Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

R.3. Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

I. DASAR HUKUM

A. UU Nomor 36 TAHUN 2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang perubahan keempat atas UU Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan

B. Pasal 29 PP 94 TAHUN 2010 (berlaku sejak 30 Desember 2010) tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan PPh dalam Tahun Berjalan

C. PMK-159/PMK.010/2015 (berlaku sejak 16 Agustus 2015) tentang pemberian fasilitas pengurangan PPh Badan

D. PMK-169/PMK.010/2015 (berlaku sejak 9 September 2015) tentang penentuan besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan penghitungan PPh.

Kepada Wajib Pajak badan yang melakukan penanaman modal baru yang merupakan Industri Pionirdapat

diberikan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5) UU Penanaman Modal dan Pasal 29 PP 94 TAHUN 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan. (Pasal 2 ayat (1) PMK-159/PMK.010/2015)

II. FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN YANG DIBERIKAN (Pasal 3 PMK- 159/PMK.010/2015)

1. Pengurangan Pajak Penghasilan badan diberikan paling banyak 100% (seratus persen) dan paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari jumlah PPh badan yang terutang.

2. Pengurangan PPh badan dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 15 (lima belas) Tahun Pajak dan paling singkat 5 (lima) Tahun Pajak, terhitung sejak Tahun Pajak dimulainya produksi secara komersial.

3. Besarnya pengurangan PPh diberikan dengan persentase yang sama setiap tahun selama jangka waktu pengurangan PPh yang diberikan.

4. Dengan mempertimbangkan kepentingan mempertahankan daya saing industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu, Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas pengurangan PPh badan dengan jangka waktu melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) PMK-159/PMK.010/2015 menjadi paling lama 20 (dua puluh) tahun. (Pasal

3 ayat (4) PMK-159/PMK.010/2015)

III. KRITERIA WP BADAN YANG MENDAPATKAN FASILITAS

A. Wajib Pajak yang dapat diberikan fasilitas pengurangan PPh badan adalah Wajib Pajak badan yang memenuhi kriteria: (Pasal 4 ayat (1) PMK-159/PMK.010/2015)

a. merupakan Wajib Pajak baru;

b. merupakan Industri Pionir;

▪ Industri Pionir ini mencakup: (Pasal 4 ayat (4) PMK-159/PMK.010/2015)

1. Industri logam hulu;

2. Industri pengilangan minyak bumi;

3. Industri kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam;

4. Industri permesinan yang menghasilkan mesin industri;

5. Industri pengolahan berbasis hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan;

6. Industri telekomunikasi, informasi dan korrtunikasi;

7. Industri transportasi kelautan;

8. Industri pengolahan yang merupakan industri utama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK); dan/atau

9. Infrastruktur ekonomi selain yang menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

c. mempunyai rencana penanaman modal baru yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang, paling sedikit sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);

▪ Batasan nilai rencana penanaman modal baru yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang ini, dapat diturunkan menjadi paling sedikit sebesar Rp 500.000.000.000,00 (lima ratus miiiar rupiah) untuk Industri

Pionir sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf f (Industri telekomunikasi, informasi dan korrtunikasi), dan memenuhi persyaratan memperkenalkan teknologi tinggi (high tech). (Pasal 4 ayat (5) PMK- 159/PMK.010/2015)

▪ Besaran pengurangan PPh badan diberikan paling banyak sebesar 50% (lima puluh persen) untuk Industri Pionir ( Industri telekomunikasi, informasi dan korrtunikasi ) dengan nilai rencana penanaman modal baru

kurang dari Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) dan paling sedikit sebesar Rp500.000.000. 000,00 (lima ratus miliar rupiah). (Pasal

4 ayat (6) PMK-159/PMK.010/2015)

d. memenuhi ketentuan besaran perbandingan antara utang dan modal sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai penentμan besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan

penghitungan Pajak Penghasilan;

▪ PMK yang mengaturnya adalah PMK-169/PMK.010/2015 (berlaku sejak 9 September 2015) tentang penentuan besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan penghitungan PPh.

e. menyampaikan surat pernyataan kesanggupan untuk menempatkan dana di perbankan di Indonesia paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari total rencana penanaman modal sebagaimana dimaksud pada huruf c, dan dana tersebut tidak ditarik sebelum saat dimulainya pelaksanaan realisasi penanaman modal; dan

f. harus berstatus sebagai badan hukum Indonesia yang pengesahannya ditetapkan sejak atau setelah tanggal 15 Agustus 2011.

B. Dalam hal Wajib Pajak dimiliki langsung oleh Wajib Pajak dalam negeri dan/atau Wajib Pajak luar negeri berupa bentuk usaha tetap, selain memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (1) PMK-159/PMK.010/2015 Wajib Pajak dalam negeri dan/atau Wajib Pajak luar negeri berupa bentuk usaha tetap tersebut harus memiliki surat keterangan fiskal yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai tata cara pemberian surat keterangan fiskal. (Pasal 4 ayat (2) PMK-159/PMK.010/2015)

o Ketentuan ini tidak berlaku dalam hal Wajib Pajak badan: (Pasal 4 ayat (3) PMK- 159/PMK.010/2015)

1. dimiliki langsung oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;

2. kepemilikannya terdiri atas saham-saham yang terdaftar pada bursa efek di Indonesia.

IV. SYARAT WP BADAN DAPAT MEMANFAATKAN FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN

PPh BADAN

o Fasilitas pengurangan PPh badan dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak yang dapat

diberikan fasilitas pengurangan PPh badan, sepanjang memenuhi persyaratan : (Pasal 4 ayat (7) PMK- 159/PMK.010/2015)

1. telah berproduksi secara komersial;

2. pada saat mulai berproduksi secara komersial, Wajib Pajak telah merealisasikan nilai penanaman modal paling sedikit sebesar rencana penanaman modalnya; dan

▪ Saat mulai berproduksi secara komersial ini adalah saat pertama kali hasil produksi dijual ke pasaran dan/ atau digunakan sendiri untuk proses produksi lebih lanjut dari kegiatan utama usaha yang mendapatkan fasilitas pengurangan

Pajak Penghasilan badan. (Pasal 4 ayat (10) PMK- 159/PMK.010/2015)

3. bidang usaha penanaman modal sesuai dengan rencana bidang usaha penanaman modal dan termasuk dalam cakupan Industri Pionir.

V. TATA CARA MEMPEROLEH FASILITAS PENGURANGAN PPh BADAN

A. Wajib Pajak menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. (Pasal 5 ayat (1) PMK-159/PMK.010/2015)

▪ Permohonan WP harus dilampiri dengan: (Pasal 5 ayat (2) PMK-159/PMK.010/2015)

a. fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak;

b. fotokopi ijin prinsip penanaman modal baru, yang dilengkapi dengan rinciannya;

c. asli surat pernyataan kesanggupan untuk menempatkan dana di perbankan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e PMK- 159/PMK.010/2015 ; dan

d. surat keterangan fiskal untuk Wajib Pajak yang memenuhi ketentuan Pasal 4 ayat (2) PMK-159/PMK.010/2015 .

o Yang dilakukan Kepala BKPM setelah memperoleh permohonan WP :

1. Terhadap permohonan WP tersebut, Kepala BKPM melakukan penelitian terhadap kelengkapan dokumen WP dan pemenuhan cakupan Industri Pionir. (Pasal 5 ayat (3) PMK-159/PMK.010/2015)

2. Dalam rangka penyampaian usulan pemberian fasilitas pengurangan PPh badan kepada Menteri Keuangan, Kepala BKPM berkoordinasi dengan menteri terkait untuk melakukan: (Pasal 5 ayat (4) PMK- 159/PMK.010/2015)

a. penelitian mengenai pemenuhan cakupan Industri Pionir.

b. penyusunan uraian penelitian mengenai hal-hal sebagai berikut:

1. ketersediaan rencana pembangunan infrastruktur di lokasi investasi;

2. penyerapan tenaga kerja domestik;

