Faktor-Faktor yang Memudahkan Islam Berkembang di Indonesia

42 keyakinan bukan hal yang asing. Sikap masyarakat Indonesia yang terbuka menerima budaya asing telah memungkinkan terjadinya interaksi dengan budaya Islam, kemampuan para mubaligh menggunakan sarana budaya untuk memperkenalkan Islam menjadi saluran Islamisasi yang efektif. Syarat yang mudah untuk menjadi muslim hanya dengan membaca syahadat dan ritual yang sederhana merupakan daya tarik yang cepat dapat diterima masyarakat Indonesia.

3. Bukti-Bukti Masuknya Pengaruh Islam di Indonesia

Perkembangan Islam di Indonesia mulai abad ke-13 menunjukkan intensitas yang tinggi, munculnya Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam di Indonesia telah menunjukkan bukti pengaruh Islam pada sistem kemasyarakatan secara konkrit, yang dalam konteks ini adalah sistem politik dan pemerintahan. Dipergunakan gelar Sultan untuk raja merupakan bukti adanya pengaruh Islam dalam sistem pemerintahan. Demikian juga dengan diperkenalkannya jabatan penghulu dalam struktur pemerintahan di Kraton Demak menunjukkan bahwa Islam telah mempengaruhi pola dan tatanan pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia Sjamsulhuda, 1987. Di Sumatera Barat Islam memperkaya norma-norma adat, pepatah yang mengatakan bahwa “adat bersendi sara, dan sara bersendikan kitabullah ” merupakan pengakuan masyarakat Sumatera Barat tentang perlunya norma-norma adat yang tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang ditetapkan Islam Hamka, 1981. Di Jawa diadakan upacara grebeg Maulud yang memadukan antara upacara adat dengan dakwah Islam. Demikian pula di berbagai tempat di Indonesia, banyak upacara adat memiliki latar belakang terkait dengan paham-paham tertentu dalam Islam. Misalnya kenduri bubur sura, Asan-usen tabut, Kanji Asura, dsb. Di bidang keagamaan sebagaimana telah dibahas dalam uraian di atas bahwa tasawuf memiliki pengaruh yang cukup penting. Banyak ritual keagamaan masyarakat yang didasarkan atas ajaran tarekat, tokoh-tokoh tarekat seperti Hamsah Fansuri, Abdur Rauf Singkel, Nuruddin Ar Raniri menjadi rujukan masyarakat dalam menjalankan ritual keagamaan. Mereka adalah pengembang tarekat yang mendapat banyak pengikut di Sumatera. Di Jawa pada Wali menggunakan berbagai saluran kesenian untuk 43 mengembangkan Islam, yang sangat popular adalah Sunan Kalijaga yang mampu mempengaruhi pertunjukkan wayang menjadi sarana dakwah yang efektif. Bukti fisik tentang masuknya pengaruh Islam adalah pada bidang seni bangunan arsitektur dan seni sastra. Seni bangunan yang merupakan bukti adanya pengaruh Islam adalah Masjid, bangunan tempat shalat bagi umat Islam. Dalam bangunan Masjid jelas sekali adanya pengaruh Islam di dalamnya Soekmono, 1985. Selain bangunan masjid, bentuk bangunan yang terpengaruh Islam adalah makam. Ragam hias dan bentuk nisan memberikan bukti adanya pengaruh Islam. Nisan Fatimah binti Maimun di Leran Gresik, makam Al Malikus Saleh, dan Troloyo menunjukkan bukti bahwa Islam berpengaruh dalam seni bangunan. Hasil seni ukir sebagaimana yang terdapat dalam relief di Masjid Mantingan, seni ukir kayu di Cirebon. Bukti pengaruh Islam pada seni sastra sangatlah banyak. Di Sumatera muncul karya sastra yang berbentuk hikayat, syair, tambo, dan silsilah. di Jawa muncul karya berbentuk Suluk, babad, tembang, dan kitab Soekmono, 1985. Dalam perilaku keagamaan ajaran tasawuf dapat diterima di Indonesia karena dapat menemukan titik temu dengan kepercayaan masyarakat terdahulu, sehingga dalam perkembangan Islam di masyarakat bentuk-bentuk ritual tasawuf sangat mewarnai perilaku keagamaan masyarakat. Beberapa tarekat berkembang di Indonesia dengan baik, antara lain tarekat Qodiriyah, Naqsabandiyah, Satariyah, Rifaiyah, Qodiriyah wa Naqsabandiyah, Syadziliyah, Khalwatiyah, dan Tijaniyah Kartodirjo, Poesponegoro, Notosusanto, 1975. Beberapa tarekat bahkan sampai sekarang masih berkembang di tengah-tengah masyarakat.

4. Kerajaan-kerajaan Islam awal di Indonesia a. Peurlak

Masyarakat Islam di Indonesia mulai mampu menata sebuah pemerintahan berbentuk kerajaan pada abad ke-10 sebagaimana tampak pada munculnya kerajaan Peurlak. Raja pertama kerajaan Peurlak adalah Alaidin Sayyid Maulana Aziz Syah, akan tetapi masa kekuasaannya tidak banyak diketahui. Para penerus Sultan Alaidin yakni: