IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PERAWATAN PERBAIKAN MEKANIK OTOMOTIF (PPMO) TEKNOLOGI SEPEDA MOTOR SMK PIRI SLEMAN.

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

MATA PELAJARAN PERAWATAN PERBAIKAN MEKANIK OTOMOTIF (PPMO) TEKNOLOGI SEPEDA MOTOR SMK PIRI SLEMAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Khoirul Anwar NIM. 09504241017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

“life is climb but the view is great”

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (urusan dunia), bersungguh-sungguh (dalam beribadah), dan hanya

kepada Tuhan-

mulah hendaknya kamu berharap” (Q.S

-Al Insyirah:6-8)

“Set your goals high and dont’

t stop till you get there

(Bo Jackson)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan karunia sehingga penulis mampu menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Karya ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku, bapak Sumarjan dan ibu Tuminah

Terima kasih untuk semua pengorbanan, doa, nasehat, dan kasih sayang tiada henti. Semoga senantiasa diberi kesehatan, dan kebahgiaan yang kekal

diakherat nanti oleh Allah SWT

Kakak-kakakku ; Purwidianto, Nur Aminah, Faedah Eti Ningsih, Agus Triyanto, Ahmad Fauzi

Terima kasih untuk perhatian, menjadi panutan dan dukungannya

Keluarga Besar MADAWIRNA UNY

Terima kasih utuk seuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya

Saudara MDWN 2010

Nopel, Nanut, Iyem, Item, Yitro, Dar, Markoplak, Mita, Tiyo, Dika Terima kasih semuanya, sedulur sak lawase

Teman-teman otomotif 2009 kelas A


(7)

vii

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

MATA PELAJARAN PERAWATAN PERBAIKAN MEKANIK OTOMOTIF (PPMO) TEKNOLOGI SEPEDA MOTOR SMK PIRI SLEMAN

Oleh: Khoirul Anwar NIM. 09504241017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pelaksanaan implementasi model Pembelajaran Generatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran PPMO di SMK PIRI Sleman; (2) Mengetahui pelaksanaan implementasi model pembelajaran generatif dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran PPMO di SMK PIRI Sleman.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SM B SMK PIRI Sleman. Jenis penelitian ini termasuk dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang langkahnya sebagai berikut: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi dan; 4) refleksi. Pengambilan data penelitian melalui observasi, tes tertulis, dan angket dengan instrumen penelitian berupa: 1) lembar observasi; 2) soal pretest-postest dan; 3) lembar angket. Observasi dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran PPMO dengan model Pembelajaran Generatif. Tes tertulis dilakukan untuk mengukur Hasil belajar dan pemahaman siswa. Angket diberikan untuk mengetahui respon siswa. Adapun teknik analisis data untuk instrumen lembar observasi dan lembar angket menggunakan rumus persentase, sedangkan untuk instrumen soal tes menggunakan rumus gain score ternormalisasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Pembelajaran Generatif dalam pembelajaran PPMO dapat 100% terlaksana. Penerapan model Pembelajaran Generatif dalam pembelajaran PPMO dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman siswa. Hal ini berdasarkan perolehan rerata gain score ternormalisasi siswa sebesar 0,44 (kategori sedang), serta persentase rerata hasil belajar siswa siswa sebesar 70,00 dan ketercapaian KKM 77,78% dan hasil pemahaman siswa sebesar 80,56. Selain itu, siswa memberikan respon sangat positif terhadap penerapan model Pembelajaran Generatif dalam pembelajaran PPMO. Hal ini berdasarkan persentase hasil angket sebesar 94,44% siswa merespon sangat positif dan 5,56% siswa merespon positif.

Kata-kata kunci: Model Pembelajaran Generatif, Penelitian Tindakan Kelas, Hasil Belajar Siswa, Gain ScoreTernormalisasi


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman dan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Perawatan Perbaikan Mekanik Otomotif (PPMO) Teknologi Sepeda Motor SMK PIRI Sleman”.

Penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Seiring dengan selesainya skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Noto Widodo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama proses penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

2. Martubi, M.Pd.,M.T. dan Bambang Sulistyo, M.Eng., selaku validator instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Dr. Zainal Arifin, M.T., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif dan Ketua Progran Studi Pendidikan Teknik Otomotif beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan TAS ini.

4. Dr. Moch. Bruri Triyono, M.Pd., selaku Dekan FT UNY, yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi.


(9)

ix

5. Kepala Bappeda Kabupaten Sleman, yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

6. Drs. Asrori, MA, selaku Kepala Sekolah SMK PIRI Sleman yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian ini.

7. Tobing Jaka S.Pd., selaku guru Pengampu mata pelajaran PPMO serta siswa kelas XI SM B SMK PIRI Sleman yang telah membantu dan bersedia bekerjasama dengan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. 8. Riyan dan Pak Tobing, selaku observer yang telah membantu dan bersedia

bekerjasama dalam melakukan penelitian ini.

9. Teman-teman Pendidikan Teknik Otomotif kelas A angkatan 2009 yang telah banyak memberikan dukungan dan do’a sehingga skripsi ini selesai. 10.Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu

yang telah banyak memberikan bantuan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga karya ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta,………..


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PERNYATAAN ... HALAMAN PENGESAHAN ... MOTTO ... PERSEMBAHAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... B. Identifikasi Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Deskripsi Teori ... 1. Implementasi ... 2. Hakikat Pembelajaran. ... a. Pembelajaran ... 3. Model Pembelajaran Generatif ... a. Pengertian Model ... b. Pembelajaran Generatif ... 4. Hasil Belajar ...

i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xv 1 1 7 7 8 8 9 10 10 10 11 11 13 13 13 24


(11)

xi

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... C. Analisis Materi ...

1. Kepala Silinder (Cylinder Head) ... 2. Blok silinder (Cylinder Block) ... D. Kerangka Berpikir ... E. Hipotesis Tindakan ... BAB III METODE PENELITIAN ... A. Desain Penelitian ...

1. Rancangan Penelitian Siklus Pertama ... 2. Rancangan Penelitian Siklus Kedua ... B. SubjekPenelitian ... C. Tempat dan Waktu Penelitian ... D. Teknik Pengumpulan Data ... E. Instrumen Penelitian ...

1. Lembar Observasi

a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 2. Lembar Angket ... 3. Soal Pretest dan Posttest ... F. Teknik Analisis Data ... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 1. Siklus I ...

a. Perencanaan ... b. Pelaksanaan ... c. Observasi ... d. Refleksi ... 2. Siklus II ...

a. Perencanaan ... b. Pelaksanaan ... c. Observasi ... d. Refleksi ...

31 33 34 36 42 46 47 47 49 51 52 53 53 55 55 55 57 58 60 66 66 66 66 68 74 78 81 81 82 86 91


(12)

xii

B. Pembahasan ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

92 106 106 107 108 111


(13)

xiii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9 Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25.

Toleransi Piston dengan Silinder ... Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

dengan Model Pembelajaran Generatif ... Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I Pilihan Ganda ...

Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I Uraian ... Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II Pilihan Ganda ...

Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II Uraian ... Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... Kategori Rata-rata Nilai Tiap Pernyataan ... Interpretasi Gain Score Ternormalisasi ... Kriteria Pencapaian Siswa Untuk Aspek Pemahaman Siswa ... Keterlaksanaan Model Pembelajaran Generatif Siklus I ... Hasil Tes Tertulis pada Siklus I ... Distribusi Gain Score Siswa pada Siklus I ... Data Hasil Tes Uraian Siswa Siklus I ... Keterlaksanaan Model Pembelajaran Generatif Siklus II... Hasil Tes Tertulis pada Siklus II ... Distribusi Gain score Siswa pada Siklus II ... Data Hasil Tes Uraian Siswa pada Siklus II ... Distribusi Hasil Angket Respon Siswa ... Interpretasi Angket Respon Siswa ... Persentase Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran

Generatif dalam Pembelajaran PPMO ... Analisis Hasil Tes Tertulis Siklus I dan II ... Persentase Skor Aspek Kemampuan Pemahaman Siswa ... Hasil Analisis Angket Respon Siswa ...

40 56 57 58 59 59 60 61 62 64 65 74 76 77 78 86 87 88 89 90 90 96 98 101 103


(14)

xiii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9 Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25.

