Peran Guru dalam Aktivitas Pembelajaran

36 kehidupan anak didik yang berbeda – beda sesuai dengan sosio – kultural masyarakat dimana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan perannya sebagai korektor , yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya disekolah, tetapi diluar sekolah pun harus dilakukan. Sebab tidak jarang di luar sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap norma – norma susila, moral, sosial, dan agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya pengertian anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak didik mudah larut di dalamnya. b. Inspirator. Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk ilham bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak harus bertolak dari sejumlah teori – teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh anak. 37 c. Informator. Sebagai informator guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik. d. Organisator. Sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik. e. Motivator. Sebagai motivator guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif – motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada diantara anak didik yang malas belajar dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat 38 penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri. f. Inisiator. Dalam perananannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide – ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus diperbarui sesuai kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khusunya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide – ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran. g. Fasilitator. Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak didik dapat belajar secara optimal. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik. h. Pembimbing. Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan diatas, adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru disekolah 39 adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Ketidakmampuan anak didik menyebabkan anak lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri mandiri. i. Demonstrator. Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki intelgensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efisien. j. Pengelola kelas. Sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini akan berakibat mengganggu jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang terlalu 40 padat dengan anak didik, pertukatan udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam – macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi, maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. k. Mediator. Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materiil. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif. Keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan pengajaran. Sebagai mediator, guru dapat diartikan sebagai penengah dalam proses belajar anak didik. Dalam diskusi, guru dapat berperan sebagai penengah, sebagai pengatur lalu lintas jalannya diskusi. Kemacetan jalannya diskusi akibat anak didik kurang mampu mencari jalan keluar dari pemecahan masalahnya, dapat guru tengahi, bagaimana menganalisis permasalahan agar dapat diselesaikan. Guru sebagai mediator juga dapat diartikan sebagai penyedia media. l. Supervisor. Sebagai supervisor, guru hendakya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. 41 Teknik – teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan – keterampilan yang dimilikinya, atau karena memiliki sifat kepribadian yang menonjol daripada orang – orang yang disupervisinya. Dengan semua kelebihan yang dimiliki, ia dapat melihat, menilai atau mengadakan pengawasan terhadap orang atau sesuatu yang disupervisi. m. Evaluator. Sebagai evaluator guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai values. Berdasarkan hal ini, guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan daripada penilaian terhadap jawaban anak didik ketika diberikan tes. Anak didik yang berprestasi baik belum tentu memiliki kepribadian yang baik. Jadi, penilaian itu pada hakikatnya diarahkan pada perubahan kepribadian anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap. Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk hasil pengajaran, tetapi juga menilai proses jalannya pengajaran. Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik feedback tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang dilakukan. 42 Mukhlis Nini Subini, 2012 : 20 mengemukakan bahwa peranan guru mencakup tiga belas hal yaitu : a. Guru sebagai korektor. Dalam sekolah latar belakang kehidupan anak didik berbeda – beda sesuai dengan sosio – kultural masyarakat tempat anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan buruk . Bila guru membiarkan berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai korektor yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya. b. Guru sebagai inspirator. Guru harus dapat memberikan petunjuk kepada anak didik cara belajar yang baik. Ada banyak cara yang bisa dipilih siswa dalam belajar sehingga anak lebih mudah mengikuti kegiatan pembelajaran. c. Guru sebagai informator. Guru harus bisa menjadi informator bagi murid – muridnya. Informasi yang baik dan efektif dibutuhkan anak dari guru. Kesalahan infomasi dapat menjadi racun bagi anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik. d. Guru sebagai inisiator. Peran guru sebagai inisiator menuntut guru harus dapat menyusun perangkat pembelajaran. Semua diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran dalam diri anak didik. e. Guru sebagai motivator. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis hal – hal yang melatarbelakangi anak didik malas belajar 43 dan menurun prestasinya di sekolah. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. Dalam proses pembelajaran, peranan guru sebagai motivator sangat penting karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, performance dalam personialisasi, dan sosialisasi diri. f. Guru sebagai inisiator. Sebagai inisiator, guru harus dapat mencetuskan ide – ide kemajuan dalam bidang pendidikan. Guru harus menjadikan dunia pendidikan lebih baik dulu sebelum memikirkan hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan. g. Guru sebagai fasilitator. Dalam peranannya sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan terciptanya kemudahan kegiatan belajar anak didik. Hal ini akan membantu terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak didik. h. Guru sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing, peranan guru harus lebih diutamakan. Hal ini dikarenakan tanpa bimbingan anak didik akan mengalami kesulitan dalam perkembangan dirinya. i. Guru sebagai demonstrator. Guru juga harus bisa mendemonstrasikan materi pelajaran. Apalagi untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha membantunya dengan cara memeragakan apa yang diajarkan secara didaktis. Dengan demikian, anak didik akan mudah memahami apa yang diajarkan sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman muridnya. 44 j. Guru sebagai pengelola kelas. Kelas adalah tempat berkumpulnya anak didik dengan berbagai warna. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik. Kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pembelajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Anak akan keluar masuk kelas, hal ini akan berakibat menganggu jalannya kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Guru harus bisa menciptakan suasana kondusif di kelas agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Salah satu caranya adalah guru harus mengelola kelas dengan baik. k. Guru sebagai mediator. Dalam peranannya sebagai mediator, guru menjadi penengah dalam proses pembelajaran anak didik. Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan sehingga siap menyampaiakan materi kepada anak didiknya. l. Guru sebagai supervisor. Guru harus menguasai berbagai teknik supervisi agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar pada anak. Dengan supervisi diharapkan kekurangan cara mengajar dapat dibenahi dan diganti dengan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi masing – masing kelas. m. Guru sebagai evaluator. Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seseorang yang baik dan jujur. Penilaian yang dilakukan harus menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Tidak hanya faktor luar dari 45 anak, namun juga faktor yang berasal dari dalam diri anak. Nilai yang diberikan harus murni berdasarkan hasil belajar anak, tidak dipandang bulu karena siswa ini anak orang terpandang. Berdasakan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu peran guru yang terkait dengan usaha memandirikan siswa adalah guru sebagai pembimbing. Guru sebagai pembimbing sangat penting peranannya dalam pembelajaran. Nini Subini 2012: 13 menjelaskan bahwa yang berhubungan dengan tugas guru sebagai pembimbing dalam pembelajaran yaitu mendorong berkembangnya perilaku positif dalam pembelajaran dan membimbing peserta didik memecahkan masalah dalam pembelajaran. Dari pendapat diatas, peneliti dapat menyebutkan beberapa indikator peran guru untuk mendorong berkembangnya perilaku positif yaitu guru memberikan motivasi dan dukungan dalam pembelajaran, guru memberikan kebebasan anak untuk mengembangkan kemampuannya baik dalam pembelajaran maupun diskusi. Sedangkan indikator peran guru membimbing peserta didik memecahkan masalah dalam pembelajaran yaitu memberikan arahan pada siswa ketika siswa mengalami kesulitan dalam diskusi, memberikan bimbingan pada siswa di dalam kegiatan pembelajaran.