3. kajian mengenai pemenuhan kriteria sebagai Industri Pionir; dan

4. rencana tahapan alih teknologi yang jelas dan konkret.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang memenuhi cakupan industri pionir dan uraian penelitian yang telah disusun, Kepala BKPM dapat mengajukan usulan pemberian fasilitas pengurangan PPh badan dengan dilampiri dokumen yang dilampirkan WP saat menyampaikan permohonan dan dokumen uraian penelitian dimaksud. (Pasal 5 ayat (5) PMK-159/PMK.010/2015)

▪ Usulan untuk memberikan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan berdasarkan PMK-159/PMK.010/2015 , harus diajukan oleh Kepala BKPM sesuai

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 PMK-159/PMK.010/2015 , dalam jangka waktu selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak berlakunya PMK- 159/PMK.010/2015 . (Pasal 13 PMK-159/PMK.010/2015)

C. Yang dilakukan oleh Menteri Keuangan : (Pasal 6 PMK-159/PMK.010/2015)

0. Atas usulan pemberian fasilitas pengurangan PPh badan, Menteri Keuangan menugaskan komite verifikasi pemberian pengurangan PPh badan untuk membantu melakukan penelitian dan verifikasi terhadap usulan dimaksud.

▪ Komite verifikasi pemberian pengurangan PPh badan ini dibentuk oleh Menteri Keuangan.

1. Komite verifikasi pemberian pengurangan PPh badan menyampaikan hasil penelitian dan verifikasi kepada Menteri Keuangan disertai dengan pertimbangan dan rekomendasi, termasuk rekomendasi mengenai besaran pengurangan PPh badan dan jangka waktu pemberian fasilitas tersebut.

▪ Rekomendasi mengenai besaran pengurangan PPh badan dan jangka waktu pemberian fasilitas didasarkan pada hasil penilaian atas uraian penelitian yang berisi mengenai hal-hal kelengkapan dokumen WP dan pemenuhan cakupan

Industri Pionir. (Pasal 6 ayat (4) PMK-159/PMK.010/2015)

2. Pemberian fasilitas pengurangan PPh badan diputuskan oleh Menteri Keuangan berdasarkan pertimbangan dan rekomendasi dari komite verifikasi pemberian pengurangan PPh badan. (Pasal 6 ayat (5) PMK- 159/PMK.010/2015)

3. Terkait Pemberian fasilitas pengurangan PPh badan oleh Menteri Keuangan dengan jangka waktu melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) PMK- 159/PMK.010/2015 menjadi paling lama 20 (dua puluh) tahun dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: (Pasal 6 ayat (6) PMK-159/PMK.010/2015)

Menteri Keuangan dapat meminta pertimbangan dan rekomendasi dari komite verifikasi pengurangan PPh badan; atau

a. Menteri Keuangan memberikan fasilitas tanpa meminta pertimbangan dan rekomendasi dari komite verifikasi pengurangan PPh badan.

4. Dalam hal Menteri Keuangan menyetujui usulan pemberian fasilitas pengurangan PPh badan : (Pasal 6 ayat (7) PMK-159/PMK.010/2015)

Menteri Keuangan menerbitkan keputusan mengenai pemberian fasilitas pengurangan PPh badan; dan

a. Wajib Pajak menempatkan dana di perbankan di Indonesia paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari total rencana penanaman modal.

▪ Penempatan dana di perbankan di Indonesia dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal ditetapkan keputusan mengenai pemberian

fasilitas pengurangan PPh badan, dan dana tersebut tidak ditarik sebelum saat dimulainya pelaksanaan realisasi penanaman modal. (Pasal 6 ayat (8) PMK-159/PMK.010/2015)

5. Dalam hal Menteri Keuangan menolak usulan untuk memberikan fasilitas pengurangan PPh badan, disampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai penolakan tersebut kepada Wajib Pajak dengan tembusan kepada Kepala BKPM. (Pasal 6 ayat (9) PMK- 159/PMK.010/2015)

VI. DALAM HAL PERMOHONAN WP DITOLAK o Dalam hal Menteri Keuangan menolak usulan untuk memberikan fasilitas pengurangan PPh

badan, disampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai penolakan tersebut kepada Wajib Pajak dengan tembusan kepada Kepala BKPM. (Pasal 6 ayat (9) PMK-159/PMK.010/2015) o Terhadap Wajib Pajak yang atas usulan pemberian fasilitas pengurangan PPh badan yang ditolak oleh Menteri Keuangan dan telah diterbitkan pemberitahuan secara tertulis mengenai penolakan dimaksud, diberikan fasilitas PPh untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu sepanjang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas PPh untuk Penanaman Modal di Bidang-bidarig Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu beserta peraturan pelaksanaannya. (Pasal 7 ayat (1) PMK-159/PMK.010/2015)

VII.

