Pengertian Model Model pembelajaran generatif
16
kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa Sugihartonodkk.,2013:24.
1 Pengertian Pembelajaran Generatif
Pembelajaran Generatif PG merupakan terjemahan dari Generative Learning
GL
. Pembelajaran generatif memiliki landasan
teoretik yang
berakar pada teori-teori
belajar konstruktivisme mengenai belajar dan pembelajaran Osborne
Wittrock, 1985: 64. Menurut Wittrock, sebagaimana dikutip oleh Kish 2008: 357 bahwa pembelajaran generatif merupakan suatu
model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang
sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau
gejala yang terkait. Apabila pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang
dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.
Teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana seorang siswa membangun pengetahuan dalam
pikirannya, seperti membangun ide tentang suatu fenomena atau membangun arti untuk suatu istilah dan juga membangun strategi
untuk sampai pada suatu penjelasan tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa. Menurut Wittrock, sebagaimana dikutip oleh
Grabowski 2007:2 mengungkapkan bahwa siswa bukanlah seseorang yang pasif dalam kegiatan pembelajaran, melainkan
17 individu yang aktif dalam membangun informasi yang mereka
peroleh sehingga menjadi pengetahuan yang bermakna.
Intisari dari belajar generatif adalah bahwa otak tidak menerima informasi dengan pasif, melainkan justru dengan aktif
mengkonstruki suatu interpretasi dari informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan.
2 Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran Generatif
Pembelajaran Generatif memiliki landasan teoritik yang berakar pada teori-teori belajar Konstruktivis mengenai belajar
dan pembelajaran. Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis diantaranya adalah :
a Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya
diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru.
b Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu daerah perkembangan sedikit di atas tingkat
perkembangannya saat ini. Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona tersebut.
Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka
selesaikan sendiri, tetapi dapat menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa.
18
c Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan
masalah. Dukungan itu sifatnya lebih terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalihkan tanggung
jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas arahan dari mereka sendiri. Jadi, siswa sebaiknya lansung
saja diberikan tugas kompleks, sulit, dan realistik kemudian dibantu menyelesaikan tugas kompleks tersebut dengan
menerapkan scaffolding. d Lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada
bottom-up . Top-down berarti siswa langsung mulai dari
masalah-masalah kompleks, utuh, dan autentik untuk dipecahkan. Dalam proses pemecahan masalah tersebut,
siswa mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah kompleks tadi
dengan bantuan gurudosen atau teman sebaya yang lebih mampu.
e Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun jika kita menyampaikan informasi kepada siswa,
tetapi mereka harus melakukan operasi mental atau kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat informasi itu
masuk ke dalam pemahaman mereka.
19
f Menganut visi siswa ideal, yaitu seorang siswa yang dapat
memiliki kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.
g Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar yang efektif dan motivasi, serta tekun menerapkan strategi
itu sampai suatu tugas terselesaikan demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan sekali mereka adalah pelajar
yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar.
Pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Tidak semua
pembelajaran dapat disampaikan semuanya oleh guru. Siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan di benak mereka
sendiri, menemukan dan menggunakan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Dengan dasar itu pembelajaran harus
dikemas menjadi proses ’mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan.
3 Tahapan Pembelajaran Generatif
Langkah-langkah atau tahapan pembelajaran Generatif menurut Osborne dan Cosgrove, sebagaimana dikutip oleh Wena
2009:177 , terdiri atas 5 tahap dengan penjelasan sebagai berikut :
a Tahap-1 : Eksplorasi
Tahap eksplorasi dimulai dengan kegiatan guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide,
20 atau konsepsi awal. Siswa diberikan kesempatan untuk
membangun kesan dan mendapat gambaran visual mengenai topik yang akan dibahas dengan mengaitkan materi dengan
pengalaman mereka sehari-hari. Guru dapat memberikan stimulus berupa aktivitas yang dapat menunjukkan data dan
fakta terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari sehingga mendorong siswa agar dapat melakukan eksplorasi. Aktivitas,
gejala, maupun fakta yang disampaikan sebaiknya dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis dan menumbuhkan rasa
ingin tahu pada diri siswa. Tujuannya agar siswa termotivasi mempelajari konsep tersebut.
