Perumusan Masalah Tujuan Penulisan

5756 disusul wilayah Sumatera. Hal ini akan menyebabkan keterbatasan program dan kegiatan daerah diluar belanja pegawai, khususnya dalam pemerataan infrastruktur dan dalam mendukung pemenuhan pelayanan publik. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, salah satu pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintah daerah. Dalam membiayai pelaksanaan pemerintah daerah, diharapkan pemerintah daerah dapat menggunakan sumber pendapatan daerah itu sendiri. Tetapi kenyataan yang terjadi berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dalam membiayai pelaksanaan pemerintah daerah, tidak dapat hanya memanfaatkan PAD dan transfer pemerintah provinsi, tetapi mengharapkan sumber pembiayaan yang lain yaitu berupa transfer pemerintah pusat. Perwujudan pelayanan publik di daerah tentunya berkorelasi erat dengan kebijakan belanja daerah. Belanja daerah merupakan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mendanai seluruh program atau kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan publik di daerah. Dalam hal ini penganggaran tentunya bisa terjadi selisih antara pendapatan dan belanja daerah, penyebabnya bisa sangat beragam, akan tetapi surplus atau defisit daerah yang timbul tersebut tentunya perlu disikapi oleh daerah dengan kebijakan pembiayaan daerah. Bila terjadi surplus atau Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SiLPA maka daerah bisa mengoptimalisasi dana tersebut untuk mendanai belanja kegiatan yang telah direncanakan, akan tetapi bila terjadi defisit maka daerah perlu mencari alternatif pembiayaan lain yang bisa berupa pinjaman daerah atau melakukan penghematan anggaran dengan melakukan penyisiran kegiatan yang tidak perlu dilaksanakan atau ditunda pelaksanaannya. Berdasarkan hal-hal di atas, maka peneliti melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Transfer Pemerintah Pusat dan Transfer Pemerintah Provinsi terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenKota di Pulau Sumatera dengan SiLPA sebagai variabel moderating.

1.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah PAD, Transfer Pemerintah Pusat dan Transfer Pemerintah Provinsi secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenKota di Pulau Sumatera ? 2. Apakah SiLPA pemoderasi hubungan PAD, Transfer Pemerintah Pusat dan Transfer Pemerintah Provinsi terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenKota di Pulau Sumatera ?

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah 1. Untuk mengetahui dan menganalisis PAD, Transfer Pemerintah Pusat dan Transfer Pemerintah Provinsi secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenKota di Pulau Sumatera 2. Untuk mengetahui dan menganalisis SiLPA pemoderasi hubungan PAD, Transfer Pemerintah Pusat dan Transfer Pemerintah Provinsi dengan Belanja Modal pada Pemerintah KabupatenKota di Pulau Sumatera. 2. Uraian Teoritis 2.1. Belanja Modal Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan 5757 jaminan sosial dengan mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolak ukur kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004. Kewajiban daerah tersebut tertuang dalam APBD yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Menurut Desmond, et all 2012 hasil penelitiannya menyatakan bahwa modal dan pengeluaran rutin pada layanan ekonomi harus di arahkan terutama untuk kegiatan ekonomi produktif. Hal ini akan merangsang kegiatan di sektor ekonomi dan mungkin akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintah daerah sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara finansial. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah yaitu peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut yakni dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lain dan membeli. Namun biasanya cara yang dilakukan dalam pemerintahan adalah dengan cara membeli. Proses pembelian yang dilakukan umumnya melalui sebuah proses lelang atau tender yang cukup rumit.

2.2. Pendapatan Asli Daerah