PAJAK PENGHASILAN PPH pasal pada

A. UMUM

A.1. Resume Tarif dan DPP PPh ( KETENTUAN LAMA)

TARIF PPh DAN DASAR PENGENAAN PAJAK

Tarif PPh dan dasar pengenaan Pajak (DPP) yang diterapkan terhadap jenis-jenis penghasilan diatur dan di gariskan dalam UU PPh sebagai berikut :

1. PPh Pasal 4 Ayat (2) UU PPh.

1.1. Penjualan Saham Di Bursa Efek :

a. Diterima oleh Penjual Saham : *

Tarif : 0,1 % X DPP (Nilai Transaksi)

: FINAL

b. Diterima oleh pemegang Saham Pendiri : *

Telah diperdagangkan di Bursa Efek sebelum 31 Desember 1996: Tarif :

(0,1 % X DPP / Nilai Transaksi) +/+ (0,5 % X DPP / Nilai Saham 30-12-96 )

: FINAL

Telah diperdagangkan di Bursa Efek setelah 01 Januari 1997: Tarif :

(0,1 % X DPP Nilai / Transaksi) +/+ (0,5%X Nilai/Saham saat IPO/InitialPublic Offering

: FINAL

c. Saham milik perusahaan Modal Ventura : *

Tarif : 0,1 % X DPP Nilai Transaksi

: FINAL

Dasar Hukum peraturan pelaksanaan :

~ PP.Nomor 14 Tahun 1997 ; ~

KMK/Nomor 282/KMK.04/1997 ; ~

SE-06/PJ.4/1997 ; ~

PP Nomor 4 Tahun 1995

1.2. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan yang diterima oleh :( untuk transaksi

sebelum 1 Januari 2009)

a. WP Badan termasuk Koperasi yang Usaha Pokoknya mengalihkan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan (a.l. Real Estate;Developer dll) :

Tarif : Pasal 17 Ayat (1) huruf b UU PPh

: TDK FINAL

DPP adalah Jumlah Bruto

b. WP Badan yang mengalihkan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan bukan sebagai Usaha Pokok

Tarif : 5 % X DPP (jumlah Bruto)

: TDK FINAL

c. WP OP, Yayasan atau Organisasi sejenis yang mengalihkan Hak Atas : FINAL

Tanah Dan Atau Bangunan baik sebagai Usaha Pokok maupun bukan

Yang disebut diatas berlaku sebelum adanya PP Nomor 71/2008. Setelah berlakunya PP Nomor 71/2008 (1 Januari 2009), senua transaksi persewaan tanah/bangunan dikenakan PPh FINAL. Lebih lanjut di FAQ

PPh. KLIK DISINI Dasar Hukum peraturan pelaksanaan :

~ PP Nomor 71/2008 ~

KMK/Nomor 250/KMK.04/1995; ~

SE-33/PJ.4/1995;

1.3. Hadiah Undian, Hadiah / Penghargaan :

a. Hadiah Undian :

Tarif : 25 % X DPP (Jumlah Bruto atau Nilai Pasar)

: FINAL

Dasar Hukum peraturan pelaksanaan: ~ PP Nomor 132 Tahun 2000 ;

b. Hadiah / Penghargaan perlombaan, penghargaan dan Hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan

Tarif Psl 17 Ayat (1) huruf a X DPP Jmlh Bruto bagi WP OP DN

: TDK FINAL

Tarif PPh Pasal 26 : 20 % X DPP Jumlah Bruto bagi WP LN : FINAL

selain BUT

: TDK FINAL Dasar Hukum peraturan pelaksanaan :

Tarif 15 % X DPP Jumlah Bruto bagi WP Badan DN

~ KEP-395/PJ/2001 ;

1.4. Persewaan Tanah Dan Atau Bangunan :

* Tarif : 10 % X DPP (Jumlah Bruto) WP OP

: FINAL

Tarif : 6 % X DPP (Jumlah Bruto) WP Badan

: FINAL

Berlaku sampai dengan 30 April 2002 Mulai Mei 2002 berlaku ketentuan :

Tarif 10 % X DPP (Jumlah Bruto) WP OP & Badan

: FINAL

Dasar Hukum peraturan pelaksanaan :

~ PP Nomor 29 Tahun 1996; ~ PP Nomor 5 Tahun 2002; ~ KMK Nomor 394/KMK.04/1996; ~ KMK Nomor 120/KMK.03/2002; ~ SE-22/PJ.4/1996; s/d April 2002; ~ KEP-227/PJ/2002; sejak Mei 2002;

* Tarif 10 % X DPP (Jumlah Bruto) WP OP/Badan

: FINAL

Berlaku sejak 1 Mei 2002

Dasar Hukum peraturan pelaksanaan :

~ PP Nomor 5 Tahun 2002; ~ KMK Nomor 120/KMK.03/2002;

1.5. Bunga / Diskonto Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek :(untuk transaksi sebelum 1

Januari 2009)

a. WP Dalam Negeri:

Tarif : 20 % X DPP (Jumlah Bruto atau selisih lebih harga jual)

: FINAL

b. WP Luar Negeri :

* Tarif : 20 % atau tariff P-3B X DPP (Jumlah Bruto atau selisih : FINAL

lebih harga jual)

Dasar Hukum peraturan pelaksanaan :

~ PP Nomor 131 Tahun 2000; ~ PP Nomor 6 Tahun 2002; ~ KMK Nomor 51/KMK.04/2001;

~ KMK Nomor 121/KMK.03/2002;

Ketentuan ini berlaku untuk transaksi sebelum 1 Januari 2009, sejak adanya PP 16 Tahun 2009, bunga obligasi

dikenakan PPh Final sebesar 15%, lebih lanjut liat di FAQ3

PPh (KLIK DISINI)

1.6. Usaha Jasa Konstruksi / Kontraktor Usaha Kecil dengan Nilai

Pengadaan tidak lebih dari Rp. 1 Miliar

a. Jasa Pelaksana Konstruksi :

Tarif : 2 % X DPP (Penghasilan Bruto)

: FINAL

b. Jasa Perencana Konstruksi :

Tarif : 4 % X DPP (Penghasilan Bruto)

: FINAL

c. Jasa Pengawas Konstruksi :

Tarif : 4 % X DPP (Penghasilan Bruto)

: FINAL

Dasar Hukum Peraturan Pelaksanaan :

~ PP Nomor 140 Tahun 2000; ~

KMK Nomor 559/KMK.04/2000; ~

SE-12/PJ.43/2002;

Ketentuan ini berlaku untuk transaksi sebelum 1 Januari 2008, sejak adanya PP 51 Tahun 2008 yang berlaku sejak 1 Januari

2008, lebih lanjut liat di FAQ3 PPh (KLIK DISINI)

1.7 Penghasilan bunga berasal dari bank

* Tarif : 20 % X DPP (Jumlah Bruto Bunga) : FINAL

Dasar Hukum Peraturan Pelaksanaan :