Toleransi Piston dengan Silinder ... Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

dengan Model Pembelajaran Generatif ... Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I Pilihan Ganda ...

Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I Uraian ... Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II Pilihan Ganda ...

Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II Uraian ... Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... Kategori Rata-rata Nilai Tiap Pernyataan ... Interpretasi Gain Score Ternormalisasi ... Kriteria Pencapaian Siswa Untuk Aspek Pemahaman Siswa ... Keterlaksanaan Model Pembelajaran Generatif Siklus I ... Hasil Tes Tertulis pada Siklus I ... Distribusi Gain Score Siswa pada Siklus I ... Data Hasil Tes Uraian Siswa Siklus I ... Keterlaksanaan Model Pembelajaran Generatif Siklus II... Hasil Tes Tertulis pada Siklus II ... Distribusi Gain score Siswa pada Siklus II ... Data Hasil Tes Uraian Siswa pada Siklus II ... Distribusi Hasil Angket Respon Siswa ... Interpretasi Angket Respon Siswa ... Persentase Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran

Generatif dalam Pembelajaran PPMO ... Analisis Hasil Tes Tertulis Siklus I dan II ... Persentase Skor Aspek Kemampuan Pemahaman Siswa ... Hasil Analisis Angket Respon Siswa ...

40 56 57 58 59 59 60 61 62 64 65 74 76 77 78 86 87 88 89 90 90 96 98 101 103


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5.

Gambar 6. Gambar 7.

Gambar 8. Gambar 9.

Gambar 10.

Torbulensi Aliran pada Ruang Bakar Motor 4 Tak... Pembacaan Keausan Maksimum Silinder ... Kerangka Berpikir Peneliti ...

Spiral Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh Hopkins ... Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Generatif

dalam Pembelajaran PPMO pada Siklus I dan II ...

Rerata Nilai Tes Tertulis pada Siklus I dan II ... Persentase Hasil Ketercapaian KKM Siswa pada Tes Siklus I

dan II ... Rerata Gain Score Siswa pada Siklus I dan II ... Rerata Skor Kemampuan Pemahaman Siswa pada Siklus I dan

II ... Analisis Hasil Angket Respon Siswa ...

35 38 45 48

97 98

99 100

102 104


(16)

xv DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lampiran 1.1 Lampiran 1.2 Lampiran 1.3 Lampiran 2. Lampiran 2.1 Lampiran 2.2 Lampiran 2.3 Lampiran 2.4 Lampiran 2.5 Lampiran 2.5 Lampiran 3 Lampiran 3.1 Lampiran 3.2 Lampiran 3.3 Lampiran 3.4 Lampiran 3.5 Lampiran 4. Lampiran 4.1 Lampiran 4.2 Lampiran 4.3 Lampiran 4.4 Lampiran 4.5

Perangkat Pembelajaran ...

Peta Kompetensi ... Silabus ...

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... Instrumen Penelitian ... Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Generatif ... Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Generatif ... Kisi-kisi Lembar Angket Respon Siswa ... Lembar Angket Respon Siswa... Kisi-kisi Soal Posttest Siklus I dan II ... Lembar Soal Posttest Siklus I dan II ... Hasil Penelitian ... Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Generatif ... Analisis Hasil Observasi Keterlaksanaan Model

Pembelajaran Generatif ... Hasil Tes Siklus I dan II ...

Analisis Hasil TesSiklus I dan II ... Analisis Hasil Angket Respon Siswa ... Dokumentasi dan Surat-Surat ... Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ... Daftar Nilai Mid Semester Gasal XI SM B PPMO Tahun

Pelajaran 2014/2015 ... Surat Izin Penelitian dari FT ...

Surat Izin Penelitian dari PEMDA DIY ... Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Sleman ...

111 111 112 117 144 144 145 147 148 150 155 162 162 170 176 180 184 186 186 188 189 190 191


(17)

xvi Lampiran 4.6

Lampiran 4.7 Lampiran 4.8

Surat Keterangan Telah Melalukan Penelitian ...

Surat Pernyataan Validasi Instrumen... Kartu Bimbingan Tugas Akhir Skripsi ...

192 193 194


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebagai salah satu wadah pembentukan karakter bangsa, sekolah menjadi tempat yang penting dimana para calon pemimpin bangsa diharapkan dapat berjuang membawa negara bersaing dikancah global. Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia membutuhkan ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia menjadi salah satu kunci dalam persaingan global, yaitu dengan menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta daya saing dalam persaingan global. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia salah satunya dengan meningkatkan kualitas pendidikan, karena pendidikan merupakan kunci utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Menurut Zulkifri Annas, sebagaimana dikutip oleh Uzer Usman (2002:46) “pendidikan bertujuan membentuk agar manusia dapat menunjukan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mau bersosialisasi dengan masyarakat dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun

masyarakat.” Dengan kata lain, pendidikan harus didesain yang konkrit dan riil untuk mempersiapkan generasi bukan sekedar bertahan hidup dalam era globalisasi tetapi juga untuk menguasai globalisasi. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dilakukan perubahan dan perbaikan guna meningkatkan mutu pendidikan.


(19)

2

Pendidikan itu sendiri sebenarnya dimaksudkan untuk membantu proses belajar seseorang agar dapat memanfaatkan potensi yang ada secara

optimal. Gagne mendefinisikan “belajar” sebagai perubahan disposisi atau

kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Hampir serupa dengan Gagne, Morgan dan Cronbach juga mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman (Agus Suprijono, 2009:23). Jadi, belajar dapat didefinisikan sebagai proses terjadinya perubahan perilaku seseorang yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman orang tersebut.

Selain hal itu fungsi pendidikan merupakan serangkaian tugas atau misi yang diemban dan harus dilaksanakan oleh pendidikan (Dirto Hadisusanto, dkk, 1995:57). Tugas atau misi pendidikan itu dapat tertuju pada diri manusia yang dididik ataupun kepada masyarakat bangsa di tempat ia hidup. Bagi dirinya sendiri, pendidikan berfungsi menyiapkan dirinya agar menjadi manusia sacara utuh, sehingga ia dapat menunaikan tugas hidupnya secara baik dan dapat hidup wajar sebagai manusia. Fungsi pendidikan terhadap masyarakat setidaknya ada dua bagian besar, yaitu fungsi preserveratif dan fungsi direktif. Fungsi preserveratif dilakukan dengan melestarikan tata sosial dan tata nilai yang ada dalam masyarakat, sedangkan fungsi direktif dilakukan oleh pendidikan sebagai pembaharuan sosial sehingga dapat mengantisipasi masa depan. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi: (1) menyiapkan sebagai manusia, (2) menyiapkan tenaga kerja, (3) menyiapkan warga negara yang baik (Dwi Siswoyo, dkk, 2013:20).


(20)

3

Di Indonesia, menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003, fungsi pendidikan ditetapkan sebagai berikut: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” dari hal tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan memiliki cakupan yang sangat luas, bukan hanya mengenai pelajaran yang ada saja. Sehingga jelaslah bahwa pendidikan mengemban fungsi yang sangat luas karna menyentuh segala segi kehidupan. Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peran yang penting/vital. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. (Oemar Hamalik, 1994:37). Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberi bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.

Sehingga perbaikan terhadap pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas SDM. Pada sejatinya pendidikan akan terus berkembang, sehingga perubahan dan perkembangan pendidikan menjadi hal yang memang harus dilakukan secara terus menerus. Ada tiga hal yang utama yang dilakukan dalam upaya perubahan dan pembaharuan guna meningkatkan kualitas pendidikan yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektivitas model pembelajaran.

Sekolah yang ditunjuk sebagai penyelenggara pendidikan harus memberikan proses pembelajaran yang baik sehingga lulusan ataupun output


(21)

4

dari sekolah menjadi manusia yang berkompeten dibidangnya. Standar proses pembelajaran dalam proses pendidikan menurut PP No.19/2005, adalah diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa dalam proses pembelajaran guru memberikan keteladanan.

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidikan pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2007:11). Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik (perorangan dan/atau kelompok) serta peserta didik (perorangan, kelompok, dan/atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi kegiatan adalah bahan (materi) belajar yang bersumber dan kurikulum suatu program pendidikan.

