30
d. Interaksi Sosial
Menurut H. Borner dalam Abu ahmadi, 2002:54 menjelaskan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya. Sedangkan menurut Gillin dan Gillin dalam
Soerjono Soekanto, 1990: 61 menjelaskan interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila orang bertemu, interaksi sosial dimulai saat itu. Mereka akan
saling berjabat tangan, berbicara, bahkan berkelahi. Aktivitas-aktifitas semacam itu merupakan bentuk dari interaksi sosial.
Dapat disimpulkan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan yang lainnya, dengan saling berkomunikasi dan terjadi kontak sosial antar
individu atau individu dengan kelompok sosial lainnya.
e. Partisipasi Sosial
Secara umum partisipasi merupakan keikutsertaan atau peran serta individu di dalam lingkungan sosial. Pendapat yang sama menurut Davis dalam
Margasari Naning, 2004:7 menjelaskan “partisipasi adalah suatu keterlibatan
mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggungjawab di dalamnya.
” Sedangkan menurut Huneryear dan Homan dalam Dwiningrum dan Siti Irene. A, 2011:50 menyatakan bahwa
“partisipasi dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberikan sumbangan-sumbangan terhadap
tujuan kelompok serta memberi tanggungjawab bersama mereka. ” Pendapat yang
31
sama menurut I Nyoman Sumaryadi 2010: 46 partisipasi merupakan kesadaran mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh pihak-pihak lain dalam kegiatan.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi sosial adalah peran serta dan keterlibatan aktif seseorang dalam suatu kegiatan dengan
memberikan sumbangan-sumbangan terhadap tujuan kelompok, serta memiliki tanggungjawab, sebagai keterlibatan emosi seseorang.
4. Kriteria-Kriteria Penyesuaian Diri
Menurut Runyon R.P dan A.Haber 1984:10 terdapat pembagian penyesuaian diri menurut bentuknya, yaitu :
a. Penyesuaian diri yang positif Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah mampu
mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan, emosi, sikap, dan perilaku individu dalam menghadapi tuntutan dirinya dan masyarakat,
mampu menemukan manfaat dari situasi baru dan memnuhi segala kebutuhan secara sempurna dan wajar. Menurut D.B. Hutabarat 2004:73 menyebutkan
beberapa tanda pengenal penyesuaian diri yang positif yaitu: Persepsi yang tepat tentang kenyataan atau realitas individu yang
penyesuaian dirinya baik akan merancang tujuan secara realitas dan secara aktif ia akan mengikutinya. Kadangkala karena paksaan dan kesempatan dari lingkungan,
individu seringkali mengubah dan memodifikasi tujuannya dan ini berlangsung terus-menerus dalam kehidupannya.
1 Mampu mengatasi stres dan ketakutan dalam diri sendiri. Satu hal penting dalam penyesuaian diri adalah seberapa baik individu mangatasi kesultitan,