PPH PASAL 19 1. PPh PASAL 19 ATAS Revaluasi (penilaian kembali aktiva tetap)

L. PPH PASAL 19 L.1. PPh PASAL 19 ATAS Revaluasi (penilaian kembali aktiva tetap)

I. DASAR HUKUM

A. PMK-79/PMK.03/2008 (berlaku sejak 23 Mei 2008) tentang penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan

B. PER-12/PJ/2009 (berlaku sejak 23 Februari 2009) tentang tata cara pengajuan permohonan dan pengadministrasian penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan

II. SURAT EDARAN TERKAIT o SE-56/PJ./2009 (tanggal 25 Mei 2009) tentang penyampaian dan penegasan atas pelaksanaan PER-12/PJ/2009 tentang tata cara pengajuan permohonan dan pengadministrasian penilaian

kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan

III. OBJEK REVALUASI AKTIVA TETAP, TARIF, DAN CARA PEMBAYARAN PPH PASAL 19 o Revaluasi (penilaian kembali) aktiva tetap dilakukan terhadap: (Pasal 3 ayat (1) PMK-

79/PMK.03/2008)

1. seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus Hak Milik atau Hak Guna Bangunan (HGB); atau

2. seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.

• Ket:

o Untuk aktiva tetap yang nilai sisa bukunya sudah menunjukkan angka Rp.0, selama masih menjadi aktiva tetap dari perusahaan tersebut maka aktiva tersebut juga menjadi objek revaluasi aktiva tetap. Sumber: Hasil IHT Tanggal 28 Januari 2011 dengan Subdit PPh Badan Dit. Peraturan

Perpajakan II. o TARIF FINAL :

▪ 10% FINAL x selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan diatas nilai sisa buku fiskal semula. (Pasal 5 PMK-79/PMK.03/2008)

o PEMBAYARAN :

▪ KAP: 411128

▪ KJS: 416

▪ dengan menggunakan SSP paling lambat 15 hari setelah:

1. tanggal penerbitan Keputusan Persetujuan Revaluasi.

2. tanggal jatuh tempo setiap angsuran pembayaran → untuk perusahaan yang mendapat persetujuan mengangsur.

▪ Jika terlambat melakukan pembayaran akan dikenakan sanksi sesuai UU KUP.

IV. YANG DAPAT MELAKUKAN REVALUASI AKTIVA TETAP o Perusahaan dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan

perpajakan, dengan syarat telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. (Pasal 1 ayat (1) PMK- 79/PMK.03/2008)

▪ Perusahaan yang dimaksud dalam peraturan ini adalah Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), tidak termasuk perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika

Serikat. (Pasal 1 ayat (2) PMK-79/PMK.03/2008) Serikat. (Pasal 1 ayat (2) PMK-79/PMK.03/2008)

V. SYARAT PENGAJUAN REVALUASI

1. Dapat dilakukan oleh WP Badan DN & BUT, kecuali yang mendapat ijin Pembukuan dengan bahasa Inggris dan mata uang Dollar AS; (Pasal 1 ayat (2) PER-12/PJ/2009)

2. Sudah memenuhi kewajiban perpajakannya (termasuk kewajiban pajak cabang atau perwakilan perusahaan) sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya revaluasi aktiva tetap; (Pasal 1 ayat (2) PER-12/PJ/2009)

3. Dilakukan setelah jangka 5 tahun dari revaluasi aktiva tetap sebelumnya; (Pasal 3 ayat (2) PMK- 79/PMK.03/2008)

4. Mengajukan permohonan kepada Kepala Kanwil domisili (dengan menggunakan Form dalam Lampiran I PER 12/PJ/2009) dilampiri : (Pasal 2 PER-12/PJ/2009)

▪ fotokopi ijin usaha perusahaan jasa penilai atau ahli penilai yang mendapat ijin dari Pemerintah, yang dilegalisir.

▪ Laporan penilaian dari Penilai ▪ Daftar Revaluasi sesuai Lampiran II PER 12/PJ/2009 ▪ Laporan Keuangan tahun buku terakhir sebelum revaluasi yang telah diaudit akuntan publik.

VI. KETENTUAN TERKAIT PELAKSAAAN REVALUASI AKTIVA TETAP o Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai

wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah. o Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aktiva yang bersangkutan.

