53
memang menjadi sumber dan kaya dengan informasi tentang fenomena yang diteliti.
” Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa subyek bertujuan
yaitu informan yang yang dipilih karena memiliki karakteristik tertentu yang dapat memberikan informasi mengenai fenomena yang diteliti. Berikut ini
karakteristik subyek pada penelitian akulturasi psikologis mahasiswa pendatang terhadap budaya Yogyakarta, yaitu:
1. Informan merupakan mahasiswa bimbingan dan konseling angkatan tahun 2012.
2. Informan merupakan mahasiwa pendatang yang berasal dari daerah luar Yogyakarta luar pulau Jawa.
3. Informan membawa latar belakang kebudayaan yang berbeda dengan budaya Yogyakarta.
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti, maka didapatkan lima mahasiswa dari daerah luar Yogyakarta yang belajar di program studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta. Kriteria ini dipilih untuk lebih memudahkan dan memfokuskan penelitian
pada satu daerah.Penentuan subyek dilakukan peneliti dengan menggunakan kriteria yang telah disebutkan diatas.Hal tersebut dilakukan agar peneliti lebih
mudah dalam melakukan penelitian.
C. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta, karena Yogyakarta merupakan kota pelajar yang terdapat banyak mahasiswa dari luar daerah Yogyakarta,
54
sehingga peneliti mengambil setting penelitian di salah satu universitas di Yogyakarta yaitu Universitas Negeri Yogyakarta. Hal tersebut menjadi alasan
bagi peneliti untuk menjadikannya setting penelitian. Dengan melakukan penelitian langsung terhadap subyek mengenai proses akulturasi psikologis
mahasiswa pendatang terhadap budaya Yogyakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono 2013: 308 mengatakan bahwa “teknik pengumpulan
data dilakukan untuk memperoleh data yang sesuai dengan standar yang telah ditentutan.
” Sedangkan menurut Gulo.W 2002: 110 yakni “teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian. ” Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan
dengan metode sebagai berikut : 1. Wawancara Mendalam Endeep interview.
Menurut Robert K. Yin 2015:111 menyebutkan “wawancara secara
keseluruhan adalah sumber bukti esensial bagi studi kasus, karena studi kasus pada
umunya berkenaan
dengan urusan
kemanusiaan. Urusan-urusan
kemanusiaan ini harus dilaporkan dan diinterpretasikan melalui penglihatan pihak yang melakukan wawancara, dan para responden yang mempunyai informasi
dapat memberikan keterangan-keterangan penting dengan baik ke dalam situasi yang berkaitan.
” Sedangkan menurut Lexy J. Moelong 2011: 186 menjelaskan
“wawancara adalah percakapan yang memiliki maksud tertentu, dilakukan oleh pewawancara yaitu seseorang yang memberikan pertanyaan dan dijawab oleh
55
terwawancara. ” Pendapat yang sama dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto 2013:
44, menjelaskan “wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan
untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara Tanya jawab sepihak. ”
Dikatakan sepihak karena dalam wawancara karena subyek tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan kepada peneliti.
Berikut ini jenis wawancara menurut Robert K. Yin 2015:108, sebagai berikut :
a. Wawancara open- ended, dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa, disamping opini mereka mengenai
peristiwa yang ada. b. Wawancara yang terfokus, dimana responden di wawancarai dalam waktu
yang pendek, satu jam misalnya. Dalam kasus ini, wawancara bisa tetap open-ended, dengan cara peneliti tidak terpaku pada serangkaian pertanyaan
yang sudah dibuatnya. c. Wawancara menggunakan pertanyaan-pertanyaan terstruktur, seperti survei.
Misalnya studi kasus tentang lingkungan sosial dan telah mensurvei penduduk atau toko yang menjadi bagian dari studi kasus.
Berikut ini merupakan jenis-jenis wawancara menurut M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur 2012:176, sebagai berikut:
a. Wawancara tak terstruktur, wawancara tak terstruktur sering disebut dengan wawancara mendalam, wawancara intensif, dan wawancara terbuka open-
ended interview, wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat dirubah