Perlakuan Perpajakan untuk Pengusaha Panas Bumi
F.3. Perlakuan Perpajakan untuk Pengusaha Panas Bumi
DASAR HUKUM: o Keppres 45 tahun 1991 dan Keppres 49 tahun 1991
o KMK 766/KMK.04/1992 stdd KMK 209/KMK.04/1998 o Kep-1288/LK/2000 dan KEP 68/PJ/2000 (berlaku sejak 21 Maret 2000) tentang petunjuk teknis pengembalian PPN yang telah dibayar oleh pengusaha sumber daya panas bumi untuk pembangkitan energi/listrik o UU 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi
o PP 62 tahun 2008 (berlaku sejak 23 September 2008) tentang perubahan atas PP 1 tahun 2007 tentang
fasilitas PPh untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu
o PMK 21/PMK.011/2010 (berlaku sejak 28 Januari 2010) tentang pemberian fasilitas perpajakan dan kepabeanan untuk kegiatan pemanfaatan sumber energi terbarukan
o PMK 24/PMK.011/2010 (berlaku sejak 29 Januari 2010 s/d 31 Desember 2010) tentang PPN ditanggung pemerintah atas impor barang untuk kegiatan usaha hulu eksplorasi minyak dan gas bumi serta kegiatan
usaha eksplorasi panas bumi untuk tahun anggaran 2010 o PMK-35/PMK.02/2010 (berlaku sejak 1 Januari 2010 s/d 31 Desember 2010) tentang mekanisme PPh
ditanggung pemerintah dan penghitungan penerimaan negara bukan pajak atas hasil pengusahaan sumber daya panas bumi untuk pembangkitan energi/listrik tahun anggaran 2010 o PMK-73/PMK.03/2010 (berlaku sejak 1 April 2010) tentang penunjukkan kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi dan kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi untuk memungut, menyetor, dan melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM, serta tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporannya o PER-67/PJ/2007 (berlaku sejak 1 Januari 2007) tentang tata cara pemberian fasilitas PPh untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu
DEFINISI: o NOI : Penerimaan Bersih Usaha (Net Operating Income) atau Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income)
adalah penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan tahun 1984 yang diterima atau diperoleh pengusaha dalam 1 (satu) tahun pajak setelah dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Undang- Undang Pajak Penghasilan 1984 tidak termasuk PPN, PPnBM, PBB, Bea Masuk, Bea Meterai dan Pungutan- Pungutan Lainnya. (Pasal 1 ayat 2 KMK 766/KMK.04/1992 stddKMK 209/KMK.04/1998). o WKP : Wilayah Kerja Pertambangan
Perlakuan Perpajakan untuk Pengusaha Panas Bumi Untuk pengusaha panas bumi perlakuannya dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Sebelum berlakuny a UU 27 tahun 2003 (WKP Existing), dan
2. Setelah berlakunya UU 27 tahun 2003 (WKP Baru)
WKP Existing
WKP Baru
Dasar Hukum Keppres 45 tahun
UU 27 tahun 2003
1991 dan Keppres 49 tahun 1991
PP 1 tahun 2007 stdtd PP 62 tahun 2008 KMK 766/KMK.04/1992 stdd KMK
PMK 21/PMK.011/2010
209/KMK.04/1998
PMK 24/PMK.011/2010
PPh Pembayaran bagian pemerintah
Perlakuan PPh seperti WP badan lainnya. Tarif sesuai
sebesar 34% dianggap sebagai
Pasal 17 UU PPh. Tetapi ada pemberian fasilitas PPh.