▪ Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal laporan perusahaan jasa penilai atau ahli penilai.

VII. JANGKA WAKTU KEPUTUSAN o Jangka waktu keputusan 30 hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan, jika disetujui Form Lampiran III PER 12/PJ/2009, jika tidak disetujui Form Lampiran IV PER 12/PJ/2009. o Jika lebih dari 30 hari, dianggap disetujui. Keputusan harus terbit paling lama 3 hari kerja setelah tanggal berakhirnya jangka waktu.

VIII.

PERMOHONAN ANGSURAN KARENA KESULITAN LIKUIDITAS (Pasal 4 PER 12/PJ./2009)

o Jika tidak mampu membayar PPh Final Revaluasi, perusahaan dapat mengajukan permohonan angsuran (paling lama 12 bulan) :

1. Permohonan dengan menggunakan Form Lampiran V PER 12/PJ/2009.

2. Diajukan bersamaan dengan permohonan persetujuan nilai Revaluasi. o Jangka waktu keputusan sama dengan persetujuan Revaluasi. Jika disetujui atau ditolak maka akan diterbitkan Keputusan Persetujuan atau keputusan penolakan pembayaran secara

angsuran sesuai Form Lampiran VI PER 12/PJ/2009

IX. PERLAKUAN PENYUSUTAN (Pasal 7 PMK Nomor 79/PMK.03/2008 )

1. Untuk bagian tahun pajak sampai dengan bulan sebelum bulan dilakukannya Revaluasi aktiva tetap, berlaku ketentuan:

▪ Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap adalah dasar penyusutan fiskal pada awal tahun pajak;

▪ Sisa masa manfaat aktiva tetap adalah sisa masa manfaat fiskal pada awal tahun pajak; ▪ Perhitungan penyusutan dilakukan secara prorata sesuai banyaknya bulan dalam bagian

tahun pajak tersebut.

2. Sejak bulan dilakukannya Revaluasi aktiva tetap, atas aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan revaluasi (penilaian kembali) berlaku ketentuan:

▪ Dasar penyusutan fiskal adalah nilai pada saat penilaian kembali. ▪ Masa manfaat fiskal adalah masa manfaat penuh untuk kelompok aktiva tetap tersebut. ▪ Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya Revaluasi (penilaian kembali) aktiva tetap.

3. Untuk penyusutan aktiva yang tidak memperoleh persetujuan Revaluasi, tetap menggunakan dasar penyusutan fiskal dan sisa masa manfaat fiskal semula.

X. KETENTUAN LAIN

Dikenakan tambahan PPh Final dengan tarif sebesar tarif tertinggi PPh WP Badan Dalam Negeri yang berlaku pada saat revaluasi dikurangi 10 % (sepuluh persen), jika aktiva tetap yang sudah mendapat persetujuan Revaluasi berupa:

▪ Aktiva tetap kelompok 1 (satu) dan kelompok 2 (dua), dialihkan oleh Perusahaan sebelum berakhirnya masa manfaat yang baru; atau

▪ Aktiva tetap kelompok 3 (tiga) dan kelompok 4 (empat), bangunan dan tanah, dialihkan oleh Perusahaan sebelum lewat jangka waktu 10 (sepuluh) tahun.

Ketentuan penambahan PPh Final tidak berlaku bagi:

1. pengalihan aktiva tetap yang bersifat force majeur berdasarkan keputusan/ kebijakan Pemerintah atau keputusan Pengadilan;

2. pengalihan aktiva tetap dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang mendapat persetujuan; atau

3. penarikan aktiva tetap dari penggunaan karena mengalami kerusakan berat yang tidak dapat diperbaiki lagi.

Selisih antara nilai pengalihan aktiva tetap dengan nilai sisa buku fiskal pada saat pengalihan adalah keuntungan atau kerugian berdasarkan UU PPh. Yang akan dikenakan dikenakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh.

4. Untuk perusahaan yang sudah mengajukan permohonan izin penilaian kembali aktiva tetap sebelum berlaku nya PMK Nomor 79/PMK.03/2008 ini tetapi belum diterbitkan surat keputusan, maka akan diproses sesuai peraturan yang lama yaitu KMK 486/KMK.03/2002.