~ PP Nomor 131 Tahun 2000; ~ KMK Nomor 51/KMK.04/2001;

Ketentuan lebih lanjut liat di FAQ 3 PPh (KLIK DISINI)

2. PPh Pasal 15 UU PPh :

2.1. Pelayaran Dalam Negeri :

* Tarif : 1,2 % X DPP(Peredaran bruto) : FINAL

Dasar Hukum Peraturan pelaksanaan :

~ KMK Nomor 416/KMK.04/1996;

~ SE-29/PJ.4/1996;

Ketentuan lebih lanjut liat di FAQ 3 PPh (KLIK DISINI)

2.2. Penerbangan Dalam Negeri :

* Tarif : 1,8 % X DPP (Peredaran Bruto) : TDK FINAL

Dasar Hukum Peraturan Pelaksanaan :

~ KMK Nomor 475/KMK.04/1996; ~ SE-35/PJ.4/1996;

Ketentuan lebih lanjut liat di FAQ 3 PPh (KLIK DISINI)

2.3. Pelayaran Dan Atau Penerbangan Luar Negeri :

* Tarif : 2,64 % X DPP (Peredaran Bruto) : FINAL

Dasar Hukum Peraturan Pelaksanaan :

~KMK Nomor 417/KMK.04/1996

Ketentuan lebih lanjut liat di FAQ 3 PPh (KLIK DISINI)

2.4. WP Luar Negeri yang Mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di

Indonesia :

* Tarif : 0,44 % X DPP (Nilai Ekspor Bruto) : FINAL

Dasar Hukum Peraturan Pelaksanaan :

~ KMK Nomor 634/KMK.04/1994

2.5. Pihak-pihak yang melakukan kerjasama dalam Bentuk Perjanjian

Bangun Guna Serah atau Build Operate And Transfer (BOT) :

* Tarif : 5 % X DPP (Jumlah bruto dari Nilai Tertinggi antara Nilai Pasar : TDK FINAL dengan NJOP bagian yang Disahkan

Dasar Hukum Peraturan Pelaksanaan :

~ KMK Nomor 248/KMK.04/1995; ~ SE-38/PJ.4/1995;

3. PPh Pasal 17 UU PPh

Untuk keperluan penerapan Tarif PPh Pasal 17 UU PPh, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh sebagai berikut :

3.1. Wajib Pajak orang Pribadi Dalam Negeri :

Berlaku Tarif Pajak Pasal 17 Ayat (1) Huruf a UU PPh yang diterapkan atas DPP berupa PKP sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak :

Tarif :

1) sampai dengan Rp. 50.000.000

: TDK FINAL

2) > Rp. 50.000.000 s/d Rp. 250.000.000

: TDK FINAL

3) > Rp. 250.000.000 s/d Rp. 500.000.000

: TDK FINAL

4) > Rp. 500.000.000

: TDK FINAL : TDK FINAL

Kepada Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebesar :

a. Rp. 15.840.000 untuk diri Wajib Pajak orang Pribadi;

b. Rp. 1.320.000 untuk Wajib Pajak yang kawin;

c. Rp. 1.320.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami;

d. Rp. 15.840.000 tambahan untuk setiap anggota Keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis Keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi Tanggungan sepenuhnya,paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga;

3.2. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap :( INI

KETENTUAN SEBELUM 1 jANUARI 2009) Lapisan Penghasilan Kena Pajak :

Tarif :

1) sampai dengan Rp.50.000.000,00

: TDK FINAL

2) > Rp.50.000.000,00 s/d Rp.100.000.000,00

: TDK FINAL

: TDK FINAL Setelah 1 Januari 2009 dengan berlakunya

3) > Rp.100.000.000,00

UU Nomor 36 Tahun 2008, WP Badan dikenai tarif tunggal sebesar 28% (untuk Tahun Pajak

2009), 25% (untuk Tahun Pajak 2010)

4. PPh Pasal 21 UU PPh (WARNING : KETENTUAN DIBAWAH INI ADALAH KETENTUAN SEBELUM 1 JANUARI 2009 (SEBELUM BERLAKUNYA PER-

31/PJ/2009) Mulai Januari 2003 sampai dengan 30 Juni 2003 berlaku ketentuan Pajak

Penghasilan yang Ditanggung Pemerintah (DTP) adalah sebesar Pajak Penghasilan atas penghasilan sampai dengan Upah Minimum Propinsi (UMP) atau Upah Minimum Kabupaten / Kota (UMK) sesuai PP Nomor 5 Tahun 2003 jo. KMK Nomor 70/KM.03/2003.

Mulai 1 Juli 2003 berlaku ketentuan Pajak Penghasilan yang terutang atas gaji,upah serta imbalan lainnya dari pekerjaan yang diberikan dalam bentuk uang sampai dengan Rp.2.000.000,00 PPh yang Ditanggung Pemerintah sampai dengan

Rp.1.000.000,00 sesuai PP Nomor 47 Tahun

2003 jo.

KMK Nomor

486/KMK.03/2003.

4.1. Penghasilan Taratur yang diterima Pegawai Tetap :

* Tarif PPh Pasal 17 Ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah PKP = PB - (BJ + IP) - PTKP : TDK FINAL

PKP

= Penghasilan Kena Pajak;

PB

= Penghasilan Bruto;

BJ

= Biaya Jabatan;

5 % dari Penghasilan Bruto maksimum Rp.1.296.000,00 setahun atau Rp.108.000,00 sebulan.

IP

Iuran Pensiun; PTKP = Penghasilan Tidak Kena Pajak.

4.2. Upah yang diterima Tenaga Harian Lepas :

a. > Rp.24.000,00 per hari yang tidak lebih dari Rp.240.000,00 per bulan: *

Tarif PPh Pasal 17 Ayat (1) huruf a UU PPh tarif terendah sebesar 5 %

* DPP adalah PB - Rp.24.000,00 : TDK FINAL

b. < Rp.24.000,00 per hari yang lebih dari Rp.240.000,00 per bulan : *

Tarif PPh Pasal 17 Ayat (1) huruf a UU PPh tarif terendah sebesar 5 %

* DPP adalah PB - PTKP : TDK FINAL

4.3. Komisi Penjualan dan Rabat yang diterima distributor MLM / Direct Selling Marketing atau sejenisnya :

* Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah PKP = (PB - PTKP) sebulan;

4.4. Uang Tebusan Pensiun, Uang Tunjangan Hari Tua (THT) atau Jaminan Hari Tua (JHT), Uang Pesangon yang diterima Pegawai atau Mantan

Pegawai,kecuali tidak lebih dari Rp.25.000.000,00 dihitung sebagai berikut :

Penghasilan / Penerimaan Bruto

Tarif

a. Sampai dengan Rp.25.000.000,00

b. > Rp.25 juta s/d Rp.50 juta

: FINAL

c. > Rp.50 juta s/d Rp.100 juta

: FINAL

d. > Rp.100 juta s/d 200 juta

: FINAL

e. > Rp. 200 juta

: FINAL

* DPP adalah Penghasilan / Penerimaan Bruto

4.5. Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, Bonus, yang diterima Mantan Pegawai :

* Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah Penghasilan / Penerimaan Bruto : TDK FINAL

4.6. Honorarium yang diterima Dewan Komisaris atau Pengawas yang bukan pegawai tetap pada perusahaan yang sama :

* Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah Penghasilan / Penerimaan Bruto : TDK FINAL

4.7. Uang Pensiun Bulanan yang diterima Pensiunan :

* Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah PKP = (PB - BP) - PTKP BP = Biaya Pensiun sebesar 5 % : TDK FINAL dari PB maksimum Rp.432.000,00 setahun atau Rp.36.000,00 sebulan

4.8. Penarikan Dana pada Dana Pensiun oleh Pensiunan

* Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah Penghasilan / Penerimaan Bruto : TDK FINAL

4.9. Honorarium dan Pembayaran Lain yang diterima Tenaga Ahli (Pengacara, Dokter, Akuntan, Arsitek, Konsultan, Notaris, Penilai, dan Aktuaris), atas Imbalan sehubungan pekerjaan, jasa dan kegiatan:

* Tarif 15 % dari Perkiraan Penghasilan Neto (50 % X Penghasilan / Penerimaan Bruto)

* DPP adalah Penghasilan / Penerimaan Bruto : TDK FINAL

4.10. Honorarium yang Dananya dari Keuangan Negara dan Daerah yang diterima Pejabat Negara, PNS, anggota TNI / POLRI kecuali PNS Gol.

II.d, Anggota TNI pangkat Pembantu Letnan Satu dan anggota POLRI

pangkat Ajun Inspektur ke bawah :

* Tarif 15 % dari Penghasilan / Penerimaan Bruto *

DPP adalah Penghasilan / Penerimaan Bruto : FINAL

4.11. Honorarium yang diterima oleh Pegawai Tidak Tetap dan Pemegang serta Calon Pegawai :

* Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah PKP = (PB - PTKP) : TDK FINAL

4.12. Honorarium dan pembayaran lain yang diterima oleh Tenaga Lepas (seniman, olahragawan, Penceramah, Penerima jasa, pengelola proyek, peserta perlombaan, pegawai dinas luar asuransi, dan lainnya :

* Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah Penghasilan / Penerimaan Bruto

: TDK FINAL

4.13. Penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang diterima Tenaga Asing Expatriate yang berstatus sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri :

* Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah PKP = PB - (BJ + IP) - PTKP

: TDK FINAL

4.14. Penghasilan dari pekerjaan yang diterima Tenaga Asing Expatriate yang bekerja pada Perusahaan Pengeboran Minyak dan Gas Bumi :

a. General Manager : *

Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah USD $ 11.275 per bulan

: TDK FINAL

b. M a n a g e r : *

Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah USD $ 9.350 per bulan

: TDK FINAL

c. Supervisor / Tool Pusher : *

Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah USD $ 5.830 per bulan

: TDK FINAL

d. Assistance supervisor / Ass. Tool Pusher : *

Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah USD $ 4.510 per bulan

: TDK FINAL

e. Crew Lainnya : *

Tarif PPh PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh *

DPP adalah USD $ 3.245 per bulan : TDK FINAL

Dasar Hukum Peraturan Pelaksanaan PPh pasal 21 :

~ KEP- 545/PJ/2000; ~

PP Nomor 149 Tahun 2000; ~

KMK Nomor 433/KMK.04/1994; ~

SE -17/PJ.4/1994; ~

KMK Nomor 112/KMK.03/2001; ~

KEP-333/PJ/2001; ~

KEP-350/PJ/2001; ~

PP Nomor 5 Tahun 2003; ~

KEP-110/PJ/2003; ~

PP Nomor 47 Tahun 2003; ~

KMK Nomor 486/KMK.03/2003;

WARNING : KETENTUAN TENTANG PPH PASAL 21 TERSEBUT ADALAH KETENTUAN SEBELUM 1 JANUARI 2009 (SEBELUM

BERLAKUNYA PER-31/PJ/2009)

5. PPh Pasal 22

5.1. Pembelian barang oleh Bendaharawan Pemerintah dan BUMN /BUMD (PPh Pasal 22 Rekanan)

* Tarif sebesar 1,5 % , dari: *

DPP Harga Pembelian

: TDK FINAL

5.2. Impor Barang :

a. Importir memiliki Angka Pengenal Impor (API), Angka Pengenal Impor Sementara (APIS) atau Nomor Pengenal Impor Khusus(NPIK) :

* Tarif sebesar 2,5 % , dari: *

DPP Nilai Impor

: TDK FINAL

b Importir tidak memiliki API, APIS, dan NPIK: *

Tarif sebesar 7,5 % , dari: *

DPP Nilai Impor

: TDK FINAL

c. Barang Yang Tidak Dikuasai atau barang selindup: *

Tarif sebesar 7,5 % , dari: *

: TDK FINAL Dasar Hukum Peraturan Pelaksanaan PPh pasal 22 Bendaharawan,

DPP Harga Jual Leleng

Impor, BBM/Gas/Pelumas :

~ KMK Nomor 541/KMK.04/2000; ~

KMK Nomor 254/KMK.03/2001; ~

KMK Nomor 392/KMK.03/2001; ~

KEP-417/PJ/2001; ~

SE -13/PJ.43/2001;

5.3. Industri Otomotif :

* Tarif sebesar 0,45 % , dari: *

DPP PPN

: TDK FINAL

5.4. Industri Baja :

* Tarif sebesar 0,3 % , dari: *

DPP PPN

: TDK FINAL

5.5. Industri Kertas :

* Tarif sebesar 0,1 % , dari: *

DPP PPN

: TDK FINAL

5.6. Industri Semen :

* Tarif sebesar 0,25 % , dari: *

DPP PPN

: FINAL

5.7. Industri Rokok :

* Tarif sebesar 0,15 % , dari: *

Harga Banderol

Dasar Hukum Peraturan Pelaksanaan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri tertentu :

~ KEP-32/PJ/1995;* KMK No.254/KMK.03/2001 ~

KEP-69/PJ/1995;* KMK No.392/KMK.03/2001 ~

KEP-01/PJ/1996;* KMK No.541/KMK.04/2000 ~

KEP-65/PJ/1997;* KMK No.254/KMK.03/2001 ~

KEP-401/PJ/2001; ~

KEP-529/PJ/2001; ~

SE -24/PJ.43/2001;

5.8. Bahan Bakar Minyak dan Gas bumi :

a. SPBU Swasta : *

Premium, Solar, Premix, Super TT, Pertamax : *

Tarif masing-masing sebesar 0,3 % dari DPP *

DPP adalah Harga Penjualan sesuai Delivery Order (DO)

: FINAL

b SPBU PERTAMINA :