penyetoran PPh kecuali pajak
perorangan. (Pasal 2 KMK Fasilitas PPh untuk Pengusaha dibidang Panas Bumi 766/KMK.04/1992 stdd KMK
adalah:
209/KMK.04/1998 dan Pasal 1 PMK 35/PMK.02/2010) o Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun, masing-masing sebesar 5% per tahun. (Melalui
permohonan, tata cara
permohonan ada di PER 67/PJ/2007) o Penyusutan
dan
amortisasi dipercepat: (tanpa
permohonan terlebih dahulu)
Kelompok Aktiva
Masa
Tarif Penyusutan
Tetap Berwujud
Manfaat
dan Amortisasi
Menjadi
Berdasarkan Metode
Garis Saldo Lurus
Menurun
I. Bukan Bangunan
Kelompok I
2 thn
50% 100 % (dibebankan sekaligus)
Kelompok II
4 thn
Kelompok III
8 thn
Kelompok IV
10 thn
II. Bangunan :
Tidak Permanen 5 thn
o PPh yang dibayarkan kepada SPLN dikenakan tarif 10% atau tarif yang lebih rendah menurut P3B yang
berlaku. o Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun
tetapi
10 tahun. (Melalui permohonan, tata cara permohonan ada di PER
tidak
lebih
dari
67/PJ/2007 )
1) tambahan 1 tahun : apabila penanaman modal baru dilakukan pada bidang-bidang usaha tertentu di kawasan industri dan kawasan berikat;
2) tambahan 1 tahun : apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 (lima ratus) orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut;
3) tambahan 1 tahun : apabila penanaman modal baru memerlukan investasi/pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
4) tambahan 1 tahun : apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5% (lima persen) dari investasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun; dan/atau
5) tambahan 1 tahun : apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) sejak tahun ke-4 (empat).
1. Impor barang berupa mesin dan peralatan, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, yang diperlukan oleh pengusaha di bidang pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 impor. (Tanpa SKB)
( PMK 21/PMK.011/2010 )
PPN PPN ditanggung/ dikembalikan
Kontraktor Panas Bumi juga ditunjuk sebagai pemungut
pemerintah saat sudah
PPN sejak 1 April 2010 ( PMK 73/PMK.03/2010 ). Untuk
menghasilkan Net Operating
WKP baru sudah tidak ada lagi PPN ditanggung
Income positif.
pemerintah. Tetapi ada diberikan fasilitas PPN, yaitu:
Pengusaha panas bumi (existing)
Fasilitas PPN untuk pengusaha panas bumi:
dapat meminta restitusi PPN bila:
1. Dibebaskan dari PPN atas impor Barang Kena
1. Bagian Pemerintah 34%
Pajak yang bersifat strategis berupa mesin dan
telah disetor;
peralatan, baik dalam keadaan terpasang
2. SPT Tahunan PPh untuk 5
maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang,
tahun terakhir telah
yang diperlukan oleh pengusaha di bidang
dimasukkan;
pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk
3. PPh Pasal 25 sudah dibayar
menghasilkan Barang Kena Pajak. (Pasal
sampai dengan bulan
5 PMK 21/PMK.011/2010 ) 5 PMK 21/PMK.011/2010 )
2. Pajak Pertambahan Nilai terutang atas impor
4. Tidak ada tunggakan pajak
barang yang dipergunakan untuk kegiatan
lainnya.
usaha eksplorasi panas bumi oleh pengusaha di bidang kegiatan usaha panas bumi, ditanggung
PPN yang dibayar tidak dapat
Pemerintah, dengan ketentuan sebagai berikut:
dikembalikan bagi pengeluaran
1. barang tersebut belum dapat diproduksi
untuk:
di dalam negeri;
2. barang tersebut sudah diproduksi di
1. Perolehan BKP dan atau JKP
dalam negeri namun belum memenuhi
yang tidak mempunyai
spesifikasi yang dibutuhkan; atau
hubungan langsung dengan
3. barang tersebut sudah diproduksi di
kegiatan usaha;
dalam negeri namun jumlahnya belum
2. Perolehan dan pemeliharaan
mencukupi kebutuhan industri.
kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van, dan ( PMK 24/PMK.011/2010 ) kombi;