XI. TUGAS KANWIL

1. Meminta konfirmasi kepada Kepala KPP tentang pelunasan semua kewajiban pajak Perusahaan, permintaan konfirmasi ini wajib dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan Perusahaan;

2. Apabila dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak disampaikan permohonan konfirmasi, belum ada jawaban, maka proses permohonan persetujuan Revaluasi, tetap dilakukan dengan memberikan catatan pada kertas kerjanya.

3. Jika dikemudian hari diperoleh data bahwa Perusahaan yang telah diberikan persetujuan Revaluasi, ternyata belum memenuhi semua kewajiban perpajakannya, maka persetujuan Revaluasi dicabut dan penyusutan fiskal tetap menggunakan dasar penyusutan fiskal dan masa manfaat fiskal sebelum dilakukan Revaluasi. Dan Kepala Kanwil DJP atas nama Dirjen Pajak menerbitkan Surat keputusan pencabutan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak data diperoleh.

4. Jika permohonan Perusahaan belum lengkap, maka Kepala Kanwil wajib menerbitkan surat permintaan kelengkapan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan 4. Jika permohonan Perusahaan belum lengkap, maka Kepala Kanwil wajib menerbitkan surat permintaan kelengkapan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan

5. Kepala Kanwil atas nama Dirjen Pajak wajib menerbitkan surat keputusan persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diterimanya permohonan Perusahaan.

XII. TUGAS KPP • Kepala KPP wajib memberikan jawaban konfirmasi pelunasan semua kewajiban pajak Perusahaan yang

diminta oleh Kepala Kanwil dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan konfirmasi.

L.2. Revaluasi aktiva tetap untuk tahun 2015 dan 2016

I. DASAR HUKUM

A. PMK-29/PMK.03/2016 (berlaku sejak 23 Februari 2016) tentang perubahan kedua atas PMK- 191/PMK.010/2015 (berlaku sejak 20 Oktober 2015) tentang penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016

▪ PMK-29/PMK.03/2016 menambah Pasal 6A dan Pasal 6B ▪ PMK-233/PMK.03/2015 mengubah ketentuan Pasal 3, Pasal 8, dan Pasal 9, serta

menambah pasal yaitu Pasal 9A, dan Pasal 11A

B. PER-37/PJ/2015 (berlaku sejak 23 Oktober 2015) tentang tata cara pengajuan permohonan dan pengadministrasian penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan

II. SURAT EDARAN TERKAIT o SE-73/PJ/2015 (tanggal 3 Desember 2015) tentang petunjuk pelaksanaan PER-37/PJ/2015

III. PERLAKUAN KHUSUS UNTUK TAHUN 2015 DAN 2016 o Wajib Pajak dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan dengan

mendapatkan perlakuan khusus apabila permohonan penilaian kembali diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu sejak berlakunya PMK-191/PMK.010/2015 (berlaku sejak 20 Oktober 2015) sampai dengan tanggal 31 Desember 2016. (Pasal 1 ayat (1) PMK-191/PMK.010/2015) o Perlakuan khusus yaitu berupa Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar: (Pasal 1 ayat (2) PMK-191/PMK.010/2015)

1. 3% (tiga persen), untuk permohonan yang diajukan sejak berlakunya PMK- 191/PMK.010/2015 (berlaku sejak 20 Oktober 2015) sampai dengan tanggal 31 Desember 2015;

2. 4% (empat persen), untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 30 Juni 2016; atau

3. 6% (enam persen), untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016 sampai dengan tanggal 31 Desember 2016,

yang dikenakan atas selisih lebih nilai aktiva tetap hasil penilaian kembali atau hasil perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak, di atas nilai sisa buku fiskal semula.

• Nilai aktiva tetap hasil penilaian kembali ini merupakan nilai aktiva tetap yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah. (Pasal 1 ayat (3) PMK- 191/PMK.010/2015) • Nilai aktiva tetap hasil perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak ini harus dilakukan penilaian kembali dan ditetapkan oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, paling lambat tanggal: (Pasal 1 ayat (4) PMK-191/PMK.010/2015)

a. 31 Desember 2016, untuk permohonan yang diajukan sejak berlakunya PMK- 191/PMK.010/2015 (berlaku sejak 20 Oktober 2015) sampai dengan tanggal 31 Desember 2015;

b. 30 Juni 2017, untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 30 Juni 2016; atau

c. 31 Desember 2017, untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016 sampai dengan tanggal 31 Desember 2016.