* Premium, Solar, Premix, Super TT, Pertamax : *

Tarif masing-masing sebesar 0,25 % dari DPP *

Minyak tanah, Gas elpiji dan Pelumas : *

Tarif masing-masing sebesar 0,3 % dari DPP *

DPP adalah Harga Penjualan sesuai Delivery Order (DO)

: FINAL

5.9. Pembelian bahan-bahan berupa hasil Perhutanan, Perkebunan, Pertanian, Perikanan untuk keperluan Industri dan Ekspor dari Pedagang Pengumpul :

a. Sampai dengan 31 Desember 2002 : *

Tarif sebesar 1,5 % dari DPP Harga Pembelian (KMK

: TDK FINAL

No.254/KMK.03/2001 jo.KMK No.392/KMK.03/2001 jo. KEP- 523/PJ/2001)

b. Sejak 2 januari 2003 sampai 11 Januari 2009 : *

Tarif sebesar 0,5 % dari DPP Harga Pembelian tidak termasuk PPN;

: TDK FINAL

(KMK No.254/KMK.03/2001 jo KMK No.392/KMK.03/2001 jo. KEP-

523/PJ/2001 jo KEP-25/PJ/2001)

c. Sejak 12 Januari 2009 : *

Tarif sebesar 0,25 % (Per-23/PJ./2009)

6. PPh PASAL 23 :

6.1. Dividen : Tarif 15 % dari DPP Jumlah Bruto

: TDK FINAL

6.2. Bunga : Tarif 15 % dari DPP Jumlah Bruto

: TDK FINAL

6.3. Royalti : Tarif 15 % dari DPP Jumlah Bruto

: TDK FINAL

6.4. Hadiah dan Penghargaan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 :

* Tarif 15 % dari DPP Jumlah Bruto

: TDK FINAL

6.5. Bunga simpanan yang dibayarkan Koperasi :

* Tarif 15 % dari DPP Jumlah Bruto

: FINAL

6.6. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta khusus kendaraan Angkutan Darat :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 20% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 20 % X Jml.Bruto = 3 % X Jml.bruto)

: TDK FINAL

6.7. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecualiPersewaan Tanah dan atau Bangunan serta penghasilan lain sehubungan dengan Penggunaan harta khusus kendaraan Angkutan Darat :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.bruto)

: TDK FINAL

6.8. Jasa Profesi, Jasa Akuntansi dan Pembukuan, Jasa penilai, Jasa aktuaris, Jasa Konsultan kecuali Jasa Konsultan konstruksi :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 50% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 50 % X Jml.Bruto = 7,5 % X Jml.bruto)

: TDK FINAL

6.9. Jasa Teknik dan Jasa Manajemen :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% * Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40%

: TDK FINAL

6.10. Jasa Perancang Interior, Jasa Perancang Pertamanan Jasa Perancang Mesin, Jasa Perancang Peralatan, Jasa Perancang alat-alat Transportasi / Kendaraan Jasa Perancang Iklan / Logo, Jasa Perancang Alat-alat Kemasan :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.bruto)

: TDK FINAL

6.11. Jasa Instalasi, Pemasangan Mesin, Listrik, Telepon, Air, Gas, TV Kabel,Peralatan, kecuali dilakukan Wajib Pajak yang ruang lingkup pekerjaannya di bidang Konstruksi, dan mempunyai izin sertifikasi sebagaiPengusaha Konstruksi :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.bruto)

: TDK FINAL

6.12. Jasa Perawatan, Pemeliharaan, Perbaikan Mesin, Listrik, Telepon, Air, Gas, TV Kabel,Peralatan, Alat-alat Transportasi,Kendaraan, Bangunan, kecuali dilakukan Wajib Pajak yang ruang lingkup pekerjaannya di bidang Konstruksi, dan mempunyai izin sertifikasi sebagai Pengusaha Konstruksi:

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.bruto)

: TDK FINAL

6.13. Jasa Pengeboran / Jasa Drilling di bidang penambangan minyak dan gas bumi kecuali yang dilakukan BUT :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.bruto)

: TDK FINAL

6.14. Jasa Penunjang di bidang penambangan minyak dan gas bumi :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.bruto)

: TDK FINAL

6.15. Jasa Penambangan dan Jasa Penunjang di bidang penambangan selain MIGAS :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.bruto)

: TDK FINAL

6.16. Jasa Penunjang di bidang Penerbangan dan Bandar Udara :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.bruto)

: TDK FINAL

6.17. Jasa Penebangan Hutan termasuk Land Clearing :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.bruto)

: TDK FINAL

6.18. Jasa Pengolahan dan Pembuangan Limbah :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.19. Jasa Maklon :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.20. Jasa Rekruitmen dan Penyediaan Tenaga Kerja :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.21. Jasa Perantara :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.22. Jasa di Bidang Perdagangan Surat Berharga kecuali yang dilakukan Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia PT) dan KPEI (Kliring Penjaminan Efek Indonesia PT) :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.23. Jasa Kustodian, Penyimpanan dan Penitipan, kecuali yang dilakukan KSEI dan tidak termasuk sewa gedung yang telah dikenakan PPh Final berdasarkan PP Nomor 29 Tahun 1996 :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.24. Jasa Telekomunikasi yang bukan untuk umum :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.25. Jasa Pengisian Sulih Suara atau dubbing maupun mixing film :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.26. Jasa Pemanfaatan Informasi di bidang Teknologi, termasuk Jasa Internet:

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.27. Jasa sehubungan Software Komputer termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 40% dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 40 % X Jml.Bruto = 6 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.28. Jasa Pelaksana Konstruksi yang pengadaannya melebihi Rp.1 Miliar termasuk Jasa Perawatan, Pemeliharaan, Perbaikan Bangunan, Jasa Instalasi dan Pemasangan Mesin, Listrik, Telepon, Air, Gas, AC / TV kabel sepanajang jasa tersebut dilakukan Wajib Pajak yang ruang 6.28. Jasa Pelaksana Konstruksi yang pengadaannya melebihi Rp.1 Miliar termasuk Jasa Perawatan, Pemeliharaan, Perbaikan Bangunan, Jasa Instalasi dan Pemasangan Mesin, Listrik, Telepon, Air, Gas, AC / TV kabel sepanajang jasa tersebut dilakukan Wajib Pajak yang ruang

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 13.1/3 % dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 13.1/3 % X Jml.Bruto atau bulat 2 % X Jml Bruto)

: TDK FINAL

6.29. Jasa Perencana Konstruksi yang pengadaannya melebihi Rp.1 Miliar :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 26.2/3 % dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 26.2/3 % X Jml.Bruto atau bulat 4 % X Jml Bruto)

: TDK FINAL

6.30. Jasa Pengawas Konstruksi yang pengadaannya melebihi Rp.1 Miliar :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 26.2/3 % dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 26.2/3 % X Jml.Bruto atau bulat 4 % X Jml Bruto)

: TDK FINAL

6.31. Jasa Pembasmi Hama dan Pembersihan :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 10 % dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 10 % X Jml.Bruto = 1,5 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.32. Jasa Boga atau Catering :

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 10 % dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 10 % X Jml.Bruto = 1,5 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

6.33. Jasa selain jasa yang pembayarannya dibebankan kepada APBN /APBD:

* Tarif 15 % dari DPP berupa Perkiraan Penghasilan Neto sebesar 10 % dari Jumlah Bruto tidak termasuk PPN.

