23
5. Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis tidak didapatkan seseorang dengan cara yang mudah. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis memerlukan latihan dan
lebih banyak waktu untuk berpikir dan menuangkan ide-idenya diatas kertas, agar dapat menyusun kalimat dengan struktur bahasa yang baik. Menurut
Henry Guntur Tarigan 2013: 1 keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan karena melatih
keterampilan berbahasa berarti juga melatih keterampilan berpikir. Hock dalam Yeti Mulyati, dkk, 2010: 2.25 mengatakan kemahiran atau
keterampilan menulis dapat diperoleh sesseorang melalui latihan-latihan yang intensif. Keterampilan menulis bertujuan untuk menyampaikan ide,
gagasan, pikiran, atau perasaan dalam bentuk bahasa tulis kepada orang lain, agar orang lain dapat membaca dan memahami apa yang disampaikan
penulis. Menurut Nursisto 1999: 49 agar tulisan dapat dibaca dan dipahami dengan baik oleh pembaca, tulisan tersebut harus memenuhi ciri-ciri sebagai
berikut. 1 berisi hal-hal yang bermanfaat; 2 pengungkapannya jelas; 3 penciptaan kesatuan dan pengorganisasian; 4 efektif dan efesien; 5
ketepatan penggunaan bahasa; 6 adanya variasi kalimat; 7 vitalitas cermat dan objektif.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemahiran atau keterampian menulis dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan
melalui latihan-latihan yang intensif. Keterampilan menulis bertujuan untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan dalam bentuk bahasa
24
tulis kepada orang lain, agar orang lain dapat membaca dan memahami apa yang disampaikan penulis.
Zulela, 2013: 10 menjelaskan dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus jelas fokusnya, agar pelaksanaan pembelajaran jelas, terarah, efisien
dan efektif sesuai tujuan. Fokus pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek menulis di kelas tinggi, adalah sebagai berikut: menulis lanjutan, menulis
dengan bantuan gambar, menulis paragraf, menulis karangan, menulis surat, menulis formulir, menulis naskah pidato, menulis ceramah, menulis berita,
menulis sastra anak , dll. Sastra merupakan bagian kecil dari kebutuhan hidup manusia yang berupa perwujudan dari rasa seni dan keindahan yang
menjadikan bahasa sebagai media. Menurut Lukens, 2003 Zulela, 2013: 32 mengatakakan dalam menulis
sastra harus diperhatikan juga genre. Genre di sini maksudnya macam, jenis atau tipe kesusatraan yang memiliki karakteristiknya. Lebih jelasnya Lukens
mengelompokan dua genre sastra yang meliputi genre sastra orang dewasa yang memiliki dua tipe besar, yaitu sastra imajinatif fiksi, puisi dan drama
dan sastra nonimajinatif esai, biografiotobiografi, sejarah, dan catatan harian; dan genre sastra anak SD, yang terdiri atas realisme, fiksi fomula,
fantasi, sastra tradisional, puisi, dan sastra nonfiksi. Penelitian ini lebih difokuskan pada sastra tradisional. Sastra tradisional
traditional literature menunjukan bahwa bentuk cerita berasal dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya dan siapa penciptanya
dan dikisahkan secara turun temurun. Burhan Nurgiyantoro, 2013: 22
25
mengatakan jenis cerita yang dikelompokan ke dalam sastra tradisional adalah fabel, dongeng rakyat, mitologi, legenda, dan epos. Dari jenis- jenis
cerita sastra tradisional yang disebutkan di atas, dalam penelitian ini difokuskan pada jenis cerita dongeng fabel.
C. Kajian Tentang Dongeng
1. Pengertian Dongeng
Dongeng adalah cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi yang tidak masuk akal atau fikti belaka yang biasanya bertujuan untuk hiburan.
Danandjaya, 1984: 83 mengatakan dongeng merupakan cerita pendek kolektif kesusatraan lisan dan cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-
benar terjadi atau tidak dianggap kebenarannya. Kebenaran di sini dikaitkan dengan logika realitas sebagaimana halnya yang ada dan terjadi dalam
kehidupan nyata. Artinya, berdasarkan logika biasa apa yang dikisahkan dalam cerita itu kurang masuk akal, paling tidak pada bagian-bagian tertentu.
Dongeng sering diidentikan sebagai suatu cerita bohong, bualan, khayalan, atau cerita yang mengada-ada dan tidak ada manfaatnya. Dongeng diceritakan
untuk hiburan. Menurut Nursisto, 2000: 43 dongeng adalah suatu cerita tentang suatu
hal yang tidak mungkin terjadi atau fantastis belaka. Cerita fantasi adalah cerita yang menampilkan tokoh, alur, latar, atau tema yang derajat
kebenarannya diragukan, baik menyangkut hampir seluruh maupun hanya sebagian cerita. Cerita fantasi menurut Huck, dkk, 1987 Burhan
Nurgiyantoro, 2013: 295 adalah cerita yang memiliki makna lebih dari