• Nilai aktiva tetap yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah ini harus berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap. (Pasal 4 ayat (1) PMK-191/PMK.010/2015) • Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap yang bersangkutan. (Pasal 4 ayat (2) PMK-191/PMK.010/2015)

IV. WP YANG DAPAT MELAKUKAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP UNTUK TUJUAN

PERPAJAKAN o meliputi Wajib Pajak badan dalam negeri, Bentuk Usaha Tetap (BUT), dan Wajib Pajak orang

pribadi yang melakukan pembukuan, termasuk: (Pasal 2 PMK-191/PMK.010/2015)

1. Wajib Pajak yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat; dan

▪ Dalam hal Wajib Pajak yang mengajukan permohonan penilaian kembali aktiva tetap adalah Wajib Pajak yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika

Serikat, selisih lebih nilai aktiva tetap yang digunakan sebagai dasar pengenaan Pajak Penghasilan harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam satuan mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada tanggal pembayaran PPh. (Pasal 6 ayat (4) PMK- 191/PMK.010/2015)

2. Wajib Pajak yang pada saat penetapan penilaian kembali nilai aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah belum melewati jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penilaian kembali aktiva tetap terakhir berdasarkan PMK-79/PMK.03/2008 .

V. CARA MENGAJUKAN PERMOHONANNYA o Permohonan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan dapat diajukan oleh

Wajib Pajak yang:

JENIS WAJIB PAJAK (Pasal 5 ayat

No. CARA MENGAJUKAN PERMOHONAN

(1) PMK-191/PMK.010/2015)

1. telah melakukan penilaian kembali

3. Permohonan penilaian kembali aktiva tetap diajukan oleh aktiva tetap yang dilakukan oleh

Wajib Pajak kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat kantor jasa penilai publik atau ahli

Jenderal Pajak yang membawahi KPP tempat Wajib Pajak penilai yang memperoleh izin dari

terdaftar (KPP Domisili), dengan menggunakan format sesuai Pemerintah, tetapi belum digunakan

contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran I untuk tujuan perpajakan , dengan

PER-37/PJ/2015 ; (Pasal 2 ayat (1) PER-37/PJ/2015) ketentuan:

4. Permohonan diajukan dengan menggunakan nilai aktiva tetap hasil penilaian kembali aktiva tetap berdasarkan nilai

1. penilaian kembali aktiva tetap pasar atau nilai wajar aktiva tetap serta harus melampirkan: dilakukan pada tahun 2015

(Pasal 5 ayat (2) PMK-191/PMK.010/2015) untuk permohonan yang

a. Surat Setoran Pajak bukti pelunasan Pajak diajukan pada tahun 2015;

Penghasilan atas penilaian kembali aktiva tetap; atau

b. daftar aktiva tetap hasil penilaian kembali;

c. fotokopi surat izin usaha kantor jasa penilai publik dilakukan pada tahun 2016

2. penilaian kembali aktiva tetap

atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari untuk permohonan yang

Pemerintah yang dilegalisir oleh instansi Pemerintah diajukan pada tahun 2016;

yang berwenang menerbitkan surat izin usaha atau

tersebut;

d. laporan penilaian aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai yang memperoleh izin dari Pemerintah; dan

e. laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aktiva tetap.

5. Jika permohonan Wajib Pajak tidak dilengkapi dengan dokumen tersebut, Kepala Kanwil DJP dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterimanya permohonan menerbitkan: (Pasal 2 ayat (6) PER- 37/PJ/2015)

1. pemberitahuan permohonan belum diterima lengkap, 1. pemberitahuan permohonan belum diterima lengkap,

sesuai contoh formulir Lampiran VII PER-37/PJ/2015 ; atau ▪ Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja

format

sejak

pengiriman surat pemberitahuan permohonan belum diterima lengkap, Wajib Pajak harus menyampaikan kelengkapan permohonannya. (Pasal 2 ayat (7) PER-37/PJ/2015)

tanggal

▪ Kepala

DJP menerbitkan pemberitahuan permohonan tidak dapat ditindaklanjuti, apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan

Kanwil

kelengkapan dimaksud dengan menggunakan format sesuai contoh formulir Lampiran VIII PER-37/PJ/2015 . (Pasal 2 ayat (8) PER-37/PJ/2015)

2. pemberitahuan

permohonan tidak dapat ditindaklanjuti, apabila permohonan tidak dilampirkan Surat Setoran Pajak dengan menggunakan format sesuai contoh

formulir

Lampiran VIII

PER-

37/PJ/2015 .

