Banten dan Cirebon Kerajaan-kerajaan Islam awal di Indonesia a. Peurlak

50 mendirikan lembaga pendidikan di daerah Gunung Jati, hingga wafatnya pada tahun 1570 sehinga dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Banten kemudian berkembang semakin pesat, Pangeran Hasanuddin dapat mengembangkan Banten sebagai kota dagang yang mensejahterakan rakyat. Setelah berkuasa 18 tahun Pangeran Hasanuddin yang bergelar MaulanaHasanuddin wafat dan dimakamkan di Sabakiking. Pengganti Hasanuddin adalah putra tertuanya yakni Pangeran Yusuf. Pangeran Yusuf berjasa menaklukkan raja Pakuan Pajajaran, dengan demikian seluruh Jawa Barat berhasil diislamkan. Ketika terjadi huru-hara politik di Demak, berlanjut dengan perpindahan pusat pemerintahan Islam ke pedalaman yakni di Pajang, Cirebon kemudian berdiri sendiri sebagai kerajaan, dan Pangeran Pasareyan menjadi raja pertama. Cirebon berkembang menjadi kerajaan Islam yang disegani, tetapi pada akhirnya Cirebon pecah menjadi dua yakni Kasepuhan dan Kanoman Sulendraningrat, 1985.

h. Gowa – Sulawesi Selatan

Di daerah Sulawesi Selatan Islam berkembang pada awal abad ke-17 M, yaitu ketika kerajaan Gowa dan Tallo menyatakan masuk Islam Soekmono, 1985. Raja Tallo yang bernama Karaeng Matoaya yang juga merangkap jabatan Mangkubumi di Kerajaan Gowa menyatakan masuk Islam dan berganti nama dengan Sultan Abdullah. Raja Gowa yang bernama Daeng Manrabia juga menyatakan masuk Islam dan berganti nama dengan Sultan Alaudin. Dua tokoh inilah yang kemudian menyebarkan Islam di seluruh daerah kekuasaannya. Bahkan perkembangan Islam dapat dirasakan sampai di daerah Nusa Tenggara. Sultan Alaudin mempunyai sikap tegas terhadap Belanda, sehingga membantu Maluku ketika Belanda memaksakan monopoli perdagangan. Sampai wafatnya sikap menentang terhadap Belanda terus dilakukan. Sikap Sultan Alaudin diteruskan oleh keturunannya yakni Sultan Muhammad Said, dan Sultan Hasanuddin. Belanda mempertimbangkan pentingnya Gowa dalam jalur perdagangan maka kemudian memanfaatkan pemberontakan Arung Palaka untuk menghancurkan Gowa. Akhirnya setelah terjadi beberapa kali peperangan Gowa harus mengakui kekalahan sehingga diadakan perjanjian Bongaya pada tahun 1667 M. Beberapa waktu setelah 51 perjanjian itu Gowa sempat mencoba mengangkat senjata lagi, akan tetapi kemudian ditumpas oleh Belanda sehingga Gowa hancur.

5. Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam

Peninggalan sejarah yang bercorak Islam sebagaimana telah disinggung sekilas di beberapa uraian sebelumnya terdiri atas beberapa jenis, antara lain: 1. Bangunan Tempat Ibadah; 2. Bangunan Makam; 3. Seni Rupa dan Ukir; 4. Kesusasteraan; 5. Seni Musik; dan 6. Wayang dan Tradisi.

a. Bangunan Tempat Ibadah

Bangunan tempat ibadah bagi umat Islam di Indonesia dibangun dengan keragaman bentuk bangunan. Masjid, surau, mushola, dan langgar dibangun dengan desain yang bercorak Islam, walaupun unsur lokal juga tetap dipergunakan. Bangunan Masjid yang menonjol bercorak Islam, antaran lain: 1. Masjid Demak; 2. Masjid Kudus; 3. Masjid Banten; 4. Masjid Raya Aceh; 5. Masjid Kotawaringin, Kalimantan Tengah; dan 6. Masjid Kraton Surakarta, Yogyakarta, dan Cirebon.

b. Bangunan Makam

Bangunan makam yang bercorak Islam terlihat pada beberapa bagian makam, yakni dari batu nisan, bentuk makam, dan bangunan rumahgedung yang ada di sekitar makam. Bangunan makam yang bercorak Islam, antara lain: 1. Makam Fatimah Binti Maimun di Leran Gresik; 2. Makam Trowulan; 3. Makam Raja Samudera Pasai; 4. Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik; 5. Makam-makam Sunan; dan 6. Makam raja Gowa.