41 atau sekelompok huruf dan membentuk ucapan kata. Pada tahap ini,
mereka juga mampu menguasai nama dan suara huruf. c.
Tahap 2. Di grade dua dan tiga, anak makin lancar dalam membaca. Akan tetapi, pada tahap in, membaca masih belum banyak digunakan untuk
belajar. Mereka disibukkan oleh tugas membaca saja sehingga anak tidak punya banyak energi untuk memahami isi bacaannya.
d. Tahap 3. Di grade empat sampai delapan, anak makin mampu mendapatkan
informasi dari bacaannya. Dengan kata lain, mereka belajar membaca. Mereka masih kesulitan memahami informasi yang diberikan dari beragam
perspektif dalam teks yang sama. Anak yang pada tahap ini belum mampu menguasai keahlian membaca, mereka akan mengalami kesulitan serius
dalam bidang akademik. e.
Tahap 4. Di sekolah menengah atas, banyak murid yang telah menjadi pembaca yang kompeten. Mereka mampu memahami materi tertulis dari
berbagai perspektif. Hal ini membuat mereka terkadang terlibat dalam diskusi yang lebih maju dalam pelajaran sastra, sejarah, ekonomi, dan
politik. Bukan kebetulan bahwa novel-novel besar baru diberikan pada masa ini, karena pemahaman terhadap novel membutuhkan pemahaman membaca
yang canggih. Rachel Goodchild 2006: 30 menyatakan bahwa meskipun jelas bahwa
anak-anak pada tahap ini 6 – 8 tahun ke atas belum mempunyai keahlian dan perbendaharaan kata yang cukup untuk disebut pembaca yang benar-benar
fasih, namun pada tahap ini, pola membaca yang mereka anut akan
42 memastikan perkembangan membaca yang berhasil. Rachel menyebutkan tiga
tahap kefasihan awal yang dialami anak usia 6 - 8 tahun ke atas. Tahap itu adalah
tahap kepercayaan
diri, tahap
membentuk pendapat,
dan membangkitkan minat lebih jauh.
Pada tahap kepercayaan diri, anak membaca banyak jenis buku dengan percaya diri. Mereka mampu memilih buku yang mereka sukai dan dapat
mengemukakan apa yang mereka sukai dari buku-buku itu. Pada tahap membentuk pendapat, anak mulai menyadari bahwa mereka mungkin tidak
selalui setuju dengan apa yang mereka baca. Mereka mulai mengembangkan pendekatan yang lebih reflektif untuk kegiatan membaca mereka, dan mungkin
menanyakan relevansi, akurasi, atau inti dari materi yang mereka baca. Ini menunjukkan bahwa mereka mulai berpikir dengan tingkat pemikiran yang
lebih tinggi dari sebelumnya. Sementara itu, pada tahap membangkitkan minat lebih jauh, membaca untuk suatu tujuan mulai menjadi penting. Membaca tidak
lagi untuk kesenangan semata, tetapi untuk mendapatkan informasi dan menuntaskan pekerjaan. Jika seorang anak tidak mengembangkan kegembiraan
membaca pada tahap ini, mereka akan sulit maju menuju kemandirian. Berdasarkan pemaparan tersebut, siswa sekolah dasar yang berada pada
jenjang kelas IV atau umumnya berusia 9 - 10 tahun memiliki perhatian membaca yang tinggi dengan materi bacaan yang bervariasi. Perhatian
membaca mampu mempengaruhi kesiapan siswa dalam membaca. Pada usia ini, mereka belajar membaca dan lebih minat untuk membaca buku di luar
buku pelajaran meskipun belum sepenuhnya memahami informasi dengan
43 baik. Buku bacaan yang digemari biasanya yang menarik dan bergambar.
Namun seiring bertambahnya usia, anak menjadi semakin tertarik pada buku yang sekedar tulisan saja tanpa gambar yang dijadikan sebagai ilustrasi.
C. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susi Ekowati Rubiyatun tahun 1998 mengenai minat membaca siswa mampu didik SLB C Negeri 2 Yogyakarta
menyebutkan bahwa siswa memiliki minat membaca walaupun sedikit. Minat membaca timbul karena contoh atau teladan membaca dari guru dan ajakan
teman akrab. Selain itu, bacaan yang menarik minat siswa untuk membaca adalah jenis bacaan bergambar sederhana yang menghibur seperti cerita anak,
komik Doraemon dan majalah Fantasi. Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa siswa mampu didik memiliki minat membaca karena berbagai usaha
yang dilakukan guru untuk membangkitkan minat membaca melalui kegiatan belajar membaca, peningkatan sarana atau fasilitas membaca dengan
menyediakan buku sesuai dengan kebutuhan siswa dan menciptakan kondisi lingkungan membaca dengan memberi teladan membaca. Adapun faktor yang
mempengaruhi minat membaca siswa adalah kelengkapan buku dan tempat membaca, karena tempat membaca yang kurang nyaman menyebabkan siswa
mampu didik malas membaca. Berdasarkan hasil penelitian oleh Desi Tri Pikasari mengenai Hubungan
antara Minat Baca dan Kebiasaan Menyimak Berita dengan Kemampuan Menulis Narasi Sugestif Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara
44 tahun Ajaran 20122013 menunjukkan 1 terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara minat baca berita dengan kemampuan menulis narasi sugestif siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara dengan nilai
lebih besar dari
0,710 0,148 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 0,05; 2 terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan menyimak
berita dengan kemampuan menulis narasi sugestif siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara dengan nilai
lebih besar dari 0,707 0,148 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 0,05; 3 terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara minat baca dan kebiasaan menyimak berita secara bersama-sama dengan kemampuan menulis narasi
sugestif siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara, lebih
besar dari 0,773 0,148 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang
berarti kurang dari 0,05 0,0000,05. Sedangkan, Maryuningsih melakukan penelitian mengenai hubungan
minat membaca dengan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV Sekolah Dasar se-Gugus Kecamatan Kraton Yogyakarta Tahun Ajaran 20132014.