2. belum melakukan penilaian

6. Permohonan penilaian kembali aktiva tetap diajukan oleh kembali aktiva tetap.

Wajib Pajak kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi KPP tempat Wajib Pajak terdaftar (KPP Domisili), dengan menggunakan format sesuai contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran II PER-37/PJ/2015 ; (Pasal 2 ayat (1) PER-37/PJ/2015)

7. Permohonan Wajib Pajak diajukan dengan menggunakan perkiraan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap menurut Wajib Pajak. (Pasal 2 ayat (5) PER-37/PJ/2015)

▪ Nilai aktiva tetap hasil perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak ini harus dilakukan penilaian

kembali dan ditetapkan oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, paling lambat tanggal: (Pasal 1 ayat (4) PMK-191/PMK.010/2015)

1. 31 Desember 2016, untuk permohonan yang diajukan

berlakunya PMK- 191/PMK.010/2015 sampai dengan tanggal

sejak

31 Desember 2015;

2. 30 Juni 2017, untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 30 Juni 2016; atau

3. 31 Desember 2017, untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016 sampai dengan tanggal 31 Desember 2016.

▪ Dalam hal Wajib Pajak ini tidak melakukan

penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, sesuai jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (4)

melengkapi dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4),

dan/atau

batal dan atas

pembayaran

yang telah dilunasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat (2) diperlakukan sebagai pajak yang

PPh

seharusnya tidak terutang. (Pasal 6 ayat (5) PMK-

191/PMK.010/2015)

8. Permohonan diajukan dengan melampirkan: (Pasal 5 ayat (3) PMK-191/PMK.010/2015)

Surat Setoran Pajak bukti pelunasan Pajak Penghasilan atas perkiraan penilaian kembali aktiva tetap; dan

a. daftar aktiva tetap yang akan dinilai kembali beserta perkiraan nilainya .

9. Jika permohonan Wajib Pajak tidak dilengkapi dengan dokumen tersebut, Kepala Kanwil DJP dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterimanya permohonan menerbitkan: (Pasal 2 ayat (6) PER- 37/PJ/2015)

pemberitahuan permohonan belum diterima lengkap, sepanjang Wajib Pajak telah melampirkan Surat Setoran Pajak dalam permohonannya, dengan menggunakan

sesuai contoh formulir Lampiran VII PER-37/PJ/2015 ; atau ▪ Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja

format

pengiriman surat pemberitahuan permohonan belum diterima lengkap, Wajib Pajak harus menyampaikan kelengkapan permohonannya. (Pasal 2 ayat (7) PER-37/PJ/2015)

DJP menerbitkan pemberitahuan permohonan tidak dapat ditindaklanjuti, apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan

Kanwil

kelengkapan dimaksud dengan menggunakan format sesuai contoh formulir Lampiran VIII PER-37/PJ/2015 . (Pasal 2 ayat (8) PER-37/PJ/2015)

a. pemberitahuan

permohonan tidak dapat ditindaklanjuti, apabila permohonan tidak dilampirkan Surat Setoran Pajak dengan menggunakan format sesuai contoh

formulir

Lampiran VIII

PER-

37/PJ/2015 .

10. Selain itu, Wajib Pajak juga harus melengkapi dengan dokumen yang harus disampaikan paling lambat pada tanggal: (Pasal 5 ayat (5) PMK-191/PMK.010/2015)

31 Desember 2016, untuk permohonan yang diajukan sejak berlakunya PMK-191/PMK.010/2015 (berlaku sejak 20 Oktober 2015) sampai dengan tanggal 31 Desember 2015;

a. 30 Juni 2017, untuk permohonan yang diajukan sejak

1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 30 Juni 2016; atau

b. 31 Desember 2017, untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016 sampai dengan tanggal 31 Desember 2016.