DALAM HAL PERMOHONAN WP DISETUJUI (Pasal 8 PMK-159/PMK.010/2015)

A. Wajib Pajak yang telah memperoleh Keputusan Menteri Keuangan mengenai pemberian fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Direktur Jenderal Pajak dan ketua komite verifikasi pemberian fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan mengenai hal-hal sebagai berikut:

1. laporan penggunaan dana yang ditempatkan di perbankan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e;

2. laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit; dan

3. laporan realisasi produksi selama masa fasilitas.

B. Selain kewajiban penyampaian laporan, Wajib Pajak yang mendapatkan fasilitas pengurangan PPh badan juga diwajibkan untuk memenuhi permintaan Direktur Jenderal Pajak untuk memberikan data transaksi perusahaan yang memiliki hubungan istimewa sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh.

C. Wajib Pajak badan yang telah mendapatkan fasilitas pengurangan PPh badan dilarang untu k: (Pasal 9 PMK-159/PMK.010/2015)

1. mengimpor atau membeli barang modal bekas yang direlokasi dari negara atau perusahaan lain dalam rangka realisasi penanaman modal yang mendapatkan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan;

2. melakukan kegiatan utama usaha yang tidak sesuai dengan rencana bidang usaha penanaman modal dan tidak termasuk dalam cakupan Industri Pionir selama jangka waktu pemanfaatan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan;

3. melakukan pemindahtanganan aset dan/atau kepemilikan Wajib Pajak badan yang mendapatkan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan selama jangka waktu pemanfaafan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan;

▪ Dikecualikan dari larangan ini, dalam hal Wajib Pajak: (Pasal 9 ayat (2) PMK- 159/PMK.010/2015)

1. melakukan pemindahtanganan aset dan menggantinya dengan aset lain yang lebih produktif;

2. melakukan pengalihan kepemilikan kepada Wajib Pajak yang telah mendapatkan surat keterangan fiskal;

3. melakukan pengalihan kepemilikan melalui mekanisme listing di bursa saham (go public).

4. melakukan relokasi penanaman modal ke provinsi lain di Indonesia atau ke luar negeri sejak Tahun Pajak dimulainya dan sampai dengan· 5 (lima) Tahun Pajak sejak berakhirnya jangka waktu pemanfaatan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan; dan/atau

5. mengubah metode pembukuan untuk menggeser laba atau rugi dari periode pemanfaatan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan ke periode setelahnya, clan se 6aliknya, termasuk metode pengakuan penghasilan clan/ atau biaya, clan metode penghitungan depresiasi dan/ atau persediaan, sejak Tahun Pajak dimulainya clan sampai dengan 5 (lima) Tahun Pajak sejak berakhirnya jangka waktu pemanfaatan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan.

D. KETENTUAN TERKAIT PENGHASILAN DAN BIAYA WP (Pasal 11 PMK-159/PMK.010/2015)

1. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang mendapatkan fasilitas pengurangan PPh badan, berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. harus diselenggarakan pembukuan secara terpisah dari pembukuan atas penghasilan lainnya yang tidak mendapatkan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan; dan

b. tidak dilakukan pemotongan dan pemungutan pajak selama periode pemberian fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan sesuai jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) atau Pasal 3 ayat (4) PMK- 159/PMK.010/2015 .

2. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari luar kegiatan utama usaha, tetap dilakukan pemotongan dan pemungutan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

3. Penghasilan lainnya yang tidak mendapatkan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan adalah:

. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (capital gain) selain dari produk yang dihasilkan Wajib Pajak dari kegiatan utama usaha sebagaimana tercantum dalam izin prinsip dan/atau izin usaha Wajib Pajak;

a. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

c. dividen, dengan nama dan dalarn bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

d. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

e. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

f. keuntungan karena pembebasan sampai dengan jumlah tertentu dengan Peraturan Pemerintah;

g. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

h. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

i.

imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan;

4. Biaya bersama yang tidak dapat dipisahkan dalatn rangka penghitungan besarnya Penghasilan Kena Pajak yang timbul dari:

. penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang mendapatkan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan; dan

a. penghasilan yang diterima atau dipetoleh Wajib Pajak yang tidak mendapatkan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan,

pembebanannya dialokasikan secara proporsional.

5. Wajib Pajak yang mendapatkan fasilitas pengurangan PPh badan, tetap melaksanakan kewajiban pemotongan dan pemungutan pajak kepada pihak lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan di bidang perpajakan.

E. Wajib Pajak badan yang telah mendapatkan fasilitas PPh berdasarkan Pasal 31A UU PPh, tidak dapat diberikan fasilitas pengurangan PPh badan berdasarkan PMK-159/PMK.010/2015 . (Pasal 12 ayat (1) PMK-159/PMK.010/2015)

F. Wajib Pajak badan yang telah mendapatkan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan berdasarkan PMK-159/PMK.010/2015 , tidak dapat diberikap. fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan. (Pasal 12 ayat (2) PMK-159/PMK.010/2015)

VIII. PENCABUTAN FASILITAS PENGURANGAN PPh BADAN

A. Fasilitas pengurangan PPh badan dicabut, dalam hal Wajib Pajak : (Pasal 10 ayat (1) PMK- 159/PMK.010/2015)

a. pada saat mulai berproduksi secara komersial, nilai realisasi penanaman modal kurang dari rencana penanaman modal;

b. tidak menempatkan dana di perbankan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (7) huruf b PMK-159/PMK.010/2015 dan/atau dana tersebut ditarik sebelum saat dimulainya pelaksanaan realisasi penanaman modal;

c. tidak memenuhi ketentuan penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) PMK-159/PMK.010/2015 dan ketentuan mengenai pemenuhan permintaan Direktur Jenderal Pajak untuk memberikan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) PMK-159/PMK.010/2015 ;

d. melakukan pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 PMK- 159/PMK.010/2015 ;

e. tidak mengajukan permohonan Advance Pricing Agreement untuk Wajib Pajak yang berorientasi ekspor yang melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara pembentukan dan pelaksanaan kesepakatan harga transfer (Advance Pricing Agreement); dan/atau

f. berdasarkan hasil pemeriksaan, menyalahgunakan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan dalam rangka penghindaran atau pengelakan pajak, antara lain melakukan praktik transfer pricing yang tidak sesuai dengan norma kewajaran.

B. Pencabutan fasilitas Pengurangan PPh Badan ditetapkan oleh Menteri Keuangan: (Pasal 10 ayat (2) PMK- 159/PMK.010/2015)

1. setelah mendapat rekomendasi dari komite verifikasi pemberian fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan; atau

2. berdasarkan usulan dari Direktur Jenderal Pajak kepada komite verifikasi pemberian fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan.

C. Terhadap Wajib Pajak yang dicabut fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan Badan berdasarkan PMK-159/PMK.010/2015 , dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang- undangan di bidang perpajakan, dan tidak dapat lagi diberikan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan. (Pasal 10 ayat (3) PMK-159/PMK.010/2015)

IX. KETENTUAN PERALIHAN

1. Usulan pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan dari Menteri Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal kepada Menteri Keuangan sejak tanggal 15 Agustus 2011 sampai dengan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, yang belum diterbitkan Keputusan Menteri Keuangan mengenai pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan atau disampaikan pemberitahuan secara tertulis mengertai penolakan, dilakukan pemrosesan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan 192/PMK.011/2014.

2. Wajib Pajak badan yang telah mendapatkan clan/ atau memanfaatkan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.011/2014, tetap dapat memanfaatkan fasilitas dimaksud sampai dengan berakhirnya jangka waktu pemanfaatan . fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan dimaksud.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18