(15 % X 10 % X Jml.Bruto = 1,5 % X Jml.Bruto)

: TDK FINAL

Dasar Hukum Peraturan Pelaksanaan : ~

KEP-170/PJ/2002 tanggal 28 Maret 2002 Berlaku sejak 1 Mei 2002 dengan mencabut KEP-305/PJ/2001

7. PPh Pasal 24 :

Pajak yang dibayar atau terutang di LN atas penghasilan dari LN dapat dikreditkan terhadap PPh terutang di Indonesia tetapi tidak boleh melebihi penghitungan PPh dengan tarif yang berlaku di

DN.Ketentuan menganai pelaksanaan pengkreditan Pajak atas penghasilan dari LN ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Berdasarkan KMK Nomor 164/KMK.03/2002 tanggal 19 April 2002 yang berlaku sejak tanggal tersebut dan menyatakan KMK Nomor 640/KMK.04/1994 tidak berlaku serta menetapkan antara

lain :

7.1. WP DN terutang Pajak atas PKP yang berasal dari seluruh penghasilan termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari LN;

7.2. Penggabungan penghasilan yang berasal dari LN dilakukan dengan cara :

a. Untuk penghasilan dari usaha dilaksanakan dalam tahun Pajak diperolehnya penghasilan tersebut;

b Bagi penghasilan lainnya dilaksanakan dalam tahun Pajak diterimanya penghasilan tsb;

c. Atas penghasilan berupa dividen yang diperoleh WP DN dari penyertaan modal pada badan usaha di LN saat perolehannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri keuangan;

7.3. Kerugian yang diderita di LN tidak boleh digabungkan dalam menghitung PKP;

7.4. Jumlah Kredit Pajak LN (KPLN) paling tinggi sama dengan jumlah Pajak yang dibayar atau terutang di LN dan tidak boleh melebihi jumlah tertentu;

7.5. Jumlah tertentu tersebut dihitung menurut perbandingan antara penghasilan di LN terhadap PKP dikali dengan Pajak yang terutang atas PKP, paling tinggi sama dengan Pajak terutang atas PKP apabila PKP lebih kecil dari penghasilan LN;

7.6. Dalam hal penghasilan LN berasal dari beberapa Negara, maka penghitungan kredit Pajak

dilakukan untuk masing-masing Negara;

7.7. PKP yang dihitung sehubungan kredit Pajak LN tidak termasuk :

a. Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 4 Ayat (2) UU PPh yang bersifat Final, dan;

b Penghasilan yang dikenakan Pajak tersendiri sehubungan diterima atau diperoleh istri dari satu pemberi kerja dan penghasilan anak yang belum dewasa dari pekerjaan mereka masing- masing yang tidak ada hubungan istimewa kekeluargaan;

7.8. Apabila jumlah Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di LN melebihi jumlah kredit Pajak yang diperkenankan, maka kelebihan tersebut:

a. Tidak dapat diperhitungkan dengan PPh yang terutang tahun Pajak berikutnya;

b Tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan;

c. Tidak dapat dimintakan restitusi;

7.9. WP yang melakukan kredit Pajak LN Wajib memajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak bersamaan penyampaian SPT Tahunan PPh dengan melampirkan :

a. Laporan Keuangan dari penghasilan yang berasal dari LN;

b Copy SPT yang disampaikan di LN;

c. Dokuman pembayaran pajak di LN

7.10. Contoh penghitungan penghasilan LN yang bersumber dari beberapa negara dengan jumlah maksimum kredit Pajak LN yang dapat diperhitungkan sebagai berikut :

PT.X di Jakarta menerima dan memperoleh penghasilan Neto Tahun 2003 sbb:

a. Penghasilan dari DN : Rp. 2.000.000.000,00

b Penghasilan dr Negara Singapura misalnya : Rp. 1.000.000.000,00 terkena tarif 40 %

c. Penghasilan dari Negara Vietnam misalnya : Rp. 2.000.000.000,00 terkena tarif 20 %

d Jumlah penghasilan Neto : : Rp. 5.000.000.000,00 Apabila penghasilan Neto tersebut sama dengan Penghasilan Kena Pajak maka PPh terutang

dihitung dengan menerapkan tarif umum PPh Pasal 17 Ayat (1) huruf b :

a. 10 % X Rp.50.000.000,00

: Rp. 5.000.000,00

b 15 % X Rp.50.000.000,00

: Rp. 7.500.000,00

c. 30 % X Rp.4.900.000.000,00 : Rp. 1.470.000.000,00

d PPh terutang Tahun 2003 : Rp. 1.482.000.000,00

d Batas maksimum kredit Pajak LN setiap Negara adalah : ~ Singapura:

Rp. 1.000.000.000,- X Rp. 1.482.500.000,00 = Rp.296.500.000,- Rp. 5.000.000.000,-

~ Vietnam : Rp. 2.000.000.000,- X Rp. 1.482.500.000,- = Rp. 593.000.000,- Rp. 5.000.000.000,-

Pajak yang terutang di Vietnam 20 % X Rp. 2.000.000.000,- atau sebesar Rp.400.000.000,- < dari Rp. 593.000.000,-

e. KPLN ( Kredit Pajak LN ) yang diperkenankan : ~ Singapura: Pajak yang terutang di Singapura 40 % X Rp.1.000.000.000,- atau sebesar

Rp.400.000.000,- > dari batas maksimum yang diperkenankan sebesar Rp.296.500.000,- Rp.400.000.000,- > dari batas maksimum yang diperkenankan sebesar Rp.296.500.000,-

~ Vietnam : Pajak yang terutang di Vietnam 20 % X Rp.2.000.000.000,- atau sebesar Rp.400.000.000,-

< dari batas maksimum yang diperkenankan sebesar Rp.593.000.000,- sehingga dari jumlah KPLN Vietnam sebesar Rp.400.000.000,- tersebut seluruhnya dapat diperhitungkan sebagai Kredit Pajak LN.

8. PPh PASAL 25 :

8.1. Ketentuan Umum:

Angsuran Pajak dalam tahun Pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak atau PPh Pasal 25 sesuai ketentuan umum adalah sebesar:

1/12 X (PPh terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun Pajak yang lalu) dikurangi dengan (Kredit Pajak PPh Pasal 21 + PPh Pasal 22 + PPh Pasal 23 + PPh Pasal 24).

8.2. Sebelum Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan

Besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas akhir penyampaian SPT Tahunan PPh (Januari, Februari) dalam hal tahun buku sama dengan tahun Pajak adalah sebesar PPh Pasal 25 untuk bulan terakhir (Desember) tahun Pajak yang lalu.

