PERLAKUAN PERPAJAKAN DI KAPET

IV. PERLAKUAN PERPAJAKAN DI KAPET

o Perlakuan perpajakan di KAPET dibedakan atas 3 kelompok besar, yaitu :

1. Untuk Pengusaha yang Berdomisili di dalam wilayah KAPET (diberikan fasilitas PPh saja)

2. Untuk Pengusaha yang Tidak Berdomisili di dalam wilayah KAPET (diberikan fasilitas PPh saja)

3. Untuk Pengusaha yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) dan atau Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) Pada Wilayah KAPET yang ditetapkan sebagai Kawasan Berikat ( diberikan fasilitas PPh dan PPN serta PPnBM)

o Untuk mengembangkan KAPET sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, beberapa wilayah dalam KAPET dapat ditetapkan sebagai Kawasan Berikat (Pasal 7 KEPRES Nomor 150 TAHUN 2000 ).

A. Untuk Pengusaha yang Berdomisili di dalam wilayah KAPET (Fasilitas perpajakan di bidang PPh ini diberikan terhadap kegiatan dan aktiva yang semata-mata digunakan di dalam wilayah

KAPET (Pasal 2 ayat (3) KEP-229/PJ./2001 ) o diberikan fasilitas PPh berupa: (Pasal 2 ayat (1) KEP-229/PJ./2001 )

1. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman yang dilakukan, yang dapat dinikmati selama 6 tahun terhitung sejak tahun dimulainya produksi komersial, yaitu sebesar 5% setiap tahun dari jumlah realisasi penanaman modal baik dalam aktiva tetap yang dapat disusutkan maupun yang tidak dapat disusutkan; 1. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman yang dilakukan, yang dapat dinikmati selama 6 tahun terhitung sejak tahun dimulainya produksi komersial, yaitu sebesar 5% setiap tahun dari jumlah realisasi penanaman modal baik dalam aktiva tetap yang dapat disusutkan maupun yang tidak dapat disusutkan;

mengalami kerugian. (Pasal 3 ayat (1) KEP-229/PJ./2001 )

o Apabila dalam tahun-tahun pemberian fasilitas ini, Pengusaha melakukan pengalihan harta yang berasal dari penanaman modal yang telah mendapat

fasilitas tersebut, maka fasilitas yang telah dinikmati yang melekat pada harta tersebut dicabut kembali dan ditambahkan pada penghasilan kena pajak dalam tahun pajak dilakukannya pengalihan harta, dan atas keuntungan yang diperoleh dari pengalihan harta tersebut tetap terutang PPh. (Pasal 3 ayat (2) KEP- 229/PJ./2001 )

o Untuk dapat memperoleh fasilitas PPh ini, Pengusaha harus mengajukan

permohonan tertuliskepada Kepala KPP tempat Pengusaha terdaftar dengan menggunakan formulir Lampiran I KEP 229/PJ./2001 , dengan disertai :

1. Surat Penunjukan Pelaksana Proyek dari Badan Pengelola KAPET;

2. Surat Keterangan Penanaman Modal dari instansi yang berwenang;

3. Jumlah dan tahun realisasi penanaman modal yang dilakukan;

4. Laporan keuangan untuk tahun mulai berproduksi komersial. o Kepala KPP tempat Pengusaha terdaftar, menerbitkan Surat Keputusan

Persetujuan paling lambat 5 hari

kerja setelah permohonan diterima

lengkap. (Pasal 6 ayat (1) KEP-229/PJ./2001 )

o Dalam hal KPP tempat Pengusaha terdaftar berbeda dengan KPP tempat Pengusaha melakukan kegiatan usaha, maka Kepala KPP tempat Pengusaha

terdaftar mengirimkan tembusan Surat Keputusan Persetujuan kepada Kepala KPP yang wilayahnya meliputi tempat Pengusaha melakukan kegiatan

usaha. (Pasal 6 ayat (2) KEP 229/PJ./2001)