Dalam proses pembelajaran yang terlihat sekarang, pembelajaran pada kelompok materi pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengembangkan logika, kemampuan berpikir, dan analisis siswa. Kurikulum sekarang menuntut siswa sebagai subyek belajar untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran yang terjadi bersifat student centered.


(22)

5

Meskipun di Indonesia telah mengusung pembelajaran yang berpusat pada siswa, tetapi masih banyak sekolah yang tetap menggunakan metode konvensional dengan guru sebagai pusat pembelajaran, sehingga metode yang digunakan kebanyakan dengan metode ceramah. Hal tersebut juga terjadi di SMK PIRI Sleman yang akan menjadi objek penelitian kali ini. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMK PIRI Sleman pada saat melakukan program PPL UNY terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi guru dan siswa khususnya untuk mata pelajaran PPMO (Perawatan Perbaikan Mekanik Otomotif), permasalahan yang dihadapi diantaranya yaitu metode pembelajaran yang diterapkan masih berpusat pada guru, yaitu guru masih menggunakan metode ceramah. Pembelajaran tersebut membuat siswa cenderung pasif dan suasana pembelajaran hanya satu arah. Banyaknya siswa yang tidak memperhatikan guru saat sedang menjelaskan pelajaran, siswa kesulitan untuk merumuskan masalah dan membuat hipotesis yang berhubungan dengan materi yang sedang diberikan guru.

Hasil belajar siswa mata pelajaran PPMO masih banyak yang kurang dari kriteria ketuntasan minimum (KKM). Hal ini dapat terlihat dari daftar nilai Mid Semester gasal tahun pelajaran 2014/2015, untuk kelas XI-SM B dari 23 jumlah siswa didapat rata-rata nilai 58,13. Hanya terdapat 2 siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM). Rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa tersebut mungkin disebabkan kurang tepatnya metode pembelajaran yang diterapkan sehingga kurang melibatkan aktivitas siswa


(23)

6

secara langsung. Oleh karena itu guru perlu memilih dan menerapkan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif.

Penelitian kali ini berupaya untuk sedikit membantu memecahkan beberapa masalah yang telah dipaparkan di atas. Adapun cara yang dilakukan peneliti yaitu dengan mengubah model pembelajaran konvensional yang sering diterapkan di SMK PIRI Sleman dengan model pembelajaran generatif.

Model pembelajaran generatif adalah model pembelajaran, dimana peserta belajar aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan dalam mengkontruksi makna dari informasi yang ada disekitarnya berdasarkan pengetahuan awal dan pengalaman yang dimiliki peserta didik (Osborne dan Witrock, dalam Sudyana 2007: 1080). Menurut Baharudin, (2010:128)

generative learning merupakan model yang menekankan pada integrasi yang

aktif antara materi atau pengetahuan baru yang diperoleh dengan skemata.

Dengan menggunakan model generative learning diharapkan siswa menjadi lebih melakukan proses adaptasi ketika menghadapi stimulus baru. Selain itu, sebagai model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme, generatif learning juga berfokus pada keterlibatan dan partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar sebagai tujuan utama dalam proses belajar (Miftahul Huda, 2013:309). Sehingga dapat disimpulkan model pembelajaran generatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif antara pengetahuan awal dengan pengetahuan baru yang dimiliki siswa melalui peran aktifnya dalam pembelajaran.


(24)

7 B. Identifikasi Masalah

Cara belajar siswa aktif adalah suatu proses pendekatan dalam pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Pada hakikatnya, keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada semua pembuatan belajar, tetapi kadarnya yang berbeda tergantung pada jenis kegiatannya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai. Metode pembelajaran, salah satu upaya agar aktivitas yang dilakukan didalam proses belajar dapat terlaksana dengan baik, serta dapat mengajak siswa untuk belajar lebih aktif.

Akan tetapi pada kenyataannya berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada mata pelajaran PPMO (Perawatan Perbaikan Mekanik Otomotif) Teknologi Sepeda Motor Kelas XI SM B, dapat diidentifikasi bahwa sebagian besar siswa tidak memperhatikan penjelasan guru ketika kegiatan pembelajaran PPMO yang masih menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Kemampuan berpikir dalam hal pemahaman serta keaktifan siswa pada mata pelajaran PPMO masih rendah, sehingga perlu diadakan peningkatan terhadap pemahaman siswa. Selain itu hasil belajar siswa mata pelajaran PPMO masih banyak yang kurang dari kriteria ketuntasan minimum (KKM). Rata-rata nilai 58,13.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada penerapan model pembelajaran generatif dalam kegiatan pembelajaran PPMO. Implementasi


(25)

8

model pembelajaran genertif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PPMO (Perawatan Perbaikan Mekanik Otomotif) Teknologi Sepeda Motor Kelas XI SM B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 di SMK PIRI Sleman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.Bagaimanakah implementasi model Pembelajaran Generatif dalam kegiatan pembelajaran PPMO dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran PPMO di SMK PIRI Sleman?

2.Bagaimanakah implementasi model Pembelajaran Generatif dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep serta keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran PPMO di SMK PIRI Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ada, maka tujuan penelitian ini menjadi jelas yaitu :

1. Mengetahui pelaksanaan implementasi model Pembelajaran Generatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran PPMO di SMK PIRI Sleman.

2. Mengetahui pelaksanaan implementasi model pembelajaran generatif dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran PPMO di SMK PIRI Sleman.


(26)

9 F. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait, yaitu :

1. Bagi peneliti, sebagai pengalaman baru dalam penerapan model Pembelajaran Generatif yang bisa digunakan untuk masa yang akan datang. 2. Bagi guru, sebagai pertimbangan yang telah diuji cobakan dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi, sehingga hasil belajar dapat optimal.

3. Bagi siswa, sebagai pengalaman baru dalam melaksanakan proses belajar di sekolah yang dapat meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dan mempermudah siswa untuk memahami materi yang harus dipelajari. 4. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah


(27)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Implemetasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implementasi berarti: pelaksanaan; penerapan. Menurut jeffri L. Pressman dan Aaron B.Wldavski (Charles O.Jones ,1996:265), mengartikan implementasi sebagai suatu proses interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya. Implementasi adalah kemampuan membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab- akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan.

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan, Majone dan Wiloldavsky (Nurdin dan Usman, 2002:68), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Selain itu juga mereka mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.

Pengertian-pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan terencana dan dilakukan dengan sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Jadi implementasi dapat juga diartikan mempresentasikan hasil desain ke dalam pemrograman.


(28)

11 2. Hakikat Pembelajaran

a. Pembelajaran

Uzer Usman (2002:4) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian tindakan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini berarti bahwa guru dan siswa senantiasa berinteraksi dalam suatu proses pembelajaran.

Oemar Hamalik (1997:57) menyatakan Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, fotografi, slide, audio ataupun video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadawal dan metode penyampaian informasi, praktik belajar, ujian dan sebagainya.

Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar dikelas atau disekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik.


(29)

12

Biggs (Sugihartono, dkk., 2007: 80-81) mengemukakan bahwa, terdapat tiga pengertian konsep pembelajaran yaitu:

1) Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif

Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru ke murid. Guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikannya kepada siswa dengan sebaik-baiknya.

2) Pembelajaran dalam pengertian institusional

Secara institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien. Guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar.

3) Pembelajaran dalam pengertian kualitatif

Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa. Peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar menjejalkan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien.

Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar dalam situasi edukatif sehingga menghasilkan perubahan yang relatif tetap pada pengetahuan dan tingkah laku untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(30)

13 3. Model pembelajaran generatif

a. Pengertian Model

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem atau konsep, yang sering kali berupa penyederhanaan atau idealisasi (id.m.wikipedia.org). Defenisi lain dari model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran sebenarnya serta mempunyai tingkat prosentasi yang bersifat menyeluruh.

Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba untuk bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan inter pretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem (Agus Suprijono, 2009:45)

Sehingga model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya. Model dapat diartikan sebagai acuan yang menjadi dasar atau rujukan dari hal tertentu.

b. Pembelajaran Generatif

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai


(31)

14

dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yag berbeda-beda.

Menurut Dahlan, model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk pengajar di kelas. Sedangkan pembelajaran menurut Muhammad Surya merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan ingkungannya (Isjoni , 2013:49).