▪ dokumen tersebut diminta DJP dengan cara Kepala Kanwil DJP menerbitkan pemberitahuan tambahan dokumen

kelengkapan dengan menggunakan format sesuai contoh formulir Lampiran IX PER-37/PJ/2015 ; (Pasal 2 ayat (9) PER-37/PJ/2015)

▪ Dokumen tersebut yaitu: (Pasal 5 ayat (4) PMK- 191/PMK.010/2015)

SSP bukti pelunasan PPh atas penilaian kembali aktiva

terjadi kekurangan

pembayaran pajak terutang;

▪ Dalam hal hasil penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai ▪ Dalam hal hasil penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai

1. 3% (tiga persen), bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh penetapan penilaian kembali aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, dan melunasi Pajak Penghasilan dimaksud dalam jangka waktu

sejak PMK- 191/PMK.010/2015 (berlaku sejak 20 Oktober 2015) mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2015;

2. 4% (empat persen), bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh penetapan penilaian kembali aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, dan melunasi PPh dimaksud dalam jangka waktu sejak tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 30 Juni 2016;

3. 6% (enam persen), bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh penetapan penilaian kembali aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, dan melunasi Pajak Penghasilan dimaksud dalam jangka waktu sejak tanggal 1 Juli 2016 sampai

31 Desember 2016; atau

dengan tanggal

4. 10% (sepuluh persen), bagi Wajib Pajak

telah memperoleh penetapan penilaian kembali aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, dan melunasi Pajak Penghasilan dimaksud pada tahun 2017.

yang

▪ Dalam hal hasil penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai

publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah lebih kecil daripada nilai perkiraan nilai pasar atau nilai wajar yang diajukan

dalam

permohonan yang

menyebabkan

terjadinya kelebihan

pembayaran

atas kelebihan pembayaran pajak tersebut merupakan pajak yang seharusnya tidak terutang. (Pasal 6 ayat (3) PMK-191/PMK.010/2015)

pajak,

a. daftar aktiva tetap hasil penilaian kembali;

b. fotokopi surat izin usaha kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah yang dilegalisir oleh instansi Pemerintah yang berwenang menerbitkan surat izin usaha b. fotokopi surat izin usaha kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah yang dilegalisir oleh instansi Pemerintah yang berwenang menerbitkan surat izin usaha

c. laporan penilaian aktiva tetap oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai yang memperoleh izin dari Pemerintah; dan

d. laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aktiva tetap.

▪ Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat memenuhi ketentuan kelengkapan dokumen ini, permohonan Wajib Pajak dianggap batal dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak dapat memberitahukan kepada Wajib Pajak dengan

menggunakan format

sesuai contoh formulir

Lampiran XII

PER-

37/PJ/2015 (Pasal 3 ayat (3) PER-37/PJ/2015)

VI. WP YANG MENDAPAT KRITERIA KHUSUS AGAR DAPAT MELUNASI PPH PASAL 19 INI PALING

LAMBAT 31 DESEMBER 2016 (Pasal 6A PMK-29/PMK.03/2016)

1. WP yang memenuhi kriteria tertentu dapat melunasi PPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

ayat (2) dan/atau Pasal 6 ayat (2) PMK-191/PMK.010/2015 paling lambat tanggal 31

Desember 2016.

2. Kriteria tertentu tersebut meliputi:

a. Pajak Penghasilan yang terutang atas selisih lebih nilai aktiva tetap hasil penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal paling sedikit Rp3.000.000.000.000,- (tiga triliun rupiah); dan

b. Wajib Pajak telah menyampaikan laporan penilaian kembali aktiva tetap:

a. paling lambat tanggal 31 Maret 2016 yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai yang memperoleh izin dari Pemerintah, dalam hal permohonan penilaian kembali aktiva tetap telah disampaikan dengan menggunakan perkiraan penilaian kembali sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini; atau

b. pada saat pengajuan permohonan penilaian kembali yang ditetapkan oleh kantor Jasa penilai publik atau ahli penilai yang memperoleh izin dari Pemerintah, dalam hal permohonan penilaian kembali aktiva tetap diajukan setelah berlakunya Peraturan Menteri ini.

3. Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu ini tidak perlu melampirkan dokumen berupa Surat Setoran Pajak bukti pelunasan Pajak Penghasilan pada saat menyampaikan permohonan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) atau pada saat menyampaikan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) PMK-191/PMK.010/2015 .

4. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan diterima lengkap dapat menerbitkan surat keputusan persetujuan penilaian kembali aktiva tetap.

5. TARIF YANG DIKENAKAN : ▪ atas selisih lebih nilai aktiva tetap hasil penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula, dikenakan PPh dengan tarif pajak pada waktu pengajuan permohonan penilaian

kembali sesuai ketentuan dalam Pasal 1 ayat (2) PMK-191/PMK.010/2015 . (Pasal 6B ayat (1) PMK-29/PMK.03/2016)

6. DALAM HAL WP TELAT BAYAR ▪ Dalam hal Wajib Pajak membayar dan/atau melunasi Pajak Penghasilan setelah tanggal

31 Desember 2016, Wajib Pajak dimaksud dikenai sanksi administrasi berupa bunga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 31 Desember 2016 tersebut. (Pasal 6B ayat (2) PMK-29/PMK.03/2016)

VII. KEPUTUSAN KANWIL o Setelah meneliti kelengkapan dan kebenaran permohonan Wajib Pajak, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan: (Pasal 3 ayat (1) PER-37/PJ/2015)

1. keputusan persetujuan

sesuai contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran X PER-37/PJ/2015 , dalam hal permohonan Wajib Pajak telah lengkap dan benar; atau

2. keputusan penolakan dengan menggunakan format sesuai contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI PER-37/PJ/2015 , dalam hal permohonan Wajib Pajak tidak benar.

o Keputusan persetujuan atau penolakan diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima lengkap. (Pasal 3 ayat (2) PER-37/PJ/2015) o Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) dan ayat (5), permohonan Wajib Pajak dianggap batal dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat

Wajib Pajak dengan menggunakan format sesuai contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII PER- 37/PJ/2015 (Pasal 3 ayat (3) PER-37/PJ/2015)

VIII. JENIS AKTIVA YANG DAPAT DILAKUKAN PENILAIAN KEMBALI o Penilaian kembali aktiva tetap dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh aktiva tetap

berwujud yang berada atau terletak di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak, yang mempunyai masa

manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. (Pasal 3 ayat (1) PMK-233/PMK.03/2015)

IX. PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP SEBELUM LEWAT JANGKA WAKTU 5 TAHUN o Aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali berdasarkan PMK-233/PMK.03/2015 ini tidak

dapat dilakukan penilaian kembali untuk tujuan perpajakan sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penilaian kembali aktiva tetap yang dilakukan berdasarkan PMK- 233/PMK.03/2015 ini. (Pasal 3 ayat (2) PMK-233/PMK.03/2015)

X. PENYUSUTAN

1. Bagi Wajib Pajak yang pada saat permohonan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a angka 1 atau memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b tetapi pada tahun 2015 dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap yang dilakukan oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari

Pemerintah, serta telah memperoleh keputusan persetujuan penilaian kembali aktiva tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (6), ketentuan penyusutan fiskal aktiva tetap adalah sebagai berikut: (Pasal 7 ayat (1) PMK-191/PMK.010/2015)

1. dasar penyusutan fiskal aktiva tetap adalah nilai pada saat penilaian kembali aktiva tetap;

2. masa manfaat fiskal aktiva tetap disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok aktiva tetap tersebut; dan

3. penghitungan penyusutan dimulai sejak tanggal 1 Januari 2016. o Bagi Wajib Pajak yang pada saat permohonan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a angka 2 atau memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan pada tahun 2016 atau tahun 2017 telah melakukan penilaian kembali aktiva tetap yang dilakukan oleh kantor jasa penilai publik atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, serta telah memperoleh keputusan persetujuan penilaian kembali aktiva tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (6), ketentuan penyusutan fiskal aktiva tetap adalah sebagai berikut: (Pasal 7 ayat (2) PMK-191/PMK.010/2015)

1. dasar penyusutan fiskal aktiva tetap adalah nilai pada saat penilaian kembali aktiva tetap;

2. masa manfaat fiskal aktiva tetap disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok aktiva tetap tersebut; dan

3. penghitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap.

