Penyusutan, Amortisasi dalam Bidang Usaha Tertentu (Tanaman Kehutanan, kayu, Tanaman Keras, Ternak)

D.14.4. Penyusutan, Amortisasi dalam Bidang Usaha Tertentu (Tanaman Kehutanan, kayu, Tanaman Keras, Ternak)

I. DASAR HUKUM

A. Pasal 11 ayat 7 dan 11A ayat (1a) UU Nomor 36 TAHUN 2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang perubahan keempat atas UU Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan

B. PMK- 248/PMK.03/2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya untuk bidang usaha tertentu

C. PMK- 249/PMK.03/2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) stdd PMK- 126/PMK.011/2012 (berlaku sejak 7 Agustus 2012 (ketentuan ini mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2012) tentang penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu

D. PER-21/PJ/2012 (berlaku sejak 24 Oktober 2012) tentang tata cara permohonan dan penetapan masa manfaat yang sesungguhnya atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu

II. DEFENISI BIDANG USAHA TERTENTU o Bidang usaha tertentu meliputi: (Pasal 1 ayat (2) PMK- 126/PMK.011/2012 ) dan (Pasal 2 PMK-

248/PMK.03/2008 )

1. bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam lebih dari

1 (satu) tahun;

2. bidang usaha perkebunan tanaman keras, yaitu bidang usaha perkebunan yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam lebih Dari 1 (satu) tahun;

3. bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan yang ternaknya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah dipelihara lebih dari 1 (satu) tahun.

III. PENYUSUTAN PADA BIDANG USAHA TERTENTU

A. Jenis

Tertentu dan Pengelompokkan Penyusutannya

1. Kelompok Penyusutan

o Harta berwujud berupa aktiva tetap yang dimilik dan digunakan serta merupakan komoditas pokok dalam bidang usaha tertentu, yaitu : (Pasal 1 ayat (3) PMK-

126/PMK.011/2012 )

a. bidang usaha kehutanan, meliputi tanaman kehutanan, kayu;

o dikelompokkan

2A ayat (1) PMK-

126/PMK.011/2012 )

b. bidang usaha industri perkebunan tanaman keras meliputi tanaman keras

o dikelompokkan

2A ayat (1) PMK-

126/PMK.011/2012 )

c. bidang usaha peternakan meliputi ternak, termasuk ternak sapi pejantan.

o dikelompokkan

2A ayat (1) PMK-

126/PMK.011/2012 )

2. Permohonan Penetapan Kelompok Harta Berwujud 2. Permohonan Penetapan Kelompok Harta Berwujud

dengan menunjukkan

masa manfaat yang

sesungguhnya dari

harta berwujud. (Pasal 2A ayat (2) dan (3) PMK-

126/PMK.011/2012 )

o Dalam hal Wajib Pajak dapat menunjukkan masa manfaat yang sesungguhnya dan suatu harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam

bidang usaha tertentu tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok harta berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 PER-21/PJ/2012 , WP harus mengajukan permohonan tertulis untuk penetapan kelompok harta berwujud sesuai dengan masa manfaat yang sesungguhnya.

o Cara Mengajukan

Permohonan

Penetapan

Kelompok Harta

Berwujud : (Pasal 2 PER-21/PJ/2012 )

i.

WP harus mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala Kantor Wilayah DJP yang membawahi KPP tempat WP terdaftar.

ii.

Permohonan tertulis harus disampaikan sebelum dimulainya penyusutan dengan menggunakan format Lampiran I PER- 21/PJ/2012

iii.

Permohonan tertulis dilampiri dengan:

o penjelasan terperinci mengenai harta berwujud; o kajian mengenai perkiraan umur harta berwujud/masa manfaat ekonomis; dan o surat kuasa khusus dalam hal permohonan disampaikan oleh kuasa Wajib Pajak.

b. Yang Dilakukan Kepala Kanwil DJP Setelah Menerima Permohonan Tertulis

WP : (Pasal 3 PER-21/PJ/2012 )

i.

Atas permohonan tertulis Wajib Pajak, Kepala Kanwil DJP melakukan penelitian.

ii.

Dalam hal permohonan WP belum lengkap, Kepala Kanwil DJP menyampaikan surat permintaan kelengkapan dengan menggunakan

format Lampiran II PER-21/PJ/2012

iii.

Dalam hal WP tidak dapat memenuhi kelengkapan yang diminta sampai dengan batas waktu yang ditentukan, permohonan WP tidak dapat dipertimbangkan.

iv.

Kepala Kanwil DJP atas nama DJP harus memberikan keputusan atas permohonan WP paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan tertulis dan lampirannya diterima secara lengkap dengan menggunakan format

sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III PER-21/PJ/2012

v.

Apabila jangka waktu 1 bulan tersebut telah terlampaui dan Kepala Kanwil DJP belum memberikan suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.

b. Dalam hal permohonan ditolak, WP menggunakan masa manfaat harta berwujud sesuai Pasal 2A ayat (1) PMK-126/PMK.11/2012. (Pasal 2A ayat (4) PMK- 126/PMK.011/2012 )

B. Metode Penyusutan yang Digunakan B. Metode Penyusutan yang Digunakan

selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut. (Pasal 1 ayat (1) PMK- 126/PMK.011/2012 )

o Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud termasuk biaya pembelian bibit, biaya untuk membesarkan dan memelihara bibit. (Pasal 2 ayat (1) PMK 249/PMK.03/2008 )

o Tidak termasuk sebagai pengeluaran adalah biaya yang berhubungan dengan tenaga

kerja. (Pasal 2 ayat (2) PMK 249/PMK.03/2008 )

Saat Mulai Dilakukan Penyusutan o Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dimulai pada bulan produksi

komersial. (Pasal 1 ayat (4) PMK- 126/PMK.011/2012 ) o Bulan produksi komersial adalah bulan dimana penjualan mulai dilakukan. (Pasal 1 ayat (5) PMK- 126/PMK.011/2012 )

Dalam Hal Harta Berwujud Dijual o Dalam hal harta berwujud dijual, maka harga jual merupakan penghasilan dan nilai sisa buku merupakan kerugian. (Pasal 3 PMK 24 9/PMK.03/2008)

IV. AMORTISASI PADA BIDANG USAHA TERTENTU o Saat Mulai Dilakukan Amortisasi

o Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya untuk bidang usaha tertentu dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran atau pada bulan produksi

komersial. (Pasal 1 ayat (1) PMK 248/PMK.03/2008 )

o Bulan produksi komersial adalah bulan dimana penjualan mulai dilakukan. (Pasal 1 ayat (2) PMK 248/PMK.03/2008 )

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18