Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5 rata-rata satu buku di Indonesia dibaca oleh lima orang www.scholae.co,
2892015. Badan Pusat Statistik juga menuliskan mengenai proporsi penduduk
berumur 10 tahun ke atas yang membaca selama seminggu terakhir menurut provinsi, jenis bacaan dan tipe daerah pada tahun 2012. Masyarakat DI.
Yogyakarta umur 10 tahun ke atas di wilayah perkotaan dan pedesaan melakukan kegiatan membaca surat kabar sebanyak 32,22, membaca majalah
dan tabloid sebanyak 12,09, membaca buku cerita sebanyak 6,97, membaca pelajaran sekolah sebanyak 20,88, membaca pengetahuan
sebanyak 15,41 dan 12,03 membaca yang lainnya www.bps.go.id, 2792015. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat DI. Yogyakarta umur 10
tahun ke atas lebih menyukai membaca surat kabar daripada membaca buku pelajaran sekolah dalam seminggunya.
Minat membaca tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca tersebut dapat
berupa faktor-faktor yang mendukung dan faktor-faktor yang menghambatnya. Masing-masing faktor pendukung dan faktor penghambat minat membaca
dapat berasal dari dalam internal dan dari luar eksternal diri seseorang. Sama halnya dengan siswa kelas IV B SD Negeri Ngoto, Imogiri, Sewon,
Bantul yang merupakan siswa sekolah dasar tingkat tinggi. Berdasarkan hasil observasi pada bulan Desember 2014 – Februari 2015,
terdapat beberapa diantara siswa kelas IV memiliki kegemaran membaca cerita mini yang dijual di penjual jajanan keliling, ada siswa yang gemar membaca
6 buku pelajaran, ada siswa kelas IV B yang suka membaca buku pelajaran kelas
V yang berada di rak dalam kelas yang sering mereka sebut dengan perpustakaan kecil dan ada pula siswa yang suka membaca komik kecil
bergambar dan berwarna. Akan tetapi pada proses pembelajarannya, siswa belum dapat memanfaatkan sarana pembelajaran dan sumber belajar seperti
buku pelajaran dan buku latihan kerja siswa secara optimal. Siswa belum memiliki inisiatif sendiri untuk mempelajari materi dari sumber lain selain dari
penjelasan guru. Jika guru meminta siswa membuka dan membaca sumber belajar seperti buku, maka siswa baru melaksanakan perintah tersebut.
Berdasarkan observasi lanjutan pada bulan April 2015, sekolah membuat program baru dalam rangka upaya meningkatkan minat dan kebiasaan
membaca siswa. Program tersebut antara lain terdapat warung ilmu berupa rak buku yang berisi buku-buku bacaan ringan. Rak buku tersebut berada di empat
titik, yaitu di depan kelas V B, di depan kelas II B, di depan kelas IV A, dan di pojok kelas III A. Program Warung Ilmu baru berjalan kurang lebih satu bulan
terhitung sejak bulan Maret 2015. Selain itu, terdapat program 5 GM Gerakan Membaca, yaitu setiap hari Rabu pagi, 5 - 10 menit sebelum pembelajaran
dimulai, serentak tiap kelas melakukan membaca hening atau membaca sunyi. Kegiatan membaca tersebut merupakan metode DEAR drop everything and
read. Jika hari itu belum selesai membaca satu buku, maka minggu berikutnya
melanjutkan membaca buku yang kemarin dibaca. Setelah selesai membaca satu buku, siswa ditugaskan membuat ringkasan. Program ini membuat siswa
7 antusias untuk memilih buku yang akan dibacanya. Program 5 GM mulai
berjalan pada minggu kedua bulan April 2015. Program lainnya adalah adanya jadwal kunjung perpustakaan, yakni setiap
kelas memiliki jadwal hari di mana mereka dapat berkunjung ke perpustakaan. Adanya program menyangkut perpustakaan tersebut seimbang dengan adanya
ketersediaan buku yang cukup di perpustakaan. Bahkan terdapat buku-buku baru sebagai koleksi perpustakaan sekolah saat ini. Namun, berdasarkan data
daftar kunjung perpustakaan yang telah ada, pengunjung perpustakaan yang berasal dari kelas IV B pun masih menunjukkan angka kisaran 1 – 3 siswa
perminggunya terhitung hingga pertengahan bulan April 2015. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas pada bulan April 2015,
pertama kali program warung ilmu diadakan, siswa sangat antusias. Bahkan terdapat siswa yang membawa buku ke dalam kelas saat jam pelajaran. Hingga
pada akhirnya guru memberi pengertian bahwa buku-buku di warung ilmu dapat dibaca saat waktu luang dan jam istirahat saja. Namun berdasarkan
pengamatan, hanya 3 – 4 siswa yang berminat untuk membaca buku di warung ilmu.
Warung Ilmu ini memiliki duta baca yang bertugas untuk mengambil dan mengembalikan buku yang disediakan petugas perpustakaan untuk diletakkan
di rak-rak buku yang terdapat di sudut-sudut sekolah. Setiap pagi, siswa yang mendapat giliran tersebut mengambil buku di perpustakaan kemudian siang
harinya sepulang sekolah siswa tersebut mengembalikan buku-bukunya ke perpustakaan.
8 Minat membaca siswa SD Ngoto jika diamati secara keseluruhan
seimbang atau hampir sama. Namun ternyata terdapat perbedaan minat membaca antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Siswa laki-laki lebih
suka bermain dibandingkan membaca. Siswa perempuan lebih menyukai membaca dan berbincang dengan temannya dibandingkan bermain seperti yang
dilakukan siswa laki-laki. Perbandingan antara minat membaca siswa laki-laki dan perempuan di kelas IV B adalah jika siswa perempuan yang minat
membaca sebanyak 10 siswa maka siswa laki-laki yang minat untuk membaca hanya 2 – 3 siswa saja. Selain itu, masih terdapat 2 siswa kelas IV B yang
belum lancar dalam kemampuan membaca dan menulis. Hal ini terlihat pada lamanya siswa menulis dan bentuk huruf yang ditulisnya, serta lamanya siswa
membaca dan mengeja huruf pada teks yang dibacanya. Beberapa permasalahan tersebut, mengundang keingintahuan peneliti
untuk mendalami lebih jauh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca siswa sekolah dasar. Mengingat bahwa buku adalah jendela ilmu dan
membaca adalah salah satu cara untuk mendapatkan ilmu tersebut. Oleh karena itu, peneliti membuat judul penelitian ini yaitu “Faktor-faktor yang
mempengaruhi minat membaca siswa kelas IV B SD Negeri Ngoto, Sewon, Bantul tahun ajaran 20142015”.