XI. DALAM HAL AKTIVA DIALIHKAN

A. Dalam hal Wajib Pajak melakukan pengalihan aktiva tetap berupa: (Pasal 8 ayat (1) PMK- 233/PMK.03/2015)

1. aktiva tetap kelompok 1 (satu) dan kelompok 2 (dua), yang telah memperoleh keputusan persetujuan penilaian kembali sebelum lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun;

2. aktiva tetap kelompok 3 (tiga) dan kelompok 4 (empat), yang telah memperoleh keputusan persetujuan penilaian kembali sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun; atau

3. tanah dan/atau bangunan yang telah memperoleh keputusan persetujuan penilaian kembali sebelum lewat jangka waktu 1 (satu) tahun,

sejak dilakukannya penilaian kembali, atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap di atas nilai sisa buku fiskal semula, dikenakan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif tertinggi Pajak Penghasilan yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap dikurangi pajak yang telah dibayarkan berdasarkan PMK-233/PMK.03/2015 ini.

• Tarif tertinggi PPh adalah: (Pasal 8 ayat (1a) PMK-233/PMK.03/2015)

1. tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2a) UU PPh bagi WP badan dalam negeri atau BUT; atau

2. tarif tertinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh bagi WP OP.

B. Pajak Penghasilan wajib dilunasi paling lama 15 (lima belas) hari setelah akhir bulan terjadinya pengalihan aktiva tetap tersebut. (Pasal 8 ayat (2) PMK-233/PMK.03/2015) o Ketentuan ini tidak berlaku bagi: (Pasal 8 ayat (3) PMK-233/PMK.03/2015)

1. pengalihan aktiva tetap WP yang bersifat force majeur berdasarkan keputusan atau kebijakan pemerintah atau putusan pengadilan;

2. pengalihan aktiva tetap Wajib Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang mendapat persetujuan Direktur Jenderal Pajak; atau

3. penarikan aktiva tetap Wajib Pajak dari penggunaan karena mengalami kerusakan berat yang tidak dapat diperbaiki lagi dan/atau tidak dapat berproduksi kembali .

C. Selisih antara nilai pengalihan aktiva tetap Wajib Pajak dengan nilai sisa buku fiskal pada saat pengalihan merupakan keuntungan atau kerugian berdasarkan ketentuan UU PPh. (Pasal 8 ayat (4) PMK- 233/PMK.03/2015)

XII. TERKAIT PEMBUKUAN o Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap Wajib Pajak di atas nilai sisa buku komersial semula

setelah dikurangi dengan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 6 harus harus dicatat dalam laporan keuangan Wajib Pajak. (Pasal 9 ayat (1) PMK- 233/PMK.03/2015)

XIII. TERKAIT SAHAM BONUS o Pemberian saham bonus atau pencatatan tambahan nilai nominal saham tanpa penyetoran yang

berasal dari kapitalisasi selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap Wajib Pajak, sampai dengan sebesar selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap secara fiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 6, bukan merupakan Objek Pajak berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf g UU

PPh jo. Pasal 2 huruf b PP 94 TAHUN 2010. (Pasal 9 ayat (2) PMK-233/PMK.03/2015) ▪ Dalam hal selisih lebih penilaian kembali secara fiskal sebagaimana dimaksud pada 9 ayat (2) PMK-233/PMK.03/2015 lebih besar daripada selisih lebih penilaian kembali

secara komersial sebagaimana dimaksud pada

9 ayat (1) PMK-233/PMK.03/2015 , pemberian saham bonus atau pencatatan tambahan nilai nominal saham tanpa penyetoran yang bukan merupakan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), 9 ayat (1) PMK-233/PMK.03/2015 , pemberian saham bonus atau pencatatan tambahan nilai nominal saham tanpa penyetoran yang bukan merupakan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

XIV. DALAM HAL REVALUASI DILAKUKAN OLEH BUMN ATAU BUMD o Dalam hal penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan dilakukan oleh BUMN atau BUMD, penetapan nilai aktiva tetap hasil penilaian kembali dapat dilakukan oleh penilai

pemerintah di lingkungan Direktorat

Negara. (Pasal 9A PMK- 233/PMK.03/2015)

Jenderal Kekayaan

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18