2. Pilihan untuk menerapkan penyusutan dan atau amortisasi yang dipercepat, sebagai berikut:

Kelompok Harta

Masa Manfaat

Tarif Penyusutan dan Amortisasi Berdasarkan

Menjadi

Metode

Garis Lurus

Saldo Menurun

I. Bukan Bangunan atau Harta Tak Berwujud

o Kelompok I

o Kelompok II

o Kelompok III

o Kelompok IV

II. Bangunan II. Bangunan

10 th

o Tidak Permanen

5 th

3. Kompensasi kerugian fiskal, mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai paling lama 10 tahun;

o Untuk dapat memperoleh fasilitas PPh ini, Pengusaha harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala KPP tempat Pengusaha terdaftar dengan menggunakan

formulir Lampiran II.aKEP-229/PJ./2001 dengan melampirkan Surat Penunjukan Pelaksana Proyek dari Badan Pengelola KAPET.

o Kepala KPP tempat Pengusaha terdaftar, menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan paling

permohonan diterima

lengkap. (Pasal 6 ayat (1) KEP 229/PJ./2001)

o Dalam hal KPP tempat Pengusaha terdaftar berbeda dengan KPP tempat Pengusaha melakukan kegiatan usaha, maka Kepala KPP tempat Pengusaha

terdaftar mengirimkan tembusan Surat Keputusan Persetujuan kepada Kepala KPP yang wilayahnya meliputi tempat Pengusaha melakukan kegiatan usaha. (Pasal 6

ayat (2) KEP-229/PJ./2001 )

4. PPh Pasal 26 atas Dividen sebesar 10%, atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.

o Untuk dapat memperoleh fasilitas PPh ini, Pengusaha harus mengajukan permohonan kepada Kepala KPP

dengan menggunakan

formulir Lampiran III.a KEP-229/PJ./2001 dengan disertai :

a. Surat Penunjukan Pelaksana Proyek dari Badan Pengelola KAPET;

b. Daftar nama, alamat, jumlah Dividen yang dibagikan, jumlah PPh Pasal 26 yang terutang;

c. Penjelasan bahwa Dividen yang dibayarkan berasal dari sisa laba tahun pajak yang bersangkutan.

terdaftar, menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan paling lambat 5 hari kerja setelah permohonan diterima lengkap. (Pasal 6

o Kepala KPP

tempat

Pengusaha

ayat (1) KEP-229/PJ./2001 )

o Dalam hal KPP tempat Pengusaha terdaftar berbeda dengan KPP tempat Pengusaha melakukan kegiatan usaha, maka Kepala KPP tempat Pengusaha terdaftar

mengirimkan tembusan Surat Keputusan Persetujuan kepada Kepala KPP yang wilayahnya meliputi tempat Pengusaha melakukan kegiatan usaha. (Pasal 6 ayat

(2) KEP-229/PJ./2001 )

B. Untuk Pengusaha yang Tidak Berdomisili di dalam wilayah KAPET (Fasilitas perpajakan di bidang PPh ini diberikan terhadap kegiatan dan aktiva yang semata-mata digunakan di dalam wilayah KAPET (Pasal 2 ayat (3) KEP-229/PJ./2001 )

o hanya diberikan fasilitas PPh berupa: (Pasal 2 ayat (2) KEP-229/PJ./2001 )

1. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman yang dilakukan, yang dapat dinikmati selama 6 tahun terhitung sejak tahun dimulainya produksi komersial, yaitu sebesar 5% setiap tahun dari jumlah realisasi penanaman modal baik dalam aktiva tetap yang dapat disusutkan maupun yang tidak dapat disusutkan; 1. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman yang dilakukan, yang dapat dinikmati selama 6 tahun terhitung sejak tahun dimulainya produksi komersial, yaitu sebesar 5% setiap tahun dari jumlah realisasi penanaman modal baik dalam aktiva tetap yang dapat disusutkan maupun yang tidak dapat disusutkan;

ayat (1) KEP-229/PJ./2001 )

o Apabila dalam tahun-tahun pemberian fasilitas ini, Pengusaha melakukan pengalihan harta yang berasal dari penanaman modal yang telah mendapat fasilitas tersebut, maka fasilitas

yang telah dinikmati yang melekat pada harta tersebut dicabut kembali dan ditambahkan pada penghasilan kena pajak dalam tahun pajak dilakukannya pengalihan harta, dan atas keuntungan yang diperoleh dari pengalihan harta tersebut tetap terutang PPh. (Pasal 3 ayat

