Pengertian Kemandirian Belajar Siswa
12 tidak dapat dipisahkan. Perkembangan kemandirian individu merupakan
perkembangan hakikat eksistensial manusia. Sunaryo Kartadinata M. Ali dan M. Asrori, 2014: 111 menyatakan
bahwa proses perkembangan manusia harus dipandang sebagai proses interaksional dinamis. Proses ini mengimplikasikan bahwa manusia berhak
memberikan makna terhadap dunianya atas dasar proses mengalami sebagai konsekuensi dari perkembangan berpikir dan penyesuaian
kehendaknya. Kemandirian bukanlah hasil dari proses internalisasi aturan otoritas, melainkan proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat
eksistensi manusia. Maslow M. Ali dan M. Asrori, 2014: 111 berpendapat bahwa
kemandirian merupakan
self
–
transcendence
yang merujuk kepada konsep perkembangan.
Self
–
transcendenc
e bukanlah
self
–
obliteration
atau peleburan diri, melainkan suatu proses perkembangan kekuatan
kemandirian dan pencapaian identitas diri. Melalui konsep transendensi, juga ditegaskan bahwa antara
autonomy
dengan
homonomy
merupakan dua hal yang berhubungan dan tumbuh serta berkembang bersamaan.
Kemandirian mengandung aspek keterkaitan yaitu pengakuan dan kesadaran akan ketergantungan dalam berbagai fase kehidupan.
Soelaeman M. Ali dan M. Asrori, 2014: 112 menyatakan bahwa perkembangan kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur
– unsur normatif. Kemandirian merupakan suatu proses yang terarah. Karena
perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensi manusia,
13 arah perkembangannya harus sejalan dan berlandaskan pada tujuan hidup
manusia. Ego merupakan inti perkembangan kemandirian. Konsep ini memandang bahwa perkembangan manusia mengarah kepada penemuan
makna diri dan dunianya. Cara individu memberikan makna terhadap dirinya sangat bervariasi, tergantung pada persepsi individu terhadap diri
dan dunianya. Konsep ini menyiratkan bahwa kegiatan memberikan makna merupakan suatu proses selektif. Jika dikatakan bahwa proses
memaknai diri dan dunianya itu bersifat selektif, sifat selektif menunjukkan bahwa apa yang dipersepsi dan dimaknai oleh manusia
ditentukan melalui proses memilih. Proses memilih tidak terlepas dari proses kognitif dalam menimbang berbagai alternatif yang selalu terkait
dengan sistem nilai, bukan proses yang bersifat reaktif atau impulsif. Mekanisme proses kognitif dan penyesuaian kehendak terhadap berbagai
dimensi kehidupan akan mewarnai cara individu memaknai dunianya M. Ali dan M. Asrori, 2014: 112.
Sunaryo Kartadinata M. Ali dan M. Asrori, 2014: 113 berpendapat bahwa proses peragaman adalah proses dimana individu sedikit demi
sedikit individu berupaya melepaskan diri dari otoritas menuju hubungan mutualistik, mengembangkan kemampuan menuju spesialisasi tertentu,
mengembangkan kemampuan instrumental agar mampu memenuhi sendiri kegiatan hidupnya. Chikering M. Ali dan M. Asrori, 2014: 113
menyatakan bahwa perkembangan kemandirian dibagi menjadi dua komponen penting yaitu
emotional and instrumental independence
. Dalam
14 perkembangannya yang secara bertahap mengarah kepada pengakuan dan
penerimaan akan saling ketergantungan individu, keduanya bersifat komplementer.
Steinberg Desmita, 2014 : 184 mengemukakan bahwa kemandirian berbeda dengan tidak tergantung, karena tidak tergantung merupakan
bagian untuk memperoleh kemandirian. Desmita 2014:184 menyatakan bahwa kemandirian muncul dan berfungsi ketika peserta didik menemukan
diri pada posisi yang menuntut suatu tingkat kepercayaan diri. Seifert dan Hoffnung Desmita, 2014: 185 mendefinisikan bahwa otonomi atau
kemandirian sebagai “
the abilit
y to govern and regulate one’s own
thoughts, feelings, and actions freely and responssibly while overcoming
feelings of shame and doubt”. Dapat dipahami bahwa kemandirian atau otonomi adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran,
perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan malu dan keragu
– raguan. Chaplin Desmita, 2014: 185 menyatakan bahwa otonomi adalah kebebasan individu manusia
untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai, dan menentukan dirinya sendiri.
Desmita 2014: 185 menjelaskan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik secara relatif bebas dari
pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut, peserta didik diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri. Erikson Desmita, 2014: 185 menyatakan bahwa
15 kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan
maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan
berdiri sendiri. Desmita 2014: 185
– 186 menyatakan bahwa kemandirian mengandung pengertian suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat
bersaing, mampu mengambil keputusan dan inisiatif, memiliki kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas
– tugasnya, dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Sejalan dengan Desmita, M. Ali dan
M.Asrori 2014 : 114 menyatakan bahwa kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi.
Kekuatan internal di sini merupakan motivasi untuk dapat mengambil keputusan dan bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut.
Kemandirian tidak lepas dari belajar mandiri. Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu
kompetensi, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki Mujiman, 2011:1. Penetapan kompetensi sebagai tujuan
belajar, dan cara pencapaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, sumber belajar, maupun
evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh pembelajar sendiri. Skiner Martinis Yamin, 2008 : 115 menyatakan bahwa belajar
individual bukan belajar mandiri, akan tetapi sistem belajar individual merupakan
salah satu
metode yang
dapat digunakan
untuk
16 mengembangkan dan meningkatkan proses belajar mandiri peserta didik.
Martinis Yamin 2008: 115 berpendapat bahwa belajar mandiri adalah belajar yang dilakukan oleh siswa secara bebas menentukan tujuan
belajarnya, arah belajarnya, merencanakan proses belajarnya, strategi belajarnya, menggunakan sumber
– sumber belajar yang dipilihnya, membuat keputusan akademik, dan melakukan kegiatan
– kegiatan tercapainya tujuan belajarnya.
Berdasarkan pemamparan diatas, maka kemandirian erat kaitannya dengan belajar. Kemandirian muncul setelah proses belajar menjadi
seseorang yang mandiri, sedangkan setiap proses belajar mandiri akan terbentuk kemandirian belajar. Dengan demikian belajar mandiri lebih
mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara – cara belajar.
Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara
belajar, sumber belajar, maupun evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh pembelajar sendiri.
Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan
orang lain serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya. Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila ia telah mampu
melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Dalam hal ini individu membutuhkan motivasi dalam diri untuk memberikan
dorongan agar dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.
17 Belajar mandiri membutuhkan motivasi, keuletan, keseriusan,
kedisiplinan, tanggung jawab, kemauan, dan keingintahuan untuk berkembang maju dalam pengetahuan Martinis Yamin, 2008 : 116. Uno
2010:1 menyatakan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Motivasi diartikan sebagai suatu
kondisi yang menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberikan arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut Sugihartono, 2012 : 20.
Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.
Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa. Motivasi belajar menjadi dasar seseorang melakukan sesuatu. Uno
2010: 8 menyatakan bahwa konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang apabila seseorang senang terhadap sesuatu dan
merasa yakin maka akan terdorong untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, seorang
individu membutuhkan motivasi agar siswa tidak bosan dan merasa senang pada saat pembelajaran. Uno 2010: 23 berpendapat bahwa motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa – siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang
18 lain serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya. Siswa
dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila ia telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain.