Bagi Guru Bagi Orang Tua
11 Pandangan ini dikenal dengan pandangan konformistik. Dengan
menggunakan sudut pandang ini, Durkheim berpendirian bahwa kemandirian merupakan elemen esensial ketiga dari moralitas yang
bersumber pada kehidupan masyarakat. Kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua faktor yaitu disiplin dan komitmen terhadap
kelompok. Dalam pandangan konformistik, kemandirian merupakan konformitas
terhadap prinsip moral kelompok rujukan. Individu yang mandiri adalah yang berani mengambil keputusan dilandasi oleh pemahaman akan segala
konsekuensi dan tindakannya. Dengan demikian, dalam pandangan konformistik pemahaman mendalam tentang hukum moralitas menjadi
faktor pendukung utama kemandirian. Sunaryo Kartadinata M. Ali dan M. Asrori, 2014: 110 berpendapat bahwa faktor pemahaman inilah yang
membedakan kemandirian
self-determinism
dan kepatuhan
sumbission
karena dengan pemahaman ini individu akan terhindar dari konformitas pasif.
MC Dougal M. Ali dan M. Asrori, 2014: 110 menyatakan bahwa kemandirian merupakan konformitas khusus, yang berarti suatu
konformitas terhadap kelompok yang terinternalisasi. Setiap individu selalu berkonformitas, dan yang membedakan konformitas antara individu
satu dengan lainnya adalah variabel kelompok rujukan yang disukainya. Pemikiran Emil Durkheim dan MC Dougal sama
– sama berpandangan bahwa antara kemandirian dengan konformitas merupakan dua hal yang
12 tidak dapat dipisahkan. Perkembangan kemandirian individu merupakan
perkembangan hakikat eksistensial manusia. Sunaryo Kartadinata M. Ali dan M. Asrori, 2014: 111 menyatakan
bahwa proses perkembangan manusia harus dipandang sebagai proses interaksional dinamis. Proses ini mengimplikasikan bahwa manusia berhak
memberikan makna terhadap dunianya atas dasar proses mengalami sebagai konsekuensi dari perkembangan berpikir dan penyesuaian
kehendaknya. Kemandirian bukanlah hasil dari proses internalisasi aturan otoritas, melainkan proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat
eksistensi manusia. Maslow M. Ali dan M. Asrori, 2014: 111 berpendapat bahwa
kemandirian merupakan
self
–
transcendence
yang merujuk kepada konsep perkembangan.
Self
–
transcendenc
e bukanlah
self
–
obliteration
atau peleburan diri, melainkan suatu proses perkembangan kekuatan
kemandirian dan pencapaian identitas diri. Melalui konsep transendensi, juga ditegaskan bahwa antara
autonomy
dengan
homonomy
merupakan dua hal yang berhubungan dan tumbuh serta berkembang bersamaan.
Kemandirian mengandung aspek keterkaitan yaitu pengakuan dan kesadaran akan ketergantungan dalam berbagai fase kehidupan.
Soelaeman M. Ali dan M. Asrori, 2014: 112 menyatakan bahwa perkembangan kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur
– unsur normatif. Kemandirian merupakan suatu proses yang terarah. Karena
perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensi manusia,