Keuntungan karena Pembebasan Utang

C.8. Keuntungan karena Pembebasan Utang

I. DASAR HUKUM

A. Pasal 4 ayat (1) huruf k UU Nomor 36 TAHUN 2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang perubahan keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

B. PP 130 TAHUN 2000 (berlaku sejak 1 Januari 2001) tentang pengecualian sebagai objek pajak atas keuntungan karena pembebasan utang debitur kecil

ingat!!! o Debitur adalah pihak yg berutang kepada pihak lain

o Kreditur adalah pihak yang "menghutangi"

II. KEUNTUNGAN KARENA PEMBEBASAN UTANG ADALAH OBJEK PAJAK o keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah adalah objek pajak (Pasal 4 ayat (1) huruf k UU Nomor 36 TAHUN

o Pembebasan utang oleh pihak yang berpiutang dianggap sebagai penghasilan bagi pihak yang semula berutang (debitur), sedangkan bagi pihak yang berpiutang (kreditur) dapat

dibebankan sebagai biaya. Namun, dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan bahwa pembebasan utang debitur kecil misalnya Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), kredit untuk perumahan sangat sederhana, serta kredit kecil lainnya sampai dengan jumlah tertentu dikecualikan sebagai objek pajak. (Penjelasan

Pasal 4 ayat (1) huruf k UU Nomor 36 TAHUN 2008 )

o PERLAKUAN PAJAK BAGI PIHAK KREDITUR YANG PIUTANGNYA NYATA2 TIDAK

DAPAT DITAGIH KEPADA DEBITUR KECIL o Dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible) dengan ketentuan KLIK DISINI

III.

KEUNTUNGAN KARENA PEMBEBASAN UTANG DEBITUR KECIL YANG BUKAN MERUPAKAN

OBJEK PAJAK (DENGAN PENETAPAN PP) o Atas penghasilan yang diperoleh debitur berupa keuntungan karena pembebasan utang yang

merupakan Utang Debitur Kecil dari bank atau lembaga pembiayaan , dikecualikan sebagai Objek

Pajak. (Pasal 3 ayat (1) PP 130 TAHUN 2000 )

o Utang Debitur Kecil adalah utang usaha yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 350.000.000,00 (tiga

ratus lima puluh juta rupiah), termasuk : (Pasal 1 PP 130 TAHUN 2000 )

1. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), yaitu kredit lunak untuk usaha ekonomi produktif yang diberikan kepada Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I (alasan ekonomi hasil pendataan KS) yang telah menjadi peserta Takesra dan tergabung dalam kegiatan kelompok Prokesra-UPPKS;

2. Kredit Usaha Tani (KUT), yaitu kredit modal kerja yang diberikan oleh bank kepada koperasi primer baik sebagai pelaksana (executing) maupun penyalur (channeling) atau kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai pelaksana pemberian kredit, untuk keperluan petani yang tergabung dalam kelompok tani guna membiayai usaha taninya dalam rangka intensifikasi padi, palawija dan hortikultura;

3. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS), yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat untuk pemilikan rumah sangat sederhana (RSS);

4. Kredit Usaha Kecil (KUK), yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil; dan

5. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.

o Pengecualian sebagai Objek Pajak ini hanya dapat dinikmati oleh debitur 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

tahun pajak. (Pasal 3 ayat (2) PP 130 TAHUN 2000 )

o DALAM HAL KREDIT YANG DIBERIKAN OLEH LEBIH DARI SATU BANK KEPADA SATU DEBITUR JUMLAHNYA TIDAK MELEBIHI 350JUTA

o Kredit yang diberikan oleh lebih dari satu bank kepada satu debitur yang jumlah seluruhnya tidak melebihi Rp 350 juta tersebut dapat dihitung sebagai Utang Debitur Kecil dari masing-masing

bank, sepanjang memenuhi kriteria Utang Debitur Kecil. (Pasal 2 ayat (1) PP 130 TAHUN 2000 )

o DALAM HAL KREDIT YANG DIBERIKAN OLEH LEBIH DARI SATU BANK KEPADA SATU DEBITUR JUMLAHNYA MELEBIHI 350JUTA

o Dalam hal pemberian Utang Debitur Kecil dilakukan oleh lebih dari satu bank kepada satu debitur yang mengakibatkan jumlah plafon kreditnya melampaui 350 juta, maka (Pasal 2 ayat (2) dan (3)

PP 130 TAHUN 2000 )

1. keuntungan karena pembebasan utang yang dikecualikan sebagai Objek Pajak

adalah jumlah sisa kredit yang diperoleh pada bank pertama ditambah dengan jumlah sisa kredit yang diperoleh pada bank-bank berikutnya sampai mencapai jumlah plafon kredit keseluruhan sebesar Rp 350 juta

2. Dan sisa kredit pada bank tersebut dan atau bank-bank lain setelah dikurangi dengan jumlah plafon kredit keseluruhan sebesar Rp 350juta tersebut merupakan Objek Pajak.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18