Bagi Kepala Sekolah Manfaat Praktis.
10 Dari berbagai pendapat diatas, belajar dapat disimpulkan sebagai suatu
usaha seseorang untuk menjadi lebih baik. Usaha tersebut dilakukan secara sadar dan terus menerus untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Usaha yang dilakukan tidak selamanya berjalan dengan lancar, kadang –
kadang juga mengalami kendala, oleh karena itu proses yang dilalui untuk hasil yang lebih baik. Belajar dapat dilakukan dimana saja asalkan proses
belajar itu menimbulkan perubahan yang lebih baik pada seseorang individu. Salah satu tempat belajar adalah di sekolah. Perubahan
– perubahan yang dapat diperoleh dari belajar di sekolah misalnya
pengetahuan, sikap ataupun perilaku yang harus dimiliki oleh seorang siswa yaitu kemandirian dalam belajar.
Kemandirian dan belajar merupakan dua kata yang jika disatukan menjadi sebuah kata yang bermakna yaitu kemandirian belajar.
Kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai
perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah
self
M. Ali dan M. Asrori, 2014 : 109. Kohlberg M. Ali dan M. Asrori, 2014: 111 berpendapat bahwa kemandirian berpusat pada
ego atau diri sebagai dimensi pemersatu organisasi kepribadian. Upaya mendefinisikan kemandirian dan proses perkembangannya, ada
berbagai sudut pandang yang dikembangkan oleh para ahli. Emil Durkheim M. Ali dan M. Asrori, 2014: 110 menyatakan bahwa melihat
makna dan perkembangan kemandirian dari sudut pandang masyarakat.
11 Pandangan ini dikenal dengan pandangan konformistik. Dengan
menggunakan sudut pandang ini, Durkheim berpendirian bahwa kemandirian merupakan elemen esensial ketiga dari moralitas yang
bersumber pada kehidupan masyarakat. Kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua faktor yaitu disiplin dan komitmen terhadap
kelompok. Dalam pandangan konformistik, kemandirian merupakan konformitas
terhadap prinsip moral kelompok rujukan. Individu yang mandiri adalah yang berani mengambil keputusan dilandasi oleh pemahaman akan segala
konsekuensi dan tindakannya. Dengan demikian, dalam pandangan konformistik pemahaman mendalam tentang hukum moralitas menjadi
faktor pendukung utama kemandirian. Sunaryo Kartadinata M. Ali dan M. Asrori, 2014: 110 berpendapat bahwa faktor pemahaman inilah yang
membedakan kemandirian
self-determinism
dan kepatuhan
sumbission
karena dengan pemahaman ini individu akan terhindar dari konformitas pasif.
MC Dougal M. Ali dan M. Asrori, 2014: 110 menyatakan bahwa kemandirian merupakan konformitas khusus, yang berarti suatu
konformitas terhadap kelompok yang terinternalisasi. Setiap individu selalu berkonformitas, dan yang membedakan konformitas antara individu
satu dengan lainnya adalah variabel kelompok rujukan yang disukainya. Pemikiran Emil Durkheim dan MC Dougal sama
– sama berpandangan bahwa antara kemandirian dengan konformitas merupakan dua hal yang