Lahirnya Orde Baru URAIAN MATERI
90
para jenderal di Taman Pahlawan Kalibata menambah kemerosotan popularitas Sukarno dan menaikkan pamor TNI-AD.
Setelah ibukota Jakarta telah dikuasai TNI-AD dilanjutkan meredamkan konflik serupa yang terjadi terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kedua
wilayah tersebut mempunyai basis masa PKI yang besar disamping kesatuan militer Diponegaro dan Brawijaya terindikasikan telah jatuh pada pengaruh
Gerakan 30 September. Dengan perkembangan terjadinya peristiwa tersebut, TNI-AD telah
dipandang sebagai “Penyelamat Bangsa” oleh kekuatan anti-PKI sehingga posisi TNI semakin kuat bahkan menjadi pusat perhatian nasional ketika pada
tanggal 16 Oktober 1965 Mayor Jenderal Suharto diangkat oleh Presiden Sukarno sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat, sementara Jenderal A.H
Nasuition tetap pada posisi Menteri Koordinator Bidang Pertahanan dan Keamanan.
Tuntutan dibubarkannya PKI di masyarakat berkembang begitu cepat, pada tanggal 25 Oktober 1965 terbentuk KAMI Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia yang merupakan gabungan dari organisasi mahasiswa yang anti-PKI. Dalam demonstrasi yang ditujukan pada pemerintah mereka menuntut tiga hal
yang dikenal sebagai Tritura Tri Tuntunan Rakyat yaitu: 1. Pembubaran PKI
2. Pembentukan Kabinet Baru 3. Penurunan Harga
Pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Sukarno mengambil kebijakan yang tidak populis dengan melakukan reshufle kabinet. Namun yang diganti
adalah Menteri Koordinator Pertahanan-Keamanan Jenderal A.H Nasution diganti oleh Mayor Jenderal Sarbini dan Presiden juga mengangkat menteri baru
yang dianggap masyarakat sebagai pro-PKI. Hal ini yang memicu demontrasi lebih besar di masyarakat yang juga didukung TNI-AD.
Adanya perkembangan politik tanpa kepastian, mamaksa TNI-AD melakukan tekanan-tekanan kepada presiden. Presiden akhirnya mengeluarkan
Surat Perintah kepada Menteri Panglima Angkatan Darat, Jenderal Suharto pada tanggal 11 Maret 1966 yang dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas
Maret. Supersemar telah memberi TNI-AD berupa legitimasi politik untuk berperan formal dalam mengatasi situasi pascaG-30S.
91
Sehari setelah adanya Supersemar yaitu tanggal 12 Maret, Suharto membubarkan PKI beserta seluruh organisasi berada di bawahnya dari Pusat
sampai Daerah dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Indonesia. Akhirnya posisi Suharto semakin kuat ketika MPRS yang anggotanya
telah dibersihkan dari orang-orang PKI dalam Sidang Umumnya berhasil membuat keputusan-keputusan yang berisi penguatan legitimasi peranan politik
Angkatan Darat serta mengurangi kekuasaan Sukarno. Diantara ketetapan MPRS tersebut adalah Ketetapan No. IX tentang
pe ngukuhan “Surat Perintah Sebelah Maret” yang mengesahkan kekuasaan
politik Suharto sebagaimana terkandung dalam Surat Perintah tersebut hingga terbentuknya MPR hasil pemilihan umum dan Ketetapan No. XIII, yang memberi
kekuasaan kepada Letjen Suharto untuk membentuk kabinet baru menggantikan Kabinet Dwikora dengan tugas pokok membina perekonomian dan
pembangunan. Kemudian Ketetapan No.XV yang memberi kuasa kepada Suharto untuk memegang jabatan presiden jika sewaktu-waktu presiden
berhalangan, sedangkan Ketetapan No. XXV berisi pengesahan pembubaran PKI, yang telah dilaksanakan Suharto tanggal 12 Maret 1966. Pada tnggal 25 Juli
1966 Jenderal Suharto membentuk kabinet baru sesuai keputusan MPRS dengan nama Kabinet Ampera.
Tertumpasnya pemberontakan G 30S oleh TNI merupakan batas toleransi terakhir yang diberikan tentara terhadap cara berpikir partai politik, yang
dianggapnya selalu memunculkan konflik. Keinginan membentuk negara yang demokratis sebagaimana kehidupan politik di negara-negara Barat,diianggap
oleh TNI belum serasi untuk diterapkan di negara yang baru merdeka seperti Indonesia. Oleh karena itu, akhirnya munculnya kepemimpinan dari golongan
tentara Todiruan Dydo,1989:92-93.Akhirnya Sukarno tidak bertindak untuk melawan kekuatan-kekuatan baru tersebut. Tindakan Suharto yang berhasil
menguasai situasi menyebabkan Sukarno terpaksa turun dari kekuasaannya dan Suharto membentuk pemerintahan baru yang dikenal sebagai Orde Baru.
92