswa diberi kesempatan untuk berekspresi dengan warna dan gambar pada bagan yang dibuatnya. Hal tersebut meningkatkan jumlah siswa yang tertarik terhadap suatu objek. Hal tersebut ditunjukkan dari kondisi awal 67.57 menjadi 81.08 setelah melalui siklus I dan meningkat lagi menjadi 83.78 pada siklus II. Media bagan dibuat sendiri oleh siswa. Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat bagan berarti memberikan tanggung jawab pada siswa untuk menyelesaikan tugas. Apabila siswa sendiri yang membuat bagan maka secara tidak langsung siswa akan mengarahkan reseptor sensorinya untuk membuat bagan yang baik dan benar. Hal tersebut meningkatkan indikator perhatian mengarahkan reseptor sensori yang sesuai ke arah objek dari kondisi awal 55.56 siswa menjadi 75.30 setelah melalui siklus I dan menjadi 70.91 pada siklus II. Bagan yang