(2) KEP-229/PJ./2001 )

o Untuk dapat memperoleh fasilitas PPh ini, Pengusaha harus mengajukan

permohonan tertuliskepada Kepala KPP tempat Pengusaha terdaftar dengan menggunakan formulir Lampiran I KEP-229/PJ./2001 , dengan disertai :

a. Surat Penunjukan Pelaksana Proyek dari Badan Pengelola KAPET;

b. Surat Keterangan Penanaman Modal dari instansi yang berwenang;

c. Jumlah dan tahun realisasi penanaman modal yang dilakukan;

d. Laporan keuangan untuk tahun mulai berproduksi komersial. o Kepala KPP tempat Pengusaha terdaftar, menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan paling

lambat 5 hari kerja setelah permohonan diterima lengkap. (Pasal 6 ayat (1) KEP- 229/PJ./2001 ) o Dalam hal KPP tempat Pengusaha terdaftar berbeda dengan KPP tempat Pengusaha melakukan kegiatan usaha, maka Kepala KPP tempat Pengusaha terdaftar mengirimkan tembusan Surat Keputusan Persetujuan kepada Kepala KPP yang wilayahnya meliputi

tempat Pengusaha melakukan kegiatan usaha. (Pasal 6 ayat (2) KEP-229/PJ./2001 )

2. Pilihan untuk menerapkan penyusutan dan atau amortisasi yang dipercepat, sebagai berikut:

Kelompok Harta

Masa Manfaat

Tarif Penyusutan dan Amortisasi Berdasarkan

Menjadi

Metode

Garis Lurus

Saldo Menurun

I. Bukan Bangunan atau Harta Tak Berwujud

o Kelompok I

o Kelompok II

o Kelompok III

o Kelompok IV

II. Bangunan o Permanen

10 th

o Tidak Permanen

5 th

Untuk Pengusaha yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) dan atau Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) Pada Wilayah KAPET yang ditetapkan sebagai

Kawasan Berikat (Pasal 2 ayat (1) dan (4) KEP-229/PJ./2001 )

0. diberikan fasilitas PPh sesuai (Pasal 2 ayat (1) KEP-229/PJ./2001 ) Untuk Pengusaha yang Berdomisili di dalam wilayah KAPET atau sesuai (Pasal 2 ayat (2) KEP-229/PJ./2001 ) Untuk Pengusaha yang Tidak Berdomisili di dalam wilayah KAPET (Fasilitas perpajakan di bidang PPh ini diberikan terhadap kegiatan dan aktiva yang semata-mata digunakan di dalam wilayah KAPET); dan

1. diberikan fasilitas PPh Tambahan berupa: (Pasal 2 ayat (4) KEP-229/PJ./2001 ) o pembebasan PPh Pasal 22 Impor atas :

a. impor barang modal atau peralatan untuk pembangunan/konstruksi/perluasan Kawasan Berikat dan peralatan perkantoran yang semata-mata dipakai oleh PKB;

b. impor barang modal atau peralatan lain yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi PDKB yang semata-mata dipakai di PDKB;

c. impor barang dan atau bahan untuk diolah di PDKB.

1. diberikan fasilitas PPN dan PPnBM tidak dipungut atas : (Pasal 2 ayat (5) KEP-229/PJ./2001 )

a. impor barang modal atau peralatan untuk pembangunan/konstruksi/perluasan Kawasan Berikat dan peralatan perkantoran yang semata-mata dipakai oleh PKB;

b. impor barang modal atau peralatan lain yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi PDKB yang semata-mata dipakai di PDKB;

c. impor barang dan atau bahan untuk diolah di PDKB;

d. pemasukan Barang Kena Pajak dari daerah Pabean Indonesia Lainnya (DPIL), ke PDKB untuk diolah lebih lanjut;

e. pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk diolah lebih lanjut;

f. pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke Perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dalam rangka subkontrak;

g. penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasil pekerjaan subkontrak oleh Pengusaha Kena Pajak di DPIL atau PDKB lainnya kepada Pengusaha Kena Pajak PDKB asal;

h. peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka subkontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL, atau PDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18