Demak Kerajaan-kerajaan Islam awal di Indonesia a. Peurlak

47 didampingi dewan wali yang dikenal sebagai Wali Songo. Wali Songo inilah yang nantinya berjasa mengislamkan Jawa sampai daerah pedalaman. Wali Songo yang terkenal yaitu: 1. Maulana Malik Ibrahim 2. Sunan Ampel 3. Sunan Giri 4. Sunan Bonang 5. Sunan Drajat 6. Sunan Kudus 7. Sunan Muria 8. Sunan Kalijogo 9. Sunan Gunungjati Demak berhasil menggantikan posisi Majapahit sebagai kerajaan yang berpengaruh di Jawa, karena Majapahit hancur setelah terjadi peperangan antara Kertabumi dan Girindrawardana. Perkembangan Islam di Jawa secara intensif terjadi pada masa kerajaan Demak.Raden Patah digantikan putranya yakni Adipati Unus yang dikenal juga dengan nama Pangeran Sabrang Lor. Adipati Unus pernah membawa ekspedisi ke utara untuk menyerang Portugis di Malaka, tetapi usahanya gagal. Adipati Unus hanya berkuasa dalam masa yang pendek dari tahun 1518 M sampai tahun 1521 M. Adinya yang bernama Trenggono kemudian menggantikan Adipati Unus, karena Adipati Unus tidak punya anak. Sultan Trenggono kemudian meneruskan jejak pendahulunya untuk mengislamkan tanah Jawa. Sultan Trenggono mengutus Syarif Hidayatullah untuk mengislamkan wilayah Jawa bagian Barat, maka ditundukkanlah Pajajaran, Cirebon, Banten, dan juga Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta. Beberapa putrinya dikawinkan dengan beberapa Adipati, sehingga wilayah kedaulatan Demak semakin luas. Hanya wilayah Jawa Timur bagian Timur yang belum berhasil diislamkan, maka Sultan Trenggono sendiri yang memimpin ekspedisi tersebut, akan tetapi ekspedisi ini gagal dan Sultan Trenggono meninggal. Terjadi kekacauan politik di Demak siapa yang menggantikan Sultan Trenggono, akhirnya putra menantu Sultan Trenggono yang bernama Hadiwijaya memenangkan pertarungan politik dan memindahkan pusat kerajaan ke Pajang, masuk pedalaman Jawa Tengah. 48

f. Pajang dan Mataram

Pindahnya pusat kerajaan dari daerah pesisir ke pedalaman Jawa Tengah membawa pengaruh pada perkembangan Islam di Jawa, khususnya Jawa Tengah. Contohnya adalah paham wahdatul wujud mendapatkan tempat yang cukup luas karena inti ajaran tasawuf itu lebih mudah diterima masyarakat. Hadiwijaya berusaha untuk tetap menegakkan pengaruh Demak di berbagai wilayah, termasuk daerah yang dipegang oleh para menantu Sultan Trenggono. Hadiwijaya tampaknya berhasil untuk tetap menyatukan pengaruh Demak, termasuk ketika menghadapi Arya Penangsang yang berusaha merebut tahta Demak. Namun ketika Mataram yang selama ini diserahkan putra angkatnya memberontak, Sultan Hadiwijaya kalah sehingga pusat pemerintahan dipindah ke Mataram. Hadiwijaya tewas tahun 1582 M, sementara itu putra mahkota bernama Pangeran Benawa dijadikan Bupati Demak. Putra angkat Hadiwijaya adalah Sutawijaya, bersama ki Pemanahan diberi hadiah tanah Mataram yang dulunya berwujud Hutan, berubah menjadi wilayah yang menjanjikan sehingga dapat berkembang dengan pesat. Pada akhirnya wilayah ini menjadi pusat kerajaan Mataram. Mataram dipimpin oleh Sutawijaya dengan memakai gelar Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo. Senopati Ing Alogo sebagai penerus penguasa Pajang berusaha mempertahankan kedaulatan penguasa sebelumnya, sehingga terjadi beberapa kali peperangan. Namun akhirnya Jawa Tengah dan Jawa Timur berhasil dikuasai, bahkan kemudian bergerak ke arah Jawa Barat. Pada tahun 1595 Masehi, Galuh di Jawa Barat berhasil dipaksa mengakui Mataram. Perkembangan Islam sangat pesat ketika Mataram di bawah Sultan Agung, usaha Sultan Agung tampak jelas ketika banyak ulama yang diberi hak untuk mengolah tanah perdikan. Tanah perdikan adalah sebuah wilayah dengan luas tertentu yang dibebaskan membayar pajak kepada kerajaan. Sultan Agung dikenal sebagai raja yang bijaksana, dan dikenal juga sebagai pujangga. Di bawah kepemimpinan Sultan Agung, Mataram pernah menyerang Belanda di Batavia pada tahun 1628. Pada masa pemerintahan Sultan Agung Masjid Agung kota dibangun bersamaan dengan pembangunan kompleks kraton. 49 Bersamaan dengan perluasan pengaruh Mataram ke seluruh Jawa maka Islam juga tersebar luas di seluruh Jawa, tapi Amangkurat I pengganti Sultan Agung tidak meneruskan kebijakannya. Pada masa Amangkurat I perkembangan Islam di Jawa seakan surut karena kebijakan Amangkurat I yang cenderung meninggalkan ulama dan bahkan memusuhinya. Yahya Harun 1995 menyebut kebijakan Amangkurat I sebagai menjawakan Islam, artinya memaksakan kesesuaian antara Islam dan nilai-nilai Jawa. Kebijakan Amangkurat I yang banyak merugikan Matarammelahirkan banyak pemberontakan yang pada akhirnya Mataram terpecah belah menjadi 4 wilayah kekuasaan sebagaimana terlihat sampai sekarang.

g. Banten dan Cirebon

Banten dan Cireboh sebelum muncul Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, sudah merupakan bandar atau pelabuhan ramai dikunjungi para pedagang dari luar pulau Jawa. Hadirnya seorang Mubaligh dari Arab yang kemudian dikenal sebagai Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah mengabdikan diri ke Demak, berhasil melaksanakan misi Demak untuk mengislamkan Jawa Barat. Banten adalah kerajaan kecil yang mengakui kedaulatan Pakuan Pajajaran, sebuah kerajaan Hindu yang menguasai wilayah Pasundan Jawa Barat. Demak menilai bahwa Banten sebagai wilayah yang strategis harus dikuasai, maka Demak kemudian mengirim Syarif Hidayatullah untuk menaklukkan Banten. Banten berhasil dikuasai Syarif Hidayatullah yang kemudian menyebarkan Islam ke Sumatera Selatan. Dari Banten, Demak kemudian mengincar Sunda Kelapa, pelabuhan Pakuan Pajajaran sekaligus tempat Portugis melakukan transaksi perdagangan. Sunda Kelapa berhasil dikuasai oleh Syarif Hidayatullah tahun 1572,kemudian namanya diubah menjadi Jayakarta. Dari Sunda Kelapa Syarif Hidayatullah kemudian meneruskan menaklukkan Cirebon, kota pelabuhan yang juga mengakui kedaulatan Pakuan Pajajaran. Cirebon akhirnya juga jatuh ke tangan Syarif Hidayatullah, sehingga Pakuan Pajajaran tidak lagi memiliki kota pelabuhan yang strategis. Syarif Hidayatullah pada tahun 1552 M menyerahkan daerah kekuasaannya kepada putranya yakni Pangeran Hasanuddin untuk Banten, dan Pangeran Pasareyan untuk Cirebon. Syarif Hidayatullah kemudian