Untuk Pengusaha yang Tidak Berdomisili di dalam wilayah KAPET

F.13.3. Untuk Pengusaha yang Tidak Berdomisili di dalam wilayah KAPET

I. DASAR HUKUM o KLIK DISINI

II. DEFENISI (Pasal 1 KEPRES No. 150 TAHUN 2000 ) o KAPET merupakan wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang memenuhi persyaratan :

1. memiliki potensi untuk cepat tumbuh; dan atau

2. mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya; dan atau

3. memiliki potensi pengembalian investasi yang besar. o Penetapan KAPET berikut batas-batasnya dilakukan dengan Keputusan Presiden tersendiri.

III. KEWAJIBAN TERKAIT PEMBUKUAN o Kepada Pengusaha yang melakukan kegiatan usaha di luar wilayah KAPET, diwajibkan

melaksanakan pembukuan secara terpisah untuk transaksi, penghasilan dan biaya-biaya antara kegiatan usaha yang dilakukan di dalam wilayah KAPET dengan kegiatan usaha yang dilakukan di luar wilayah KAPET. (Pasal 4 KEP-229/PJ./2001 )

IV. PERLAKUAN PERPAJAKAN DI KAPET

o Perlakuan perpajakan di KAPET dibedakan atas 3 kelompok besar, yaitu :

1. Untuk Pengusaha yang Berdomisili di dalam wilayah KAPET (diberikan fasilitas PPh saja)

2. Untuk Pengusaha yang Tidak Berdomisili di dalam wilayah KAPET (diberikan fasilitas PPh saja)

3. Untuk Pengusaha yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) dan atau Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) Pada Wilayah KAPET yang ditetapkan sebagai Kawasan Berikat ( diberikan fasilitas PPh dan PPN serta PPnBM)

o Untuk mengembangkan KAPET sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, beberapa wilayah

dalam KAPET dapat ditetapkan sebagai Kawasan Berikat (Pasal 7 KEPRES Nomor 150

TAHUN 2000 ).

V. Untuk Pengusaha yang Tidak Berdomisili di dalam wilayah KAPET (Fasilitas perpajakan di bidang PPh ini diberikan terhadap kegiatan dan aktiva yang semata-mata digunakan di dalam wilayah KAPET (Pasal 2 ayat (3) KEP-229/PJ./2001 )

o hanya diberikan fasilitas PPh berupa: (Pasal 2 ayat (2) KEP-229/PJ./2001 )

1. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman yang dilakukan, yang dapat dinikmati selama 6 tahun terhitung sejak tahun dimulainya produksi komersial, yaitu sebesar 5% setiap tahun dari jumlah realisasi penanaman modal baik dalam aktiva tetap yang dapat disusutkan maupun yang tidak dapat disusutkan;

o Pengurangan penghasilan neto diberikan dalam hal Pengusaha mendapat keuntungan usaha atau menambah kerugian fiskal dalam hal Pengusaha mengalami kerugian. (Pasal

3 ayat (1) KEP-229/PJ./2001 ) o Apabila dalam tahun-tahun pemberian fasilitas ini, Pengusaha melakukan pengalihan

harta yang berasal dari penanaman modal yang telah mendapat fasilitas tersebut, maka fasilitas yang telah dinikmati yang melekat pada harta tersebut dicabut kembali dan ditambahkan pada penghasilan kena pajak dalam tahun pajak dilakukannya pengalihan harta yang berasal dari penanaman modal yang telah mendapat fasilitas tersebut, maka fasilitas yang telah dinikmati yang melekat pada harta tersebut dicabut kembali dan ditambahkan pada penghasilan kena pajak dalam tahun pajak dilakukannya pengalihan

o Untuk dapat memperoleh fasilitas PPh ini, Pengusaha harus mengajukan

permohonan tertulis kepada Kepala KPP tempat Pengusaha terdaftar dengan menggunakan formulir Lampiran I KEP-229/PJ./2001 , dengan disertai :

a. Surat Penunjukan Pelaksana Proyek dari Badan Pengelola KAPET;

b. Surat Keterangan Penanaman Modal dari instansi yang berwenang;

c. Jumlah dan tahun realisasi penanaman modal yang dilakukan;

d. Laporan keuangan untuk tahun mulai berproduksi komersial.

Surat Keputusan Persetujuan paling lambat 5 hari kerja setelah permohonan diterima lengkap. (Pasal 6 ayat (1) KEP-229/PJ./2001 ) o Dalam hal KPP tempat Pengusaha terdaftar berbeda dengan KPP tempat Pengusaha melakukan kegiatan usaha, maka Kepala KPP tempat Pengusaha terdaftar mengirimkan tembusan Surat Keputusan Persetujuan kepada Kepala KPP yang wilayahnya meliputi tempat Pengusaha melakukan kegiatan usaha. (Pasal 6 ayat (2) KEP-229/PJ./2001 )

o Kepala

2. Pilihan untuk menerapkan penyusutan dan atau amortisasi yang dipercepat, sebagai berikut:

Kelompok Harta

Masa Manfaat

Tarif Penyusutan dan Amortisasi Berdasarkan

Menjadi

Metode

Garis Lurus

Saldo Menurun

I. Bukan Bangunan atau Harta Tak Berwujud

o Kelompok I

o Kelompok II

o Kelompok III

o Kelompok IV

II. Bangunan o Permanen

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18