2. Pengaruh Peran Guru dalam Upaya Mencapai Kemandirian Belajar

Siswa Sekolah merupakan lingkungan formal yang disediakan untuk mendidik, membimbing dan melatih anak secara tertur, berencana dan 46 sistematis. Guru merupakan wakil dari orang tua dan wali mempunyai kewajiban mengisikan intelektual, sikap, dan keterampilan anak disekolah. Kesuksesan guru sebagai pendidik di sekolah berkat kerjasama dengan orang tua, sebaliknya guru akan sukar mendidik membimbing dan melatih anak di sekolah tanpa kerjasama dengan orang tua. Demikian pula orang tua akan berhasil mendidik anak – anaknya bila bersinergi dengan guru disekolah Martinis Yamin, 2008 :121. Menciptakan belajar mandiri guru harus mampu bekerjasama dengan orang tua dan masyarakat di sekitar anak. Kerjasama yang baik ini akan membuahkan hasil berupa anak didik yang berkualitas dan mandiri. Mujiman 2011: 169 berpendapat bahwa tugas guru dalam belajar mandiri adalah mengajar dengan bahan dan cara yang merangsang siswa untuk tertarik dan mengembangkannnya sendiri, dan memberikan bantuan kepada siswa dalam proses pendalaman dan pengembangan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam upaya mencapai kemandirian belajar siswa yaitu mengajar dengan bahan dan cara yang merangsang siswa untuk tertarik dan mengembangkannnya sendiri dan memberikan bantuan kepada siswa dalam proses pendalaman dan pengembangan serta guru harus mampu bekerjasama dengan orang tua dan masyarakat di sekitar anak.

3. Metode Pembelajaran dalam Aktivitas Pembelajaran

Metode secara harfiah berarti “cara”. Sutikno 2013: 85 berpendapat bahwa metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai 47 untuk m encapai tujuan tertentu. Kata “pembelajaran” berarti segala upaya yang dilakukan oleh pendididik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara – cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa dalam upaya mencapai tujuan. Salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha – usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal. Sutikno 2013: 86 berpendapat bahwa ciri dari sebuah metode yang baik adalah: 1 berpadunya metode dari segi tujuan, 2 berpadunya metode dari segi materi pembelajaran, 3 dapat mengantarkan siswa pada kemampuan praktis, 4 dapat mengembangkan materi, 5 memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya, 6 mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam keseluruhan proses pembelajaran. Sutikno 2013: 93 berpendapat bahwa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu : a. Metode ceramah Metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan penyajian materi melalui penjelasan lisan seseorang guru kepada siswa – siswanya. Metode ini adalah sebuah cara melaksanakan 48 pembelajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah. Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, perhatian terpusat pada guru sedangkan para siswa hanya menerima secara pasif. Metode ini cocok digunakan untuk menyampaikan informasi, untuk memberi pengantar dan untuk menyampaikan materi yang berkenaan dengan konsep – konsep. Metode ceramah efektif bila digunakan untuk menghadapi siswa yang berjumlah banyak, dan guru dapat memberikan motivasi atau dorongan belajar kepada siswa untuk mengikuti kegiatan belajar tersebut. b. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini dimaksudkan untuk memotivasi berpikir dan membimbing siswa dalam mencapai kebenaran. c. Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran dimana guru bersama – sama dengan sisiwa mencari jalan pemecahan atau persoalan yang dihadapi. Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing – masing mengajukan argumentasinya untuk

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25