Pembelajaran menurut Gagne, an active process and sugggests that teaching incolves facilitating active mental process by student. Bahwa dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Dalam penerapannya model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapain tujuan pengajaran (Isjoni, 2013:50).

Sedangkan model pembelajaran menurut Joice dan Weil adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedimikan rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk pada pengajar di kelasnya. Selain itu menurut Isjoni (2013:50) mengemukakan dalam prakteknya semua model


(32)

15

pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Semakin upaya yang dilakukan guru dan semakin besar pula aktivitas belajar siswa.

2) Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar.

3) Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan.

4) Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses belajar yang ada.

Menurut Eggen dan Kauchak (Agus Suprijono, 2009:46), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Terdapat dua model Pembelajaran yaitu pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif. Salah satu tujuan penggunaan model pembelajaran adalah untuk Meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.

Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghapal (rotelearning) kearah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah kependekatan discovery learning ataui nquiry learning, dari belajari ndividual ke


(33)

16

kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa (Sugihartonodkk.,2013:24).

1) Pengertian Pembelajaran Generatif

Pembelajaran Generatif (PG) merupakan terjemahan dari Generative Learning (GL). Pembelajaran generatif memiliki landasan teoretik yang berakar pada teori-teori belajar konstruktivisme mengenai belajar dan pembelajaran (Osborne & Wittrock, 1985: 64). Menurut Wittrock, sebagaimana dikutip oleh Kish (2008: 357) bahwa pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Apabila pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.

Teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana seorang siswa membangun pengetahuan dalam pikirannya, seperti membangun ide tentang suatu fenomena atau membangun arti untuk suatu istilah dan juga membangun strategi untuk sampai pada suatu penjelasan tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa. Menurut Wittrock, sebagaimana dikutip oleh Grabowski (2007:2) mengungkapkan bahwa siswa bukanlah seseorang yang pasif dalam kegiatan pembelajaran, melainkan


(34)

17

individu yang aktif dalam membangun informasi yang mereka peroleh sehingga menjadi pengetahuan yang bermakna.

Intisari dari belajar generatif adalah bahwa otak tidak menerima informasi dengan pasif, melainkan justru dengan aktif mengkonstruki suatu interpretasi dari informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan.

2) Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran Generatif Pembelajaran Generatif memiliki landasan teoritik yang berakar pada teori-teori belajar Konstruktivis mengenai belajar dan pembelajaran. Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis diantaranya adalah :

a) Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru.

b) Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini. Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona tersebut. Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa.


(35)

18

c) Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas arahan dari mereka sendiri. Jadi, siswa sebaiknya lansung saja diberikan tugas kompleks, sulit, dan realistik kemudian dibantu menyelesaikan tugas kompleks tersebut dengan menerapkan scaffolding.

d) Lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up. Top-down berarti siswa langsung mulai dari masalah-masalah kompleks, utuh, dan autentik untuk dipecahkan. Dalam proses pemecahan masalah tersebut, siswa mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah kompleks tadi dengan bantuan guru/dosen atau teman sebaya yang lebih mampu.

e) Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun jika kita menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi mereka harus melakukan operasi mental atau kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka.


(36)

19

f) Menganut visi siswa ideal, yaitu seorang siswa yang dapat memiliki kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar. g) Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar

yang efektif dan motivasi, serta tekun menerapkan strategi itu sampai suatu tugas terselesaikan demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan sekali mereka adalah pelajar yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar. Pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Tidak semua pembelajaran dapat disampaikan semuanya oleh guru. Siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan di benak mereka sendiri, menemukan dan menggunakan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses ’mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan.

3) Tahapan Pembelajaran Generatif

Langkah-langkah atau tahapan pembelajaran Generatif menurut Osborne dan Cosgrove, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009:177) , terdiri atas 5 tahap dengan penjelasan sebagai berikut :

a) Tahap-1 : Eksplorasi

Tahap eksplorasi dimulai dengan kegiatan guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide,


(37)

20

atau konsepsi awal. Siswa diberikan kesempatan untuk membangun kesan dan mendapat gambaran visual mengenai topik yang akan dibahas dengan mengaitkan materi dengan pengalaman mereka sehari-hari. Guru dapat memberikan stimulus berupa aktivitas yang dapat menunjukkan data dan fakta terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari sehingga mendorong siswa agar dapat melakukan eksplorasi. Aktivitas, gejala, maupun fakta yang disampaikan sebaiknya dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis dan menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri siswa. Tujuannya agar siswa termotivasi mempelajari konsep tersebut.

Guru mengajak dan mendorong siswa untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan kemudian dapat dikembangkan menjadi rumusan, dugaan, atau hipotesis. Langkah selanjutnya, siswa diminta untuk mengungkapkan ide mereka mengenai konsep yang sedang dipelajari. Pada tahapan ini guru berusaha menampung pendapat siswa dan menciptakan suasana yang kondusif dengan tidak menilai mana pendapat yang salah dan mana yang benar agar siswa berani mengungkapkan pendapatnya tanpa rasa takut disalahkan. Dari pendapat yang dikemukakan siswa, guru mengelompokkan dugaan dan penjelasan tersebut di papan tulis.


(38)

21 b) Tahap-2 : Pemfokusan

Siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalam bentuk kegiatan yang lain. Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesis dengan cara mereka sendiri. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas dua sampai dengan empat siswa sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang ilmuwan, antara lain pada aspek kerjasama dengan teman, membantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar pengalaman (sharing idea), dan keberanian bertanya. Dalam kegiatan praktikum, siswa dapat berlatih lebih banyak tentang keterampilan laboratorium, berlatih semua komponen proses sains yaitu mulai dari mengamati (observasi), mengukur, mengendalikan variabel, menggolongkan, membuat grafik, menyimpulkan, memprediksi, dan mengkomunikasikan. c) Tahap-3 : Tantangan

Setelah data diperoleh, selanjutnya siswa mendiskusikan, menyimpulkan, dan menuliskan hasilnya kedalam lembar kerja. Setiap kelompok diminta mempresentasikan temuannya melalui diskusi kelas. Melalui kegiatan diskusi tersebut, akan terjadi proses tukar pengalaman antar siswa. Pada tahapan ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat,


(39)

22

menghargai pendapat teman, dan menghargai adanya perbedaan di antara pendapat teman.

Guru bertindak sebagai fasilitator dan moderator agar jalannya diskusi dapat terarah sehingga pada akhir diskusi siswa dapat memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses kognitif, yaitu terjadi proses mental yang disebut asimilasi apabila konsep siswa sesuai dengan konsep yang benar menurut data eksperimen atau terjadi proses akomodasi apabila konsepsi siswa cocok dengan data empiris. d) Tahap-4 : Aplikasi Konsep

Pada tahapan ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Siswa perlu diberi banyak latihan soal karena dengan adanya latihan soal, siswa akan lebih memahami konsep secara mendalam dan bermakna sehingga pada akhirnya konsep yang dipelajari akan masuk kedalam memori jangka panjang.

e) Tahap-5 : Menilai Kembali

Dalam suatu diskusi, guru mengajak siswanya dalam menilai kembali kerangka kerja konsep yang telah mereka dapatkan. Dalam proses pembelajaran dengan model Generatif harus benar-benar melaksakan setiap tahap-tahapannya agar hasil dari perubahan siswa setelah belajar dengan model Generatif dapat


(40)

23

terlihat. Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru melainkan siswa berfikir aktif menemukan konsep-konsep baru sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman mereka dan kemudian diterapkan pada permasalahan yang mereka hadapi. 4) Beberapa Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Generatif

Dalam melaksanakan pembelajaran Generatif, menurut Sutrisno (Purwati, 2009:36), guru perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi siswa. Setelah guru mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru mempersiapkan demonstrasi yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi siswa. Dengan melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan. b) Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternatif

penjelasan dengan menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan siswa antara lain berupa eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi, atau simulasi, pelatihan menggunakan tampilan jamak (multiple representation) untuk mengaktifkan siswa dalam proses


(41)

24

belajar. Variasi kegiatan ini dapat membantu siswa memperoleh penjelasan yang cukup memuaskan.

c) Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka guru dapat memberikan soal-soal terbuka (open-ended questions), soal-soal kaya konteks (context-rich problems) dan pertanyaan terbalik (reverse questions) yang dapat dikerjakan secara kelompok.