8.3. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak

Dalam hal pada tahun berjalan diterbitkan surat ketetapan Pajak untuk tahun Pajak yang lalu, maka angsuran PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut.

Perubahan angsuran PPh Pasal 25 berlaku mulai bulan berikutnya setelah penerbitan surat ketetapan pajak yang bersangkutan.

8.4. Dalam Hal Hal Tertentu

Direktur Jenderal Pajak berwenang menetapkan penghitungan besarnya angsuran Pajak dalam tahun berjalan dalam hal-hal tertentu :

a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian: Contoh:

Penghasilan Neto fiscal PT.X Tahun 2003 : Rp. 900.000.500,50 Dikurangi Kompensasi kerugian fiscal untuk tahun : Rp. 0.000.000,00

2003 Penghasilan Kena Pajak (PKP)

: Rp. 850.000.500,00

PKP dibulatkan ke bawah menjadi ribuan penuh : Rp. 850.000.000,00

PPh terutang sesuai Tarif Pasal 17 Ayat (!) huruf b UU PPh:

10 % X Rp. 50.000.000,00 : Rp. 5.000.000,00

15 % X Rp. 50.000.000,00 : Rp. 7.500.000,00

30 % X Rp. 750.000.000,00 : Rp. 225.000.000,00 Jumlah PPh yang terutang

: Rp. 237.500.000,00 Pengurangan: PPh DTP (Ditanggung Pemerintah / Proyek

: NIHIL

Bantuan LN ) Kredit Pajak: Dalam Negeri: PPh Pasal 21

: NIHIL

PPh Pasal 22 Impor & Bend. : Rp. 50.000.000,00 PPh Pasal 23 Sewa mesin foto copy : Rp.

15.000.000,00 Luar Negeri: PPh Pasal 24 : NIHIL

: Rp. 65.000.000,00 PPh yang harus dibayar sendiri

: Rp. 172.500.000,00 Dikurangi: PPh Psl 25 Jan-Des 2003 : Rp. 120.000.000,00 STP Poko Pajak : Rp. 10.000.000,00 PPh Pengalihan Hak atas Tanah Dan atau Bangunan : NIHIL

: Rp. 130.000.000,00 PPh yang kurang dibayar (PPh Pasal 29)

: Rp. 42.500.000,00

Menghitung angsuran PPh Pasal 25 Tahun berjalan 2004:

Penghasilan yang menjadi dasar

: Rp. 900.000.500,50

penghitungan Angsuran adalah penghasilan teratur tahun Pajak yang lalu 2003

: Rp. 10.000.000,00 3)

Sisa kompensasi kerugian untuk 2004

Penghasilan Kena Pajak (a-b)

PPh terutang sesuai Tarif Pasal 17 Ayat (1) PPh terutang sesuai Tarif Pasal 17 Ayat (1)

10 % X Rp. 50.000.000,00

: Rp. 5.000.000,00

15 % X Rp. 50.000.000,00

: Rp. 7.500.000,00

30 % X Rp. 790.000.000,00

: Rp. 267.000.000,00

Dikurangi Kredit Pajak tahun lalu (Tahun 2003):

a. PPh Pasal 21

: NIHIL

b PPh Pasal 22

: Rp. 50.000.000,00

c. PPh Pasal 23

PPh terutang tahun yang lalu 2003 setelah

: Rp. 214.500.000,00

dikurangi Kredit Pajak (PPh pasal 21,22,23,24) atau PPh yang harus dibayar sendiri.

PPh Pasal 25 Tahun Pajak 2004 1/12 X Rp.214.500.000,00

: Rp. 17.875.000,00

b Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;

c. SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan;

d Wajib Pajak diberikan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan PPh;

e. Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan PPh Pasal 25 lebih besar dari PPh pasal 25 sebelum pembetulan;

f. Terjadi perubahan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

A.2. SKB PPh Potput (SKB PPh 21, 22, 22 impor, 23)

I. DASAR HUKUM

A. PP 94 TAHUN 2010 (Pasal 21) sebagai pengganti P P 138 TAHUN 2000 (berlaku sejak 30 Desember 2010) tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan PPh dalam Tahun Berjalan

B. PER-21/PJ/2014 (berlaku sejak 25 Juli 2014) tentang perubahan PER-1/PJ/2011 (berlaku sejak

1 Februari 2011) tentang tata cara pengajuan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak lain. o PER-21/PJ/2014 mengubah ketentuan Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 3 huruf b dan huruf c dari PER-1/PJ/2011

II. SURAT EDARAN TERKAIT o SE-11/PJ/2011 tentang Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011

III.

WP YANG BERHAK MENGAJUKAN PERMOHONAN PEMBEBASAN PPH POTPUT (21, 22, 22

IMPOR, 23) (HARUS DENGAN SKB) ( Pasal 3 PER-1/PJ/2011 )

1. WP yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang PPh karena mengalami kerugian fiskal, dalam hal:

o WP yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi; o WP belum sampai pada tahap produksi komersial; atau o WP mengalami suatu peristiwa yang berada di luar kemampuan (force majeur).

2. WP yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang PPh karena berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal, dengan memperhitungkan besarnya kerugian tahun- tahun pajak sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh atau surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali.

3. WP yang dapat membuktikan PPh yang telah dibayar lebih besar dari PPh yang akan terutang.

4. WP yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final

IV. PPH YANG TIDAK BISA DIAJUKAN SKB o Permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh tidak berlaku terhadap

pemotongan dan/atau pemungutan PPh yang bersifat final. ( Pasal 1 ayat (3) PER-21/PJ/2014 )

V. CARA MENGAJUKAN SKB PPH POTPUT (21, 22, 22 IMPOR, 23)

1. Permohonan diajukan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar dengan syarat telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak terakhir sebelum tahun diajukan permohonan kecuali untuk WP yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi.

2. Permohonan diajukan untuk setiap pemotongan dan/atau pemungutan PPh Pasal 21, Pasal 22, Pasal 22 impor, dan/atau Pasal 23 dengan menggunakan formulir Lampiran I PER-1/PJ/2011

3. Permohonan harus dilampiri penghitungan PPh yang diperkirakan akan terutang untuk tahun pajak diajukannya permohonan untuk Wajib Pajak (dilampirkan oleh WP yang mengajukan

permohonan SKB selain WP yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final)

VI. PENERBITAN KEPUTUSAN SKB ( Pasal 5 PER-1/PJ/2011 )

1. Kepala KPP harus memberikan keputusan dengan menerbitkan SKB atau surat penolakan permohonan SKBdalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan

diterima secara lengkap.

2. Apabila dalam jangka waktu 5 hari kerja sejak permohonan diterima lengkap, Kepala KPP belum memberikan keputusan, permohonan WP dianggap diterima.

3. Dalam hal permohonan WP dianggap diterima, Kepala KPP wajib menerbitkan SKB dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja setelah jangka waktu 5 hari kerja tersebut terlewati.