Hasil analisis deskriptif menunjukkkan minat membaca siswa berada pada kategori baik, yaitu sebesar 42,7 dan keterampilan menulis narasi siswa
berada pada kategori baik, yaitu sebesar 64. Hasil analisis statistik menggunakan teknik korelasi product moment diperoleh nilai
sebesar 0,555. Sementara itu, harga dengan N=75 pada taraf
signifikansi 5, yaitu sebesar 0,227. Dari hasil tersebut terlihat nilai , hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
45 positif dan signifikan antara minat membaca dengan keterampilan menulis
narasi siswa kelas IV di SD se- Gugus kecamatan Kraton Yogyakarta Tahun Ajaran 20132014.
Selanjutnya, Elly Lindiawati meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca santri putri pondok pesantren An-Nur Ngrukem
Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat baca santri putri pondok pesantren An-Nur Ngrukem Bantul dipengaruhi oleh faktor usia, intelegensi,
dan konsep diri pembaca bahwa dia merasa perlu membaca, yakni untuk memperoleh informasi baru, suasana yang nyaman full music, bersih, sejuk.
Sedangkan faktor yang menghambat minat baca meliputi keterbatasan buku bacaan, faktor lingkungan suasana tenang atau tidak gaduh, nyaman dan
faktor sosial guru, teman sebaya, media elektronik, fasilitas dan faktor biaya. Usaha pengasuh dalam meningkatkan minat baca santri adalah memberikan
kebijakan pembangunan perpustakaan dengan jam wajib buka yang sudah diberlakukan, memberikan motivasi dalam menuntut ilmu, pengurus putri
dapat mengelola kegiatan jam wajib belajar dan mengatur kegiatan jam buka perpustakaan agar tidak bentrok kegiatan lain. Pengurus perpustakaan dapat
mengelola perpustakaan agar nyaman dan memperlancar proses membaca didalam perpustakaan, mereka memotivasi santri agar meningkatkan minat
membaca dengan cara mengadakan lomba resensi buku, menulis cerpen, membuat sinopsis, pemilihan raja dan ratu buku, dan memberikan pengertian
tentang pentingnya membaca. Mengingat pentingnya membaca santri putri dalam mendukung proses belajar mengajar dan bertambahnya wawasan santri
46 akan ilmu pengetahuan, diharapkan dari pihak pondok pesantren lebih
meningkatkan fasilitas dalam menunjang minat baca santri putri.
D. Alur Pikir
Manusia sebagai sumber daya dalam kehidupan perlu memiliki minat untuk membaca. Hal ini dikarenakan pada setiap aspek kehidupan
bermasyarakat, kegiatan membaca akan terlibat lebih banyak dan lebih sering. Indonesia merupakan negara berkembang yang masyarakatnya memiliki
tingkat minat baca rendah dibandingkan dengan negara lain. Sementara itu kebiasaan membaca surat kabar atau majalah juga lebih rendah dibandingkan
dengan kebiasaan menonton televisi dan lebih tinggi dibandingkan kebiasaan membaca buku pelajaran pada tiap minggunya. Hal ini juga dialami oleh
masyarakat Indonesia usia 10 tahun ke atas, salah satu diantaranya adalah siswa sekolah dasar.
Pendidikan tingkat dasar merupakan suatu wadah dengan tujuan untuk meletakkan dasar pengetahuan, penanaman karakter, dan penyiapan siswa
menuju jenjang pendidikan selanjutnya. Pencapaian tujuan tersebut tidak luput dari kegiatan membaca. Oleh karena itu, diperlukan usaha meningkatkan minat
membaca siswa agar memiliki wawasan yang lebih luas dan bermanfaat. Meskipun terdapat sekolah yang sudah menerapkan program-program baru
untuk meningkatkan minat membaca siswa, namun perlu diketahui lebih rinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat membacanya. Faktor-faktor
tersebut dapat berupa faktor pendukung internal dan eksternal serta faktor
47 penghambat internal dan eksternal. Setelah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi minat membaca, diharapkan dapat mempermudah siswa maupun sekolah dalam upaya peningkatan minat membaca nantinya dengan
baik. Terutama upaya yang dilakukan oleh guru kelas guna meningkatkan minat membaca secara dini.
Minat membaca tidak tumbuh dengan sendirinya akan tetapi dipengaruhi pula oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang mendukung untuk penumbuhan
minat membaca siswa dapat memberikan dampak positif terhadap siswa tersebut. Tidak hanya wawasan atau pengetahuan yang lebih banyak, tetapi
juga prestasi yang meningkat. Kebiasaan membaca harus ditanamkan pada anak sejak dini. Membaca dapat mengarahkan siswa untuk berpandangan
keluar. Selain itu, membaca juga dapat mengubah tidak hanya sudut pandang seseorang, tetapi juga dapat mengubah hidup secara total. Dengan kata lain,
kebiasaan membaca secara terus menerus dan dengan pemahaman yang baik maka dapat memberikan pandangan masa depan yang lebih baik pula.
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan alur pikir tersebut, maka pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja faktor-faktor yang mendukung minat membaca siswa kelas IV B
SD Negeri Ngoto, Sewon, Bantul tahun ajaran 20142015? 2.
Apa saja faktor yang menghambat minat membaca siswa kelas IV B SD Negeri Ngoto, Sewon, Bantul tahun ajaran 20142015?