Guru mengajak dan mendorong siswa untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan kemudian dapat dikembangkan
menjadi rumusan, dugaan, atau hipotesis. Langkah selanjutnya, siswa diminta untuk mengungkapkan ide mereka mengenai
konsep yang sedang dipelajari. Pada tahapan ini guru berusaha menampung pendapat siswa dan menciptakan suasana yang
kondusif dengan tidak menilai mana pendapat yang salah dan mana yang benar agar siswa berani mengungkapkan
pendapatnya tanpa rasa takut disalahkan. Dari pendapat yang dikemukakan siswa, guru mengelompokkan dugaan dan
penjelasan tersebut di papan tulis.
21
b Tahap-2 : Pemfokusan
Siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalam bentuk kegiatan yang lain. Tugas-
tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang dan merangsang
siswa untuk menguji hipotesis dengan cara mereka sendiri. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara berkelompok yang
terdiri atas dua sampai dengan empat siswa sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang
ilmuwan, antara lain pada aspek kerjasama dengan teman, membantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman,
tukar pengalaman sharing idea, dan keberanian bertanya. Dalam kegiatan praktikum, siswa dapat berlatih lebih banyak
tentang keterampilan laboratorium, berlatih semua komponen proses sains yaitu mulai dari mengamati observasi, mengukur,
mengendalikan variabel, menggolongkan, membuat grafik, menyimpulkan, memprediksi, dan mengkomunikasikan.
c Tahap-3 : Tantangan
Setelah data diperoleh, selanjutnya siswa mendiskusikan, menyimpulkan, dan menuliskan hasilnya kedalam lembar kerja.
Setiap kelompok diminta mempresentasikan temuannya melalui diskusi kelas. Melalui kegiatan diskusi tersebut, akan
terjadi proses tukar pengalaman antar siswa. Pada tahapan ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat,
22 menghargai pendapat teman, dan menghargai adanya
perbedaan di antara pendapat teman. Guru bertindak sebagai fasilitator dan moderator agar jalannya
diskusi dapat terarah sehingga pada akhir diskusi siswa dapat memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar.
Pada tahap ini terjadi proses kognitif, yaitu terjadi proses mental yang disebut asimilasi apabila konsep siswa sesuai dengan
konsep yang benar menurut data eksperimen atau terjadi proses akomodasi apabila konsepsi siswa cocok dengan data empiris
.
d Tahap-4 : Aplikasi Konsep
Pada tahapan ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep
benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Siswa perlu diberi banyak latihan
soal karena dengan adanya latihan soal, siswa akan lebih memahami konsep secara mendalam dan bermakna sehingga
pada akhirnya konsep yang dipelajari akan masuk kedalam memori jangka panjang.
e Tahap-5 : Menilai Kembali
Dalam suatu diskusi, guru mengajak siswanya dalam menilai
kembali kerangka kerja konsep yang telah mereka dapatkan.
Dalam proses pembelajaran dengan model Generatif harus benar-benar melaksakan setiap tahap-tahapannya agar hasil dari
perubahan siswa setelah belajar dengan model Generatif dapat
23
terlihat. Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru melainkan siswa berfikir aktif menemukan konsep-konsep baru
sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman mereka dan kemudian diterapkan pada permasalahan yang mereka hadapi.
4 Beberapa Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Generatif
Dalam melaksanakan pembelajaran Generatif, menurut Sutrisno Purwati, 2009:36, guru perlu memperhatikan beberapa
hal, diantaranya adalah sebagai berikut : a Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi siswa.
Setelah guru mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru mempersiapkan demonstrasi yang menghasilkan peristiwa
yang dapat berbeda dari intuisi siswa. Dengan melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam
pikiran mereka timbul perasaan kacau dissonance yang secara psikologis membangkitkan perasaan tidak tenteram
sehingga dapat memotivasi mereka untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan.
b Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternatif penjelasan dengan menyajikan berbagai kemungkinan
kegiatan siswa antara lain berupa eksperimenpercobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi, atau
simulasi, pelatihan menggunakan tampilan jamak multiple representation
untuk mengaktifkan siswa dalam proses
24
belajar. Variasi kegiatan ini dapat membantu siswa
memperoleh penjelasan yang cukup memuaskan.
c Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka guru dapat memberikan soal-soal terbuka open-ended questions,
soal-soal kaya konteks context-rich problems dan pertanyaan terbalik reverse questions yang dapat
dikerjakan secara kelompok.
Pembelajaran dengan model generatif guru harus kreatif dalam mendemostrasikan materi dan peka terhadap apa yang ada
dalam fikiran siswa sehingga proses pembelajaran sesuai dengan tahapan-tahapan model pembelajaran.