VII.

BATAS WAKTU BERLAKUNYA SKB ( Pasal 6 PER-1/PJ/2011 )

o SKB berlaku sampai dengan berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.

VIII. BENTUK FORMULIR SKB

o Klik disini formulir Lampiran II PER-1/PJ/2011

IX. KETENTUAN PERALIHAN o Pada saat berlakunya PER-21/PJ/2014 (berlaku sejak 25 Juli 2014) , terhadap permohonan

pembebasan dari pemotongan dan/ atau pemungutan PPh oleh pihak lain yang telah dinyatakan diterima lengkap sebelum berlakunya PER-21/PJ/2014 ini, permohonan tersebut diselesaikan

berdasarkan ketentuan PER-1/PJ/2011 . (Pasal II PER-21/PJ/2014 )

A.3. Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan atau Pemekaran Usaha

I. DASAR HUKUM:

A. PMK- 43/PMK.03/2008 berlaku sejak 13 Maret 2008) ( tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha

B. PER-28/PJ./2008 (berlaku sejak 19 Juni 2008) tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha.

II. SURAT EDARAN TERKAIT

o SE-45/PJ/2008 tentang Penyampaian dan Pemonitoran Pelaksanaan PMK- 43/PMK.03/2008

III.

WP YANG DAPAT MENGGUNAKAN NILAI BUKU ATAS PENGALIHAN HARTA DAN SYARAT AGAR

DAPAT MENGGUNAKAN NILAI BUKU

A. WP yang Dapat Menggunakan Nilai Buku atas pengalihan harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha adalah :

1. WP yang melakukan MERGER. (Pasal 1 ayat (1) PMK- 43/PMK.03/2008 ) o Merger meliputi penggabungan usaha atau peleburan usaha. (Pasal 1 ayat (2) PMK- 43/PMK.03/2008 )

o Penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih WP Badan yang modalnya terbagi atas saham dengan cara tetap mempertahankan tetap

berdirinya salah satu badan usaha yang tidak mempunyai sisa kerugian atau mempunyai sisa kerugian lebih kecil. (A+B =A) (Pasal 1 ayat (3) PMK- 43/PMK.03/2008 )

o Yang dimaksud sisa kerugian adalah sisa kerugian fiskal dan komersial. (Pasal

1 ayat (4) PER-28/PJ./2008 ) o Pihak yang menerima pengalihan harta dalam rangka penggabungan usaha

adalah WP yang tidak mempunyai sisa kerugian atau yang mempunyai sisa kerugian yang lebih kecil dibandingkan dengan WP yang mengalihkan harta berdasarkan sisa kerugian fiskal dan komersial. (Angka 2 SE-45/PJ/2008 ) WP

surviving company.

WP yang mengalihkan harta = transferor company. o Peleburan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih Wajib Pajak Badan

yang modalnya terbagi atas saham dengan cara mendirikan badan usaha baru. (A+B=C) (Pasal 1 ayat (3) PMK- 43/PMK.03/2008 )

2. WP yang melakukan PEMEKARAN USAHA

o Wajib Pajak yang melakukan pemekaran usaha yang dapat menggunakan nilai buku adalah: (Pasal 1 ayat (5) PMK- 43/PMK.03/2008 )

a. Wajib Pajak yang belum Go Public yang akan melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering); atau

b. Wajib Pajak yang telah Go Public sepanjang seluruh badan usaha hasil pemekaran melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering).

o Pemekaran usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah pemisahan satu Wajib Pajak Badan yang modalnya terbagi atas saham menjadi dua Wajib Pajak

Badan atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian harta dan kewajiban kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan Badan atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian harta dan kewajiban kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan

B. Syarat Agar Dapat Menggunakan Nilai Buku

o Wajib Pajak yang melakukan pengalihan harta dalam rangka merger dan pemekaran usaha wajib memenuhi seluruh persyaratan sebagai berikut: (Pasal 2 PMK- 43/PMK.03/2008 )

a. mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan alasan dan tujuan melakukan merger dan pemekaran usaha;

o untuk tata caranya lihat di resume ini bagian Romawi IV

b. melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang terkait; dan o Pelunasan seluruh utang pajak wajib dipenuhi oleh WP yang mengalihkan harta

dan WP yang menerima harta, termasuk utang pajak dari cabang atau perwakilan yang terdaftar di KPP lokasi. (Pasal 4 PER-28/PJ./2008 )

c. memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose test).

o Wajib Pajak memenuhi persyaratan business purpose test apabila : (Pasal 5 PER-

28/PJ./2008 )

1. tujuan utama dari merger dan pemekaran usaha adalah menciptakan sinergi usaha yang kuat dan memperkuat struktur permodalan serta tidak dilakukan untuk penghindaran pajak;

2. kegiatan usaha WP yang mengalihkan harta masih berlangsung sampai dengan tanggal efektif merger;

3. kegiatan usaha WP yang mengalihkan harta sebelum merger terjadi wajib dilanjutkan oleh WP yang menerima pengalihan harta paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif merger;

4. kegiatan usaha WP yang menerima harta dalam rangka merger tetap berlangsung paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif merger;

5. kegiatan usaha WP yang menerima harta dalam rangka pemekaran usaha wajib berlangsung paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif pemekaran usaha; dan

6. harta yang dimiliki oleh WP yang menerima harta setelah terjadinya merger atau pemekaran usaha tidak dipindahtangankan oleh WP yang menerima harta paling singkat 2 (dua) tahun setelah tanggal efektif merger atau pemekaran usaha.

o Apabila WP yang menerima harta melakukan penjualan harta yang sebelumnya dimiliki WP yang mengalihkan harta sebelum melewati

jangka waktu 2 (dua) tahun setelah tanggal efektif merger atau pemekaran usaha, WP tersebut wajib menyampaikan pernyataan tertulis bahwa harta tersebut layak dijual demi meningkatkan efeisiensi perusahaan dan disertai dengan bukti pendukung. (Pasal 6 ayat (1) PER-28/PJ./2008 )

o Pernyataan tertulis tersebut disampaikan kepada Kepala Kanwil DJP tempat WP yang menerima harta terdaftar paling lama 1 (satu)

bulan setelah terjadinya penjualan harta dengan menggunakan bentuk formulir Lampiran V PER-28/PJ./2008

o Business purpose test wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak yang melakukan merger dalam bidang usaha yang sama maupun dalam bidang usaha yang tidak sama

serta pemekaran usaha. ( angka 6 SE-45/PJ/2008 ) o Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun Direktur Jenderal Pajak melalui

penelitian atau pemeriksaan menemukan bukti bahwa merger atau pemekaran penelitian atau pemeriksaan menemukan bukti bahwa merger atau pemekaran

o Kepada WP ini, Kepala Kanwil DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan pencabutan atas surat keputusan persetujuan

dengan menggunakan bentuk formulir Lampiran VI PER-28/PJ./2008 . (Pasal 8 ayat (3) PER-28/PJ./2008 ) o Berdasarkan hasil pemeriksaan dan surat keputusan pencabutan tersebut Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak. (Pasal 8 ayat (4) PER-28/PJ./2008 )