Pembelajaran dengan model generatif guru harus kreatif dalam mendemostrasikan materi dan peka terhadap apa yang ada dalam fikiran siswa sehingga proses pembelajaran sesuai dengan tahapan-tahapan model pembelajaran.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. (Agus Suprijono, 2009:5). Merujuk ke pemikiran Gagne, hasil belajar siswa berupa :

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisi-sintesis fakta-konsep dan


(42)

25

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan melakukan kognitif bersifat khas.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahun, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),

synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru,

dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valving (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.


(43)

26

Sementara menurut Lindgren hasil pembelajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Sehingga hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil belajar yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut tidak dilihat secara fragmantaris atau terpisah, melainkan konprehensif.

Sehingga untuk menetukan dan menilai hasil belajar perlu diadakannya evaluasi hasil belajar . menurut Oemar Hamalik, evaluasi hasil belajar adalah keseluruh kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pegolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuatan keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Oemar Hamalik, 1994:159). Evaluasi hasil belajar memiliki tujuan-tujuan tertentu :

a. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan.

b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan ataupun masing-masing individu.

c. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahi kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remidial (perbaikan).


(44)

27

d. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.

Selain itu dalam pelaksanaannya evaluasi hasil belajar memiliki sasaran sendiri, sasaran evaluasi hasil belajar meliputi :

a. Ranah kognitif (pengetahuan/pemahaman)

Penilaian terhadap pengetahuan pada tingkat satuan pembelajaran menuntut perumusan secara lebih khusus setiap aspek pengetahuan, yang dikategorikan sebagai : konsep, prosedur, fakta dan prinsip.

Dalam menilai pengetahuan dapat digunakan pengujian sebagi berikut :

1) Sasaran penilaian aspek pengenalan (recognition)

Caranya dengan memberikan pertanyan-pertanyaan bentuk pilihan berganda, yang menuntut siswa agar melakukan identifikasi tentang fakta, definisi, contoh-contoh yang betul (correct).

2) Sasaran penilaian aspek mengingat kembali (recal)

Caranya dengan pertanyaan-pertanyan tertutup langsung untuk mengungkapkan jawaban-jawaban yang unik.

3) Sasaran penilaian aspek pemahaman (komprehension)

Caranya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan yang menuntut identifikasi terhadap pernyataan-pernyataan yang betul


(45)

28

dan yang konklusi atau klasifikasi; dengan daftar pertanyan

matcing (menjodohkan yang berkenaan dengan konsep, contoh,

aturan, penerapan, langkah-langkah dan urutan, dengan pertanyaa bentuk essay (open ended) yang menghendaki uraian, perumuan kembali dengan kata sendiri, contoh-contoh.

b. Ranah afektif

Sasaran evaluasi ranah afekti (sikap dan nilai) meliputi aspek-aspek berikut :

1) Aspek penerimaan 2) Sambutan

3) Aspek penilaian 4) Aspek organisasi 5) Aspek karakteristik c. Ranah keterampilan

Sasaran evaluasi keterampilan reproduktif :

1) Aspek keterampilan kognitif, misalnya masalah-masalah yang familiar untuk dipecahkan dalam rangka menentukan ukuran-ukuran ketepatan dan kecepatan melalui latihan-latihan (drill) jangka panjang, evaluasi dengan metode-metode objektif tertutup 2) Aspek keterampilan psikomotorik dengan tes tindakan terdapat pelaksanaan tugas yang nyata atau disimulasikan, dan berdasarkan kriteria ketepatan, kecepatan, kualitas penerapan secara objektif.


(46)

29

3) Aspek keterampilan reaktif, dilaksanakan secara langsung dengan pegamatan objektif terhadap tingkah laku pendekatan atau penghindaran, secara tak langsung dengan kuisioner sikap. 4) Aspek keterampilan interaktif, secara langsung dengan

menghitung frekuensi kebiasaan dan cara-cara yang baik yang dipertunjukan dengan kondisi-kondisi tertentu.

Selain dengan cara mengevaluasi dari hasil belajar, indikasi lain tentang pencapaian dari apa yang diperoleh oleh siswa dapat juga dilakukan dengan cara melihat tingkat pemahaman siswa tentang materi yang sedang di ajarkan. Pemahaman siswa mengenai materi juga dapat dijadikan acuan mengenai keberhasilan dari cara atau metode pembelajaran yang digunakan. Pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki kata dasar paham” yang mempunyai arti “tahu benar”. Pemahaman dapat diartikan sebagai proses, perbuatan ataupun cara memahami atau memahamkan (Depdiknas, 2008: 998).

Pemahaman termasuk dalam ranah pengetahuan (kognitif). Bloom (Ella Yulaelawati, 2004:71) menyatakan bahwa segala upaya yang menyangkut aktifitas otak termasuk dalam ranah kognitif. Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian yang lebih kompleks sebagai tingkatan yang paling tinggi.


(47)

30

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal (C1), memahami (C2), mengaplikasi

(C3), menganalisis (C4), mensintesis (C5), dan kemampuan mengevaluasi

(C6) (Santrock, 2008: 470).

Ranah kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenjang C2 yaitu pemahaman (comprehension). Hal ini dikarenakan seseorang tidak

akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep tanpa memahami isinya. Dengan memahami konsep, siswa akan dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep tersebut.

Ella Yulaelawati (2004: 60) mengatakan bahwa:

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi atau bahan ke materi atau bahan lain. Seseorang yang mampu memahami sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi (pernyataan kosakata) ke dalam angka, dapat menafsirkan sesuatu melalui pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan , kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingata sederhana, hafalan atau pengetahuan tingkat rendah.

Daryanto (2005:106-107) mengemukakan, kemampuan pemahaman dijabarkan menjadi tiga, yaitu:

a. Menerjemahkan (Translation)

Menerjemahkan berarti individu dapat berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda, dengan istilah yang berbeda, atau dengan bentuk komunikasi yang berbeda.


(48)

31 b. Menginterpretasi (Interpretation)

Menginterpretasi yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami. Misalnya siswa diminta untuk menfsirkan makna yang terkandung pada suatu diagram, tabel atau grafik.

c. Mengekstrapolasi (Extrapolation)

Mengekstrapolasi yaitu kemampuan membuat pikiran atau prediksi berdasarkan pemahamn terhadap gejala kecenderungan. Hal ini juga melibatkan perbuatan kesimpulan mengenai implikasi, konsekuensi, akibat dan efek yang sesuai dengan kondisi yang dijelaskan.

Nuryani (2005: 156) mengungkapkan bahwa kategori memahami mecakup tujuh proses kognitif, yaitu menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (infering), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaning).

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian tindakan kelas oleh Dita Suryawati (2012) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dengan Memperhatikan IQ Siwa di MTsN Sumberlawang Sragen”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Terdapat pengaruh peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dengan


(49)

32

menggunakan model pembelajaran generatif. Hasil pengujian menunjukkan nilai Fhitung sebesar 5,229 dengan nilai Ftabel sebesar 4,022

pada taraf signifikansi 5%. (2) Model pembelajaran generatif efektif untuk digunakan dalam pembelajaran fisika di sekolah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 9,08 pada model generatif dengan

metode translation dan metode conceptualization nilai thitung sebesar 7,56.

Berarti kedua metode yang digunakan dalam penelitian ini efektif digunakan dalam pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dengan nilai ttabel sebesar 1,67 (taraf

signifikansi = 5%). (3) Terdapat peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran generatif. Hasil pengujian menunjukkan nilai p-value untuk gain motivasi sebesar 0,413 > 0,05 pada taraf signifikansi 5%. Implikasi dari penelitian ini adalah model pembelajaran generatif dengan memperhatikan IQ siswa dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

2. Penelitian tindakan yang dilakukan kelas oleh Neneng Nuraeni (2013) dengan judul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk meningkatkan pemahaman dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi”. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

metode kuasi eksperimen dengan sampel penelitiannya yaitu kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA Negeri 2 Kota Sukabumi dengan desain penelitian Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design. Instrumen yang


(50)

33

digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa pilihan ganda dan angket. Dari hasil penelitian diketahui bahwa model pembelajaran generatif secara signifikan lebih baik dari pada kelas kontrol dilihat dari peningkatan nilai rata-rata hasil pretest dan posttest untuk kelas eksperimen yaitu 13,89 dari nilai rata-rata sebelum pembelajaran yaitu 7,14 dan untuk kelas kontrol yaitu 10,37 dari nilai rata-rata sebelum pembelajaran yaitu 7,11. Dari nilai gain yaitu 0,52 untuk kelas eksperimen dan 0,25 untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran generatif efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi.

