SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI (FINANCE LEASE)

V. SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI (FINANCE LEASE)

A. KRITERIA SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI (FINANCE LEASE)

o Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha dengan hak opsi apabila

memenuhi semua kriteria berikut : (Pasal 3 KMK- 1169/KMK.01/1991 )

1. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

2. masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan.

o Penggolongan jenis barang modal ini ditetapkan berdasarkan ketentuan Pasal 11 UU PPh - 1984(Pasal 5 KMK- 1169/KMK.01/1991 )

3. perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee

B. KETENTUAN TERKAIT PPH PADA SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI (FINANCE LEASE)

1. Perlakuan PPh Bagi Lessor Pada Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi (Pasal 14 KMK- 1169/KMK.01/1991 )

a. penghasilan lessor yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna usaha.

b. lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang disewa-guna-usahakan dengan hak opsi

c. dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa sewa guna usaha yang seharusnya, DJP melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor (Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan PPh dan PPN nya KLIK DISINI (SE-10/PJ.42/1994) (tetapi ketentuan ini tidak berlaku lagi sejak 29 November 2010)

d. Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% dari rata- rata saldo awal dan saldo akhir piutang sewa-guna-usaha dengan hak opsi. Piutang sewa-guna-usaha (Lease Receivable) adalah jumlah seluruh pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha

e. kerugian yang diderita karena piutang sewa-guna-usaha yang nyata-nyata tidak dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan

f. dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu terse but tidak atau tidak sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya dihitung sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan bruto.

2. Perlakuan PPh Bagi Lessee Pada Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi (Pasal 16 KMK- 1169/KMK.01/1991 )

a. selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli

b. setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan

c. pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa-guna-usaha tersebut memenuhi ketentuan untuk digolongkan sebagai Sewa Guna Usaha dengan hak opsi

d. dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa sewa guna usaha yang seharusnya, DJP melakukan koreksi atas pembebanan biaya SGU (Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan PPh dan PPN nya KLIK DISINI (SE- 10/PJ.42/1994) (tetapi ketentuan ini tidak berlaku lagi sejak 29 November 2010)

e. Lessee tidak memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-usaha yan g dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa-guna-usaha dengan hak opsi.

C. KETENTUAN TERKAIT PPN PADA SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI (FINANCE LEASE) C. KETENTUAN TERKAIT PPN PADA SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI (FINANCE LEASE)

o Ketentuan Lebih Lanjut diatur di SE-129/PJ/2010 (berlaku sejak 29 November 2010)

0. Dalam hal BKP berupa barang modal yang menjadi objek pembiayaan berasal dari pemasok (supplier)

a. BKP tersebut dianggap diserahkan secara langsung oleh PKP pemasok (supplier) kepada lessee;

b. Lessor tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP karena dianggap hanya menyerahkan jasa pembiayaan yang merupakan jenis jasa yang tidak dikenai PPN;

c. PKP pemasok wajib menerbitkan Faktur Pajak kepada lessee dengan menggunakan identitas lessee sebagai pembeli BKPk/penerima JKP (tidak

menggunakan metode qualitate qua (q.q.)).

d. DPP yang dicantumkan dalam Faktur Pajak adalah sebesar Harga Jual dari PKP pemasok.

e. Penggunaan qualitate qua (q.q) pada bagian nama dan/atau NPWP pembeli BKP atau penerima JKP pada Faktur Pajak yang telah diterbitkan oleh PKP pemasok (supplier) sebelum diberlakukannya Surat Edaran ini (sebelum tanggal 29 November 2010) dapat dibenarkan dan tidak menjadikan Faktur Pajak tersebut cacat.

1. Dalam hal BKP berupa barang modal yang menjadi objek pembiayaan berasal

dari persediaan yang telah dimiliki oleh lessor :

Lessor pada dasarnya melakukan dua jenis penyerahan, yaitu :

i.

Penyerahan jasa pembiayaan yang tidak dikenai PPN ;dan

ii.

penyerahan BKP, yang merupakan objek PPN.

Lessor harus dikukuhkan sebagai PKP dan harus menerbitkan Faktur Pajak atas penyerahan BKP tersebut kepada lessee. Pengukuhan lessor sebagai PKP ini dilakukan dengan tetap memperhatikan batasan Pengusaha Kecil menurut ketentuan Undang-Undang PPN. DPP yang dicantumkan dalam Faktur Pajak adalah Harga Jual, tidak termasuk unsur bunga yang diminta atau seharusnya diminta oleh lessor karena jasa pembiayaan yang diserahkannya.

KETENTUAN TERKAIT SALE AND LEASEBACK (SE-129/PJ/2010 (berlaku sejak 29 November 2010))

o Dalam hal penyewagunausahaan kembalinya merupakan sewa guna usaha dengan hak opsi :

0. penyerahan BKP dari lessee kepada lessor (sale) tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP yang dikenai PPN karena :

o BKP yang menjadi objek pembiayaan berasal dari milik lessee, yang dijual oleh lessee untuk kemudian dipergunakan kembali oleh lessee;

o lessor pada dasarnya hanya melakukan penyerahan jasa pembiayaan, tanpa bermaksud memiliki dan menggunakan barang yang menjadi objek pembiayaan

tersebut; o penyerahan BKP tersebut dari lessee kepada lessor pada dasarnya merupakan

penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;

1. penyerahan jasa sewa guna usaha dengan hak opsi oleh lessor kepada lessee (leaseback) merupakan jasa pembiayaan yang tidak dikenai PPN.

E. PELAKSANAAN HAK OPSI

1. Pada saat berakhirnya masa sewa-guna-usaha dari transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi, lessee dapat melaksanakan opsi yang telah disetujui bersama pada permulaan masa sewa-guna- usaha.

2. Opsi untuk membeli dilakukan dengan melunasi pembayaran nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usaha.

3. Dalam hal lessee memilih untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha, maka nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usahakan digunakan sebagai dasar dalam menetapkan piutang sewa-guna-usaha.

4. Dalam hal lessee menggunakan opsi membeli maka dasar penyusutannya adalah nilai sisa barang modal.

F. KESIMPULAN DALAM SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI

1. Atas penyerahan jasa dari lessor kepada lessee, dikecualikan dari pengenaan PPN.

2. Tidak ada pemotongan PPh Pasal 23

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18