Catatan : terdapat ketentuan di angka 4 SE-45/PJ/2008 yang menyebutkan , "Laporan Keuangan dari Wajib Pajak yang mengalihkan harta dan Laporan Keuangan dari Wajib Pajak yang menerima harta khususnya untuk tahun pajak dilakukannya pengalihan harta harus diaudit oleh akuntan publik"

IV. TATA CARA MENGAJUKAN PERMOHONAN DAN PENERBITAN KEPUTUSAN DJP

A. Tata Cara Pengajuan Permohonan oleh WP yaitu :

1. Permohonan diajukan oleh : (Pasal 3 ayat (1) PER-28/PJ./2008 )

a. Wajib Pajak yang menerima harta, dalam hal dilakukan merger; atau

b. Wajib Pajak yang mengalihkan harta, dalam hal dilakukan pemekaran usaha.

2. Permohonan diajukan kepada Kepala Kanwil DJP yang membawahi KPP tempat WP pemohon

setelah tanggal efektif merger atau pemekaran usaha dilakukan. (Pasal 3 ayat (2) PER-28/PJ./2008 )

6 (enam) bulan

3. Permohonan diajukan dengan ketentuan sebagai berikut : (Pasal 3 ayat (3) PER-

28/PJ./2008 )

a. menggunakan surat permohonan sesuai dengan format Lampiran I PER-

28/PJ./2008 ;

b. melampirkan surat pernyataan yang mengemukakan alasan dan tujuan melakukan merger atau pemekaran usaha dengan disertai bukti pendukung sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II PER-28/PJ./2008 ;

c. melampirkan daftar isian dan surat pernyataan dalam rangka business purpose test sesuai dengan format Lampiran III PER-28/PJ./2008 .

B. Ketentuan Penerbitan Keputusan DJP yaitu :

0. Kepala Kanwil DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan dari WP secara lengkap dengan menggunakan bentuk formulir Lampiran IV PER-28/PJ./2008 . (Pasal 3 ayat (4) PER-28/PJ./2008 )

1. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kanwil DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap

diterima dan kepadanya diterbitkan surat keputusan persetujuan. (Pasal 3 ayat (5) PER-

28/PJ./2008 )

V. KEWAJIBAN BAGI WP YANG MELAKUKAN PEMEKARAN USAHA YANG TELAH MENDAPAT PERSETUJUAN PENGGUNAAN NILAI BUKU

1. Paling lama 1 (satu) Tahun setelah memperoleh persetujuan Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan pengalihan harta dengan menggunakan nilai buku, WP yang melakukan pemekaran usaha yang akan menjual sahamnya di bursa efek harus sudah mengajukan pernyataan 1. Paling lama 1 (satu) Tahun setelah memperoleh persetujuan Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan pengalihan harta dengan menggunakan nilai buku, WP yang melakukan pemekaran usaha yang akan menjual sahamnya di bursa efek harus sudah mengajukan pernyataan

2. Jangka waktu 1 tahun tersebut dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) tahun, dalam hal keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak, dengan persetujuan Kepala Kanwil DJP yang berwenang; (Pasal

7 ayat (2) PER-28/PJ./2008 )

3. Apabila setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) PER-28/PJ./2008 Wajib Pajak belum dapat melaksanakan penawaran umum perdana (initial public offering), jangka waktu tersebut dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. (Pasal 7 ayat (3) PER- 28./PJ/2008)

o Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 PER-

28/PJ./2008 ini , nilai pengalihan harta atas pemekaran usaha yang dilakukan berdasarkan nilai buku dihitung kembali berdasarkan nilai pasar. (Pasal 8 ayat (2) PER-28/PJ./2008 )

o Kepada WP ini, Kepala Kanwil DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan

pencabutan atas surat keputusan persetujuan dengan menggunakan bentuk formulir Lampiran VI PER-

28/PJ./2008 . (Pasal 8 ayat (3) PER-28/PJ./2008 ) o Berdasarkan hasil pemeriksaan dan surat keputusan pencabutan tersebut Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak. (Pasal 8 ayat (4) PER-28/PJ./2008 )

VI. KETENTUAN TERKAIT KOMPENSASI KERUGIAN BAGI WP YANG MELAKUKAN MERGER

DENGAN MENGGUNAKAN NILAI BUKU o Wajib Pajak yang melakukan Merger dengan menggunakan nilai buku tidak boleh mengkompensasikan kerugian/sisa kerugian dari WP yang menggabungkan diri/Wajib Pajak yang dilebur. (Pasal 3 PMK- 43/PMK.03/2008 )

VII. ANGSURAN PPH PASAL 25

1. Apabila Merger atau pemekaran usaha dilakukan dalam tahun pajak berjalan, maka jumlah angsuran PPh Pasal 25 dari pihak atau pihak-pihak yang menerima pengalihan tidak boleh lebih kecil dari jumlah angsuran yang wajib dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan. ( Pasal 5 ayat (1) PMK- 43/PMK.03/2008 )

2. Dalam hal setelah merger Wajib Pajak yang menerima harta mengalami penurunan usaha, Wajib Pajak yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan pengurangan angsuran PPh Pasal 25

sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku. (Angka 13 SE-45/PJ/2008 )

VIII.

PERLAKUAN PPH YANG TELAH DIBAYAR SEBELUM MERGER ATAU PEMEKARAN USAHA

o Pembayaran, pemungutan, dan pemotongan Pajak Penghasilan yang telah dilakukan oleh pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan sebelum dilakukannya Merger atau pemekaran usaha dapat

dipindahbukukan menjadi pembayaran, pemungutan, atau pemotongan Pajak Penghasilan dari Wajib Pajak yang menerima pengalihan. ( Pasal 5 ayat (2) PMK- 43/PMK.03/2008 )

IX. PENCATATAN HARTA YANG DIALIHKAN: (Angka 10 SE-45/PJ/2008 )

1. Jika pengalihan harta tidak mendapatkan persetujuan Dirjen Pajak untuk menggunakan nilai buku, maka pengalihan seluruh harta tersebut harus dinilai dengan harga pasar dan atas keuntungan yang diperoleh dikenakan PPh sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

2. Jika pengalihan harta dengan menggunakan nilai buku telah mendapat persetujuan Dirjen Pajak, WP yang menerima pengalihan harta tersebut harus mencatat nilai perolehannya sesuai nilai buku sebagaimana yang tercantum dalam pembukuan WP yang mengalihkan harta.

3. Jika WP sebelum merger atau pemekaran usaha telah melakukan penilaian kembali aktiva tetap, nilai buku yang dicatat adalah nilai buku setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tetap.

X. PENYUSUTAN DAN AMORTISASI HARTA YANG DIALIHKAN: (Angka 11 SE-45/PJ/2008 )

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18