C. Analisis Materi

Dalam materi pokok Kepala silinder dan blok sepeda motor (Bagian-Bagian Utama Sepeda Motor) pada pembelajaran PPMO terdapat beberapa sub materi yang harus dikuasai, materi ini tentunya efektif bila disampaikan dengan sistem pembelajaran yang sesuai. Maka dari itu, peneliti menganalisis hal tersebut.

Pernahkah kita memperhatikan pada buku pedoman sepeda motor maupun brosur-brosur tentang sepeda motor biasanya terdapat infomasi tentang diameter silinder, panjang langkah piston dan perbandingan kompresi. Volume silinder merupakan volume di dalam silinder yang terbentuk dari perubahan langkah piston. Volume silinder ditentukan oleh diameter silinder dan panjang langkah piston. Besar volume silinder dapat dihitung dengan rumus:


(51)

34 D L

4 π

VL 2 ………(1

)

VL = Volume langkah …….. cc D = Diameter silinder …… cm L = Pangjang langkah …….. cm 1. Kepala Silinder (Cylinder Head )

Kepala silinder terletak pada bagian atas mesin dengan fungsi utama sebagai pembentuk ruang bakar dan sebagai tempat terpasangnya busi. Komponen ini terbuat dari bahan paduan aluminium untuk menahan tekanan hasil pembakaran dan kompresi, juga dapat membuang panas dengan lebih baik untuk pendinginan mesin.

Pada motor 2 tak konstruksi kepala silinder lebih sederhana dibandingkan dengan motor 4 tak. Kepala silinder motor 2 tak terdapat busi dan sirip pendingin, sedangkan pada motor 4 tak terdapat katup, roker arm, poros nok, busi dan saluran pelumas poros nok dan katup. Melepas kepala silinder motor 2 tak cukup melepas baut pengikatnya, sedangkan pada motor 4 tak harus melepas rantai penggerak nok (timing cains).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang kepala silinder antara lain:

a. Bahan: besi tuang atau campuran almunium. Campuran almunium lebih sering digunakan karena ringan, penghantar panas yang baik sehingga


(52)

35

memungkinkan merencanakan motor putaran tinggi dan kecepatan tinggi.

b. Letak busi: letak busi harus memungkinkan busi mendapatkan campuran gas baru sebagai upaya pendinginan. Lokasi busi yang baik adalah dipusat sehingga tekanan pembakaran menyebar dan menekan piston lebih merata.

c. Saluran: saluran masuk dan buang harus didesain untuk meningkatkan torbulansi aliran agar campuran lebih homogen. Hindari sudut mati aliran karena dapat menyebabkan terjadi timbunan karbon pada saluran maupun pada katup.

d. Bentuk ruang bakar: bentuk ruang bakar harus memungkinkan terjadi torbulensi aliran, proses perambatan panas yang merata, tekanan pembakaran yang menghasilkan daya dorong ke piston paling optimal, tidak ada sudut mati agar tidak terjadi penumpukan karbon di dalam silinder sehingga dapat menyebabkan detonasi.

Gambar 1. Torbulensi Aliran pada Ruang Bakar Motor 4 Tak

Di bagian kepala silinder terdapat bagian yang disebut squish area. Squish area berfungsi untuk mengatur pemusatan campuran bahan bakar


(53)

36

yang masuk ke arah busi, torbulensi aliran dan distribusi tekanan hasil pembakaran pada piston. Squish dengan sudut yang terlalu kecil yaitu mendekati nol memungkinkan campuran terjebak di squis area, sehingga torbulensi lemah, temperatur tinggi, peluang detonasi tinggi. Sudut squish yang terlalu besar proses torbulensi lemah dan distribusi tekanan hasil pembakaran kurang terpusat. Sudut squish area yang banyak digunakan adalan 5 – 15º. Selain squish area, torbulensi aliran sangat ditentukan dari disain manifold dan intake port. Bagian yang sering menghambat aliran pada manifold adalah valve guide. Adanya valve guide menyebabkan luasan manifold menyempit dan terjadi pusaran aliran dibelakang valve guide. Pusaran aliran akan menghambat campuran bahan bakar yang masuk ke dalam silinder.

Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pemasangannya adalah ketelitian terutama dalam pemasangan gasket sehingga tidak terjadi kebocoran baik berupa gas kompresi maupun kebocoran oli untuk motor 4 tak. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada kepala silinder adalah pemeriksaan kerataan permukaan, keretakan dan keausan lubang busi. Batas servis kerataan yang diijinkan adalah 0,05 – 0,10 mm.

2. Blok Silinder (Cylinder Block)

Bersama-sama dengan kepala silinder ,blok silinder membentuk ruang bakar sehingga proses pembakaran bahan bakar dan udara dapat berlangsung. Pada cylinder block inilah piston bekerja. Akibat adanya tekanan tinggi dan gesekan piston dan ring piston maka pembuatannya


(54)

37

haruslah telti dan halus. Pada umumnya silinder dibuat dari bahan baja tuang pada mesin besar dan pada mesin kecil (sepeda motor) terbuat dari paduan aluminium yang di bagian dalamnya dipasangkan tabung dari bahan baja tempat bergeraknya piston. Jenis sepeda motor yang menggunakan sistem pendinginan udara, pada bagian luar silindernya terdapat sirip-sirip untuk mempertinggi efisiensi pendinginan. Pada mesin 4 langkah, dinding silindernya rata dan polos, sedangkan pada mesin 2 langkah terdapat rongga-rongga bilas dan rongga pembuangan.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan dinding silinder terhadap goresan dan keausan. Ukur dan catat diameter dalam silinder pada tiga tempat dan ketinggian pada poros x dan y. Kemudian disesuaikan dengan standar pada buku manualnya. Selain itu perlu juga diperiksa kerataan permukaan silinder.

Pemeriksaan Blok Silinder

Pemeriksaan blok silinder meliputi pemeriksaan kerataan permukaan dan keausan silinder. Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan keausan adalah straight adge dan feeler gauge.

Langkah pemeriksaan adalah:

a. Bersihkan permukaan silinder

b. Letakan straight adge pada permukaan blok silinder. Periksa, apakah terdapat celah antara straight adge dengan permukaan blok silinder


(55)

38

c. Sisipkan feeler gauge diantara straight adge dengan permukaan blok silinder, catat tebal feeler yang dapat masuk.

d. Lakukan pada beberapa posisi seperti gambar, bandingkan hasil pemeriksaan dengan spesifikasi. Bila melebihi sepesifikasi ratakan permukaan dengan cara dibubut atau di skrap. Spesifikasi kerataan sebesar 0,05 mm atau feeler 5.

Pemeriksaan keausan blok silinder menggunakan alat cylinder gauge. Langkah pemeriksaan adalah sebagai berikut:

a. Bersihkan blok silinder dari kotoran

b. Lihat pada buku pedoman standard diameter silinder, misalkan motor Honda NSR 150R spesifikasi diameter blok silinder adalah: 59,000 – 59,005 mm.

c. Pasang batang ukur sehingga kondisi awal 60,00 mm, periksa menggunakan micrometer untuk memastikan pasisi awal tepat 60,00 mm.

d. Masukkan cylinder gauge ke silinder di tiga tempat pada sumbuh x dan y. Goyang alat sampai penyimpangan maksimal.

e. Catat hasil pengukuran analisa datanya.


(56)

39 Bagian

blok

Standard

Hasil pengukuran

Selisih

X Y

Atas

59,005

59,35 59,30 0,05

Tengah 59,26 59,23 0,03

Bawah 59,20 59,20 0

Keausan = hasil pengukuran terbesar – Standard

= 59,35 – 59,005 = 0, 345 mm

Bentuk keausan adalah oval dan tirus. Keovalan maksimal di bagian atas yaitu sebesar 0,05 mm dan ketirusan sebesar 0,15 mm.

