Kesimpulan Saran Revisi Pelaksanaan

5881 tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode pembelajaran Up Grading dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan Atas Hasil Tindakan 1. Ketuntasan Kinerja Guru

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Up Grading memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III yaitu masing-masing 65,00, 75,00, dan 85,00. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Gurudalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode pembelajaran Up Grading dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap Kinerja Guru yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika pokok bahasan membuat ruang bangun dengan metode pembelajaran Up Grading yang paling dominant adalah bekerja dengan menggunakan alat media, mendengarkanmemperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswaantara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guruselama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran Up Grading dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKSmenemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balikevaluasitanya jawab dimana presentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa : l . Aktivitas mengajar guru dan siswa dapat ditingkatkan hasil prestasi belajar melalui pendekatan Up Grading kualifikasi siswa dalam belajar secara kelompok dengan predikat pada siklus l : hebat sebanyak 1 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok, dan tidak berpredikat 2 kelompok; pada siklus 2 : super sebanyak 1 kelompok, hebat sebanyak 2 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok sedangkan pada siklus 3: super sebanyak 3 kelompok hebat sebanyak 1 kelompok, dan baik sebanyak 1 kelompok. 2. Peningkatan aktivitas belajar mengajar pendidikan melalui pendekatan Up Grading model kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan kinerja guru dalam mengajar.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas dan sesuai dengan pentingnya penelitian, berikut dikemukakan saran-saran antara lain : 5882 1. Agar hendaknya gurumenggunakan pendekatan ini sebagai alternatif tindakan dalam mengatasi pembelajaran khususnya peningkatan aktivitas belajar siswa. 2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh, sebaiknya tidak hanya dilakukan tes, semi autentik Quasi authentic melainkan beberapateknik penilaian autentik seperti penilaian kinerja, observasi intensif, dan Up Grading model kooperatif diterapkan secara bervariasi. 3. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini sehingga dapat digeneralisasikan secara porporsional. Daftar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah : Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Up Grading . Jakarta : Depdiknas. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Kasihani dan Astini, Up Grading dalam Pembelajaran Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran dari Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni sd 6 Juli 2001. Nurhadi, 2002. Pendekatam Up Grading . Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Nur, Muhammad, 2001. Pengajaran dan pernbelajaran Up Grading . Makalah pada Pelalihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTsEnam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni sd 6 Juli 2001. Zainal Aqib, 2002, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, SIC Surabaya. ------------------, 2007, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, Yrama Widya. Bandung -------------------, 2004, Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru, Yrama Widya, Bandung 5883 UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING LEARNING KOMPETENSI DASAR MEMBUAT POLA BLUS SESUAI DENGAN DESAIN PADA MATA PELAJARAN PEMBUATAN POLA. DI KELAS XI SMK NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR TAHUN AJARAN 20142015 Dra. Netty Marpaung 22 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Pematangsiantar, dengan jenis penelitian yaitu “Penelitian Tindakan Kelas”. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI Busana yang berjumlah 27 siswa, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah metode Context Teaching Learning. Dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah nilai siswa. Berdasarkan tes awal pre test yang dilakukan terhadap 27 siswa terdapat 25 orang 92,57 siswa yang mendapatkan hasil belajar rendah belum tuntas dan belum mencapai KKM 70 dan sebanyak 2 orang 7,40 yang termasuk dalam kategori tuntas dan mencapai KKM 70. Kemudian pada siklus I terdapat 11 orang 40,73 yang termasuk pada kategori tuntas dan mencapai KKM 70 dan sebanyak 15 orang 59,26 , termasuk dalam kategori rendah belum tuntas dan belum mencapai KKM 70. Pada siklus II terdapat 22 orang siswa 81,46 termasuk dalam kategori tuntas dan mencapai KKM 70, sebanyak 5 orang 18,52 termasuk dalam kategori rendah belum tuntas dan belum mencapai KKM 70. 1 . Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kunci keberhasilan siswa, artinya belajar memegang peran penting dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa yang berkualitas memiliki karakteristik tertentu seperti wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan sehari-hari yang dihadapinya, sikap dan perilaku positif terhadap lingkungan sosial maupun lingkungan alam sekitar. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan menyatakan bahwa hasil belajar siswa dikategorikan masih rendah karena siswa kurang termotivasi dalam belajar. Terbukti pada kenyataannya siswa kurang menyukai mata pelajaran Pembuatan Pola karena metode yang digunakan guru kurang bervariasi dan lebih banyak menggunakan metode ceramah. Hal ini dapat dilihat dari nilai raport yang diperoleh dari guru kelas, nilai yang diperoleh siswa tidak mencapai KKM yaitu 70. Siswa yang tidak mencapai KKM sebanyak 80 dari 27 siswa yaitu 23 siswa sedangkan yang mencapai KKM sebanyak 20 dari 27 siswa yaitu 4 siswa. Hal ini disebabkan karena siswa kurang dilatih berfikir kritis, kreatif, dan inovatif sehingga hasil belajar siswa rendah dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran Pembuatan Pola kurang bervariasi. Guru cenderung menggunakan metode ceramah tanpa disertai dengan penggunaan media sehingga siswa cenderung pasif terhadap materi yang dijelaskan guru. Kepasifan siswa dalam belajar merupakan pertanda kurang baik dalam proses pembelajaran juga dalam perkembangan intelektual siswa. Siswa menjadi malas belajar, berfikir dan malas berkompetensi saat belajar sehingga akan mengakibatkan terciptanya siswa yang tidak terampil serta berintelektual dalam pembelajaran Pembuatan Pola, siswa harus berfikir kritis, kreatif dan inovatif karena materi ajar membuat pola blus sesuai dengan disain pada pelajran membuat pola adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah dan menganalisa dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan di masyarakat.

1.2. Identifikasi Masalah

22 Guru Mata Pelajaran