Berdasarkan data tersebut berarti keausan 0,345 mm, sehingga perlu over size 50, artinya diameter silinder diperbesar 0,50 mm dari diameter standard. Piston dan ring piston juga harus diganti dengan oversize 50. Ukuran silinder setelah di over size 50 adalah sebesar 59,005 + 0,50 mm = 59,505 mm.

Ukuran over size piston dan ring piston yang dipasarkan adalah 25, 50, 75 dan 100. Tanda oversize terletak pada kepala piston dan sisi atas ring piston.


(57)

40

Guna mengatasi kelemahan tersebut selain informasi diameter silinder beberapa buku pedoman telah memuat ukuran toleransi atau celah silinder dengan piston sebagai referensi menentukan keausan silinder. Contoh beberapa ukuran toleransi piston dan silinder adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Toleransi Piston Dengan Silinder

No Merk/ Tipe motor Toleransi

1 Honda Karisma 0,005 – 0,054

2 Honda NSR150R 0,065 – 0,080

3 Suzuki Shogun 0,03 - 0,04

4 Suzuki Tornado 0,035 – 0,045

5 Yamaha F1ZR 0,055 – 0,060

6 Yamaha α IIR 0,040 – 0,045

7 Yamaha Jupiter R 0,02 – 0,025

Dari penelitian di bengkel 60 % keausan piston dan silinder berbentuk goresan. Bentuk keausan ini disebabkan oleh pelumasan kurang sempurna atau debu yang masuk ke dalam silinder akibat filter dilepas. Sistem pelumas yang kurang baik karena pemilik kurang taat dalam penggantian oli, adanya kebocoran silinder dan seal sehingga jumlah oli


(58)

41

sangat kurang bahkan habis. Selain itu terdapat 5 % disebabkan karena kesalahan proses kolter saat oversize, sehingga celah antara piston dengan dinding silinder terlalu besar.

Kapasitas silinder merupakan total volume langkah pada suatu motor. Kapasitas silinder merupakan informasi pokok tentang suatu motor dan sering dijadikan indikator tentang kemampuan motor tersebut. Hal itu dapat dimengerti karena kapasitas silinder suatu motor relatif tetap dibandingkan indikator kemampuan motor yang lain seperti daya, maupun momen maksimal.

Kapasitas silinder dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu :

a. Diameter silinder b. Panjang langkah c. Jumlah silinder

Rumus:

Kapasitas Silinder = π/4 x D2 x L x K ... (2)

D = Diameter silinder ……… cm L = Panjang langkah ………. Cm K = Jumlah silinder

Dari rumus di atas, maka kapasitas silinder merupakan volume langkah kali jumlah silinder.


(59)

42

Volume kompresi jarang ditentukan, untuk mencari volume kompresi dapat dilakukan menggunakan rumus:

1  

E VL

VC ... (4) E = Perbandingan kompresi

VL = Volume langkah …….. cc VC = Volume kompresi …… cc

D. Kerangka Berpikir

Permasalahan yang ditemukan di kelas adalah sebagaimana diungkapkan dalam latar belakang masalah yaitu pelajaran PPMO yang disampaikan dengan metode ceramah dan kurang mengajak aktif siswa kelas XI SM B SMK PIRI Sleman. Hal tersebut dapat diamati dari perilaku siswa di kelas ketika sedang mengikuti kegiatan pembelajaran PPMO, siswa terlihat kurang memperhatikan ketika guru menerangkan, bahkan ada yang saling mengobrol dan mengganggu teman yang lain yang sedang memperhatikan pelajaran. Ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran kurang adanya interaksi, sehingga siswa dalam belajar akan cepat bosan dan merasakan keterpaksaan dalam belajar.

Masalah lain yaitu kurang optimalnya pemahaman serta rendahnya hasil belajar siswa, yang ditunjukkan dari beberapa tes hasil belajar ataupun


(60)

43

hasil ujian Semester. Selain itu, pembelajaran PPMO yang demikian kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga pembelajaran yang berlangsung selama ini kurang mengembangkan keterampilan kerjasama antar siswa.

Permasalahan tersebut akan diatasi dengan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Generatif. Pembelajaran Generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010:1) dalam Penelitian Tindakan, bahwa penelitian tindakan dipandang sebagai alat untuk memperbaiki situasi, bukan untuk membangun teori penelitian tindakan ditujukan untuk melakukan perubahan pada semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai perbaikan praktik secara instrumental dan berkelanjutan. Jadi, penelitian tindakan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang ditemui.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan diadakannya pretest pada awal pembelajaran dengan soal-soal yang mampu mempersiapkan siswa dalam menghadapi materi yang akan disampaikan. Pada pertemuan sebelumnya, guru memita siswa belajar dan mempersiapkan diri sebelum mengerjakan soal-soal


(61)

44

pretest. Sehingga, secara tidak langsung siswa didorong untuk mempelajari materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya.

Setelah dilakukan pretest, guru mulai melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana. Guru menggunakan model Generatif dalam pelaksanaannya, siswa diminta untuk berkelompok sesuai dengan pembentukan kelompok yang telah dilakukan sebelumnya, ataupun bisa dilakukan secara general tanpa membentuk kelompok. Setelah itu siswa diajak untuk membangun pemikiran awal mengenai materi yang akan disampaikan. Bimbingan dari guru sangat dibutuhkan agar metode tersebut dapat berjalan secara teratur. Kemudian guru mengamati bagaimana aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, khususnya dalam hal keterampilan kerjasama.

Setelah kegiatan inti pembelajaran selesai, guru menjelaskan konsep yang mendasari materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran, lalu diadakan posttest berupa persoalan terkait untuk megetahui sejauh mana peningkatan pemahaman konsep siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran PPMO. Kerangka berpikir peneliti disajikan pada Gambar 3.


(62)

45

Gambar 3. Kerangka Berpikir Peneliti

Tahap-tahap tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar serta pemahaman dan keaktifan siswa dalam kelas. Selain itu siswa dikembangkan dengan pemikiran atau pengetahuan awal mereka mengenai pokok bahasan yang sedang dipelajari. Dengan ini menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah dalam memahami pelajaran PPMO.

Pembelajaran PPMO lebih sering menggunakan metode

ceramah

Rendahnya hasil belajar menunjukkan

bahwa pemahaman konsep siswa masih

kurang Siswa kurang aktif

berinteraksi dan mengembangkan

keterampilan kerjasama dalam proses pembelajaran

Model Pembelajaran Generatif

Hasil belajar meningkat

masalah

tindakan

hasil

dapat diatasi dengan


(63)

46 E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian dan kerangka berpikir tersebut, maka dapat ditarik sebuah dugaan yang bersifat sementara bahwa PTK dengan menggunakan pembelajaran model Generatif dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas XI SM B SMK PIRI Sleman selama kegiatan pembelajaran. Siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep pelajaran dan hasil belajar pada mata pelajaran Perawatan Perbaikan Mekanik Otomotif (PPMO) dengan materi pokok bagian-bagian utama pada sepeda motor.


(64)

47 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kegiatan ini dilakukan tehadap sejumlah siswa dalam satu kelas. Penelitian tindakan bertujuan untuk memberikan kontribusi langsung pada problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada tujuan-tujuan ilmu sosial dengan turut berkolaborasi (bersama masyarakat, penj.) dalam kerangka etis yang dipelajari, tujuannya untuk mencapai peningkatan hasil dari kegiatan pembelajaran ke arah yang lebih baik.

Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) :

Penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk penyelidikan refleksi-diri yang dilaksanakan oleh para partisipan dalam situasi-situsi sosial (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dalam (a) praktik-praktik sosial dan pendidikan mereka sendiri, (b) pemahaman mereka tentang praktik ini, dan (c) situasi-situsi yang melingkupi praktik-prkti tersebut. Penelitian ini akan benar-benar memberdayakan jika oleh para partisipan secara kolaboratif, meskipun ia juga tak jarang dilaksanakan oleh individu-individu, dan terkadang bekerjasama dengan orang luar. Dalam pendidikan, penelitian tindakan dilaksanakan sebagai usaha pengembangan kurikulum berbasis sekolah, pengembangan profesional, progam-program pengembangan sekolah, pengembangan kebijakan da perencanaan (Miftahul Huda, 2015:5).

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil dan pemahaman siswa dengan menerapkan model pembelajaran generatif dalam pembelajaran PPMO. Penelitian ini dilakukan secara partisipatif, artinya


(65)

48

1. Planning

(perencanaan)

2. Action

(pelaksanaan tindakan)

3. Observation

(pengamatan) 4. Reflective

(refleksi)

peneliti dengan dibantu rekan secara langsung terlibat dalam penelitian yang bertindak sevagai observer (pengamat) dalam penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart. Adapun model penelitian tindakan kelas yang bersifat spriral tersebut digambarkan dengan jelas oleh Hopkins (1985) sebagai berikut:

Keterangan :

Gambar 4. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh Hopkins (Sumber: Masnur Muslich, 2013:43)

Reflective Plan

Action/ observation

Revised Plan Reflective

Action/ observation

Revised Plan


(66)

49

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklusnya meliputi beberapa tahapan yang meliputi perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection) dalam suatu spiral yang saling terkait (Miftahul Huda, 2015:48).

Secara rinci langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut : 1. Rancangan Penelitian Siklus Pertama

a. Perencanaan (planning)

Adapun kegiatan perencanaan meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1) Menyusun peta kompetensi keterkaitan standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang akan dipadukan berdasarkan tema.

2) Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan model Pembelajaran Generatif. Silabus dan RPP ini digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

3) Menyusun dan mempersiapkan instrumen tes untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa. Kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru yang bersangkutan.

4) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk mencatat hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Generatif.


(67)

50

5) Menyususn angket untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model Pembelajaran Generatif pada pembelajaran PPMO.

b. Tindakan (action)

Pada tahap ini, setelah dilakukan perencanaan secara memadai dan penyusunan perangkat yang akan digunakan, selanjutnya dilaksanakan tindakan dengan penerapan model Pembelajaran Generatif pada pembelajaran PPMO. Pada tahap tindakan ini guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan oleh peneliti sebelumnya, yaitu Pembelajaran Generatif pada pembelajaran PPMO. c. Pengamatan (observation)

Observasi dilakukan dengan menggunakan model observasi terstruktur. Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini dilakukan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung. Observasi dilaksanakan untuk mengamati setiap proses dan perkembangan yang terjadi pada siswa. Observasi dilakukan oleh peneliti sesuai dengan pedoman observasi yang telah dibuat. Adapun observasinya ditunjukan kepada :

1) Guru dalam proses pembelajaran, mulai dari pembukaan, kegiatan inti sampai dengan penutup.

2) Siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dilihat sejauh mana aktivitas belajar siswa saat menggunakan metode Pembelajaran Generatif.


(68)

51

Pada proses ini peneliti harus mengundang orang lain sebagai pendamping peneliti atau observer dan menilai keterlaksanaan dari pembelajaran tersebut.

d. Refleksi (reflection)

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh selama observasi, yaitu data yang diperoleh dari lembar observasi. Kemudian peneliti mendiskusikan dengan guru dari hasil pengamatan yang dilakukan, baik kekurangan maupun ketercapaian pembelajaran dari siklus pertama sebagai pertimbangan perencanaan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Pada dasarnya pada tahap ini peneliti mengevaluasi keberhasil dari model pembelajaran yang dipakai kemudian mengidentifikasi beberapa masalah yng nantinya dijadikan dasar untuk membuat rencana tindakan baru atau siklus selanjutnya (Miftahul Huda, 2015:48).

2. Rancangan Penelitian Siklus Kedua

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus pertama. Selain itu juga pada tahap ini terdapat perbaikan tindakan dan mengganti beberapa tindakan yang gagal dengan tindakan baru yang relevan. Tahapan pada siklus kedua identik dengan siklus pertama yaitu diawali dengan rencana baru( Reviseplan), dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan (action), observasi(observation), dan refleksi (reflection).


(69)

52

Jika dievaluasi pada akhir siklus kedua tidak terjadi peningkatan dilaksanakan siklus ke ketiga yang tahap-tahapnya seperti pada tahap siklus pertama dan kedua. Tetapi siklus ketiga, keempat dan seterusnya tidak diperlukan jika telah terjadi adanya indikasi peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model Pembelajaran Generatif pada pembelajaran PPMO yang ditunjukkan dengan gain score dan nilai posttest lebih tinggi dibandingkan nilai pretest dengan perolehan persentase jumlah siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70% sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian.

B. Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015: 61). Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI SM SMK PIRI Sleman tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah populasi kelas XI SM SMK PIRI Sleman tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah dua kelas dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2015:62). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling, dimana pengambilan anggota sampel di dalam populasi dilakukan secara acak tanpa


(70)

53

memperhatikn strata yang ada dalam populasi tersebut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SM B SMK PIRI Sleman Yogyakarta yang berjumlah 18 siswa. Berdasarkan fakta yang diulas pada latar belakang menunjukkan bahwa pemahaman serta hasil belajar siswa kelas XI SM B SMK PIRI masih kurang . Hal ini yang mendasari peneliti memilih kelas XI SM B sebagai subjek penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK PIRI Sleman Yogyakarta berlokasi di Jalan Kaliurang Km. 7,8 Yogyakarta, DIY. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI SM B semester gasal Tahun Pelajaran 2015/2016. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan November 2015.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi ini dilakukan dengan mengambil dokumen atau data-data yang mendukung penelitian. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah anggota dalam populasi, daftar nama, dan nilai ulangan mata pelajaran PPMO. Data ini digunakan untuk analisis tahap awal.

2. Metode Observasi

Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tesusun dari berbagai


(71)

54

proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2008:145). Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Proses observasi menggunakan observasi terstruktur dimana observasi telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati kapan dan dimana tempatnya (Sugiyono, 2008:146). Observasi bertujuan untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran PPMO dengan menggunakan model pembelajaran Generatif dan keterampilan kerjasama siswa yang tampak pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Metode Tes Tertulis

Menurut Suharsimi (2010:266) metode tes merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Metode tes digunakan untuk mengukur hasil belajar PPMO siswa pada ranah kognitif. Perangkat tes yang digunakan adalah soal-soal posttest yang disusun berdasarkan indikator-indikator materi.

Tes tertulis merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi hasil belajar. Tes dilaksanakan pada awal (pretest) dan akhir pembelajaran (posttest) dari setiap siklus dengan memberikan soal kepada siswa untuk mengetahui pemahaman konsep siswa terhadap materi yang dipelajari.

4. Metode Angket

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008:142). Metode


(1)

(2)

(3)

(4)

197


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI MATA KULIAH TEKNOLOGI SEPEDA MOTOR TERHADAP MINAT MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA BIDANG JASA PERAWATAN DAN PERBAIKAN.

5 7 57

PENGARUH IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MEKANIK OTOMOTIF DASAR II DI SMK MA’ARIF SALAM.

0 0 202

PENGARUH SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PERBAIKKAN PERAWATAN KELISTRIKAN OTOMOTIF PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF KELAS XI SMK PIRI SLEMAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 153

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATA DIKLAT PERAWATAN DAN PERBAIKAN KELISTRIKAN OTOMOTIF SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR SMK PIRI SLEMAN TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 140

PENGARUH MODUL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK SEPEDA MOTOR DI SMK PIRI SLEMAN.

0 0 125

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SEPEDA MOTOR B PADA MATA PELAJARAN PERBAIKAN PERAWATAN MEKANIK OTOMOTIF DI SMK PIRI SLEMAN.

1 2 15

IMPLEMENTASI MODEL RECIPROCAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PEMINDAH TENAGA OTOMOTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMK DIPONEGORO YOGYAKARTA.

0 1 173

IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING MODEL TPS (THINK PAIR SHARE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PEMINDAH TENAGA OTOMOTIF SISWA KELAS XI JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF SMK N 2 YOGYAKARTA.

0 0 161

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PERBAIKAN MOTOR OTOMOTIF KELAS XI TEKNOLOGI KENDARAAN RINGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SALAM.

0 0 130

KARAKTER KERJA PRAKTIK SISWA KELAS X TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF PADA MATA PELAJARAN LAS DASAR DI SMK PIRI